Cagar Alam Pananjung Pangandaran terletak di Kabupaten Pangandaran, lokasinya berdampingan dengan Taman Wisata Alam Pangandaran yang menjadi destinasi populer di Jawa Barat. Bermula dari Taman Buru pada tahun 1922, kawasan lindung ini kemudian berubah menjadi Cagar Alam melalui SK Menteri Pertanian Nomor 34/KMP/1961 pada 20 April 1961.
Penetapan ini diputuskan setelah penemuan spesies Rafflesia tumbuh di kawasan cagar alam ini. Rafflesia merupakan tumbuhan parasit dengan bunga terbesar yang memiliki aroma yang busuk. Suatu keajaiban bahwa Rafflesia dapat tumbuh di tanah Jawa, karena habitat alami dari sebagian besar spesies Rafflesia adalah hutan hujan Bengkulu di Pulau Sumatera.
Baca juga: Mitos Larangan Orang Jawa Menikahi Orang Sunda
Selain Rafflesia, terdapat bsebagai fauna langka lain yang hidup di Cagar Alam Pangandaran. Beberapa di antaranya adalah Kera, Lutung, Landak, Merak, Rusa, Kancil, Ayam Hutan, hingga Ular Sanca. Kawasan pesisirnya didominasi oleh karang batu warna-warni yang mempesona dan menjadi habitat untuk beberapa spesies ikan hias dan fauna karang lainnya.
Kawasan lindung di Pangandaran ini menjadi saksi bisu peradaban Hindu yang pernah berjaya di tanah Sunda. Dibuktikan dengan penemuan Situs Batu Kalde yang berukuran 12×12 meter sejak tahun 1985 yang diteliti oleh Puslit Arkenas. Para arkeolog menduga bahwa situs ini adalah candi yang terkubur karena erupsi gunung api atau terabaikan selama ratusan tahun.
Tidak diketahui pasti milik kerajaan mana dan untuk apa fungsi candi ini. Satu-satunya petunjuk adalah laporan perjalanan Bujangga Manik di abad ke-15 M, sepulang dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, ia singgah di sebuah desa bernama Pananjung yang terletak di tanjung yang menghadap ke laut selatan. Bujangga Manik adalah seorang pendeta Hindu, sehingga mungkin jika Situs Batu Kalde merupakan bangunan suci Hindu.
Baca juga: Kenapa Orang Sunda Jawa Barat Tidak Berbahasa Jawa?
Tidak jauh dari Situs Batu Kalde terdapat Gua Cirengganis, petilasan Raden Anggelarang dan Dewi Samboja atau Dewi Rengganis. Menurut legenda di masyarakat, Dewi Rengganis mengilang di gua ini setelah dikejar oleh para Bajo. Terdapat sebuah sumber mata air di Gua Cirengganis, konon memiliki khasiat awet muda. Kini gua menjadi objek wisata religi yang terkenal.
Terdapat juga beberapa gua buatan peninggalan Jepang yang dibangun di tahun 1943 di atas sebuah bukit. Lokasinya tersebar di Bukit Cagar Alam, Bukit Pasir Putih, dan Bukit Badeto Ratu. Gua ini berfungsi sebagai tempat mengintai musuh, menyimpan senjata, dan tahanan. Orang Belanda yang ditahan Jepang banyak yang disiksa hingga meregang nyawa di gua-gua ini.
Baca juga: Kerajaan Pajajaran dan Asal-Usul Orang Sunda di Jawa Barat
Tempat menarik lainnya adalah Gua Parat dan Gua Panggung yang menjadi makam ulama penyebar agama Islam di Pangandaran. Syekh Ahmad serta Syekh Muhammad di Gua Parat, dan Ki Jaga Lautan di Gua Panggung. Para ulama di Gua Parat datang langsung dari Mesir ke Pangandaran. Masuk ke kawasan cagar alam ini akan dikenakan tarif Rp 16.000 pada hari kerja, Rp 21.000 pada akhir pekan. Belum termasuk biaya lain seperti pemandu.