Fakta Menarik Budidaya Bunga Edelweiss

Jangan marah-marah dulu kalau lihat bunga edelweiss diperjualbelikan, mungkin itu adalah bunga hasil budidaya dan bukan memetik dari alam liar.

SHARE :

Ditulis Oleh: Rizqi Y

Bunga edelweiss menjadi salah satu bunga yang banyak dielu-elukan para pendaki. Mitos tentang keabadian menjadikannya bunga yang spesial dan banyak diburu. Tak jarang para pendaki nekat memetik edelweiss meski sudah diberikan peraturan yang jelas tentang pemetikan bunga ini. Masyarakat daerah pun terkadang tak lepas dari kegiatan pemetikan edelweiss dengan tujuan ritual.  Sadar bahwa bunga edelweiss ini rawan terhadap kepunahan, maka Taman Nasional Bromo Tengger Semeru pun menjadi salah satu pihak yang mulai melakukan budidaya bunga edelweiss. 

Langkah ini dilakukan bukan semata-mata untuk komersialisasi, namun juga cara untuk menjaga agar bunga edelweiss tak punah. Aktivitas budidaya bunga edelweiss juga dilakukan di beberapa tempat lain seperti Dieng, dan rencananya akan dilakukan juga di Gunung Rinjani. Cara ini diharapkan bisa mengurangi aksi usil para pelancong dan pendaki. Mereka tak perlu memetik edelweiss liar di gunung, namun bisa membeli dari tempat budidaya. Bagi masyarakat daerah pun tak perlu lagi memetik langsung di gunung, namun bisa melakukan budidaya sendiri. 

Baca juga: Fakta menarik di balik keabadian bunga edelweiss

Mengenal bunga edelweiss yang tumbuh di Indonesia

Beda edelweiss Eropa dan edelweiss Jawa. Sumber

Tak banyak yang tahu bahwa bunga edelweiss yang tumbuh di Indonesia dan di luar negeri ternyata sangat berbeda. Edelweiss yang sebenarnya bernama latin Leontopodium alpinum dan banyak tumbuh di Pegunungan Alpen Swiss. Bunga inilah yang dinyatakan sebagai bunga edelweiss sesungguhnya dan sering disebut dengan edelweiss Eropa. Sedang yang tumbuh di Indonesia merupakan genus Anaphalis. Adapun spesies bunga yang tumbuh di Indonesia di antaranya Anaphalis javanica, Anaphalis viscida dan Anaphalis longifolia. Tanaman bunga ini selanjutnya banyak juga disebut dengan edelweiss Jawa. 

Perbedaan mencolok antara edelweiss Jawa dan edelweiss Eropa adalah pada bentuknya. Edelweiss Jawa berbentuk semak dengan bunga yang merumpun dan mengumpul jadi satu. Sedangkan edelweiss Eropa terpisah-pisah dan tidak merumpun. 

Jika dilihat dari bentuk kelopaknya, edelweiss Jawa dan edelweiss Eropa juga memiliki sedikit perbadaan. Edelweiss Jawa memiliki kelopak lebih banyak dan ukurannya lebih kecil. Kelopak edelweiss Eropa cenderung lebih putih, lebar dan agak renggang. 

Apa bedanya bunga edelweiss liar dan edelweiss budidaya?

Beda edelweiss liar dan budidaya. Sumber dari sini dan sini

Adanya kesadaran akan resiko kepunahan bunga edelweiss, maka beberapa pihak pun mulai melakukan aksi budidaya. Di sisi lain aksi budidaya ini juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan para pelancong yang ingin membawa pulang keindahan bunga abadi ini. Dan pastinya budidaya bunga edelweiss juga tak lepas dari kepentingan perekonomian. 

Ada sedikit perbedaan saat membandingkan edelweiss yang tumbuh liar dan dibudidayakan. Edelweiss Jawa yang tumbuh liar memiliki warna kelopak putih agak kecoklatan (putih kusam), sedangkan edelweiss yang dibudidayakan bisa saja berwarna-warni. Bisa kuning, ungu, atau merah muda. Ini karena ada proses pewarnaan pada bunga edelweiss budidaya agar terlihat lebih cantik. 

Bunga edelweiss yang dibudidaya ternyata cenderung lebih gemuk dan bisa tumbuh subur jika dirawat dengan benar. Berbeda dengan edelweiss liar yang cenderung lebih kering dan tak terawat, karena memang dibiarkan begitu saja hidup di alam tanpa diberi perawatan khusus atau pun dipupuk. Tapi biasanya edelweiss liar lebih tahan terhadap perubahan cuaca yang ekstrem, misalkan ketika terkena embun upas atau embun yang menjadi es. Edelweiss budidaya akan lebih mudah rusak dan kemudian mati. 

Bunga edelweiss budidaya bisa ditemukan di tempat-tempat wisata seperti Bromo dan Dataran Tinggi Dieng. Biasanya bunga ini sudah dibentuk cantik dengan pot kayu mininya. Sedangkan bunga edelweiss liar hanya bisa ditemukan di ketinggian gunung tertentu, misalnya Gunung Gede Pangrango, Gunung Lawu, Gunung Merbabu, Gunung Semeru, Gunung Papandayan, dan di beberapa gunung tinggi lainnya. 

Baca juga: Spot paling romantis untuk melihat padang edelweiss di gunung

Cara budidaya bunga edelweiss ternyata tak terlalu rumit

Proses budidaya bunga edelweiss. Sumber

Untuk yang tinggal di kawasan dataran tinggi paling tidak di atas 1.000 mdpl sebetulnya bisa mencoba untuk melakukan budidaya bunga edelweiss sendiri. Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam budidaya bunga edelweiss di antaranya:

Memilih bunga yang sudah tua untuk bakal biji

Budidaya edelweiss yang dilakukan selama ini menggunakan biji karena lebih mudah. Untuk mendapatkan biji yang bagus, dibutuhkan bakal biji yang bagus juga dari bunga-bunga edelweiss yang sudah tua. Ciri-ciri bunga yang sudah tua adalah yang kelopaknya sudah berwarna coklat. 

Jika sudah mendapat beberapa bunga yang tua, bunga-bunga ini harus dijemur di tempat yang datar. Tujuannya agar persebaran biji lebih merata dan tidak membusuk karena jamur. Saat menjemur bakal biji ini sebaiknya hindarkan dari daerah yang memiliki angin kencang. Ini agar biji bunga yang menempel di benang sari tidak beterbangan. 

Proses pemisahan biji dari bunga

Setelah bunga kering, yang harus dilakukan selanjutnya adalah memisahkan bunga dan bijinya. Caranya mudah, guncang-guncangkan bunga dalam wadah tertutup misalnya toples. Setelah diguncang-guncangkan bagian bunga dan biji akan terpisah dan mengendap di bagian dasar toples. Untuk menyimpan biji yang sudah terpisah dari bunga ini sebaiknya menggunakan media yang kedap udara sebelum disemai di media semai. 

Penyemaian biji bunga edelweiss di media yang tepat

Media tanam yang cocok untuk menyemai biji bunga edelweiss adalah tanah halus yang mengandung sedikit pasir. Tanah berpasir ini diletakkan dalam media polybag untuk kemudian disiram dengan air hingga basah sampai di titik bawah media. 

Jika air sudah meresap sampai bawah, maka biji bunga edelweiss siap ditabur dipermukaan media semai. Media yang sudah ditaburi biji edelweiss selanjutnya disimpan di tempat yang terlindung dari paparan sinar matahari langsung dan percikan air hujan. 

Penyapihan semai biji yang sudah mulai berkecambah

Setelah disemai selama tiga hari, biasanya biji bunga sudah mulai berkecambah. Biji bungan ini harus dijaga kelembaban-nya agar tetap stabil, agar lebih mudah bisa menggunakan alat pengatur kelembaban. Alat ini akan menyemprotkan air ketika kelembaban berkurang dari batas minimal yang diatur. 

Biasanya penyapihan dilakukan saat bibit sudah memiliki minimal lima lembar daun besar. Usia normal saat disapih biasanya adalah tiga bulan dengan ketinggian batang kurang lebih 30 cm. Harus rajin mencabuti rumput yang tumbuh di polybag agar pertumbuhan bibit edelweiss tidak terganggu. Proses panyapihan juga harus hati-hati agar akarnya tidak rusak. 

Pentingnya edukasi tentang budidaya edelweiss

Meski pembahasan tentang budidaya edelweiss sudah sering dilakukan, namun masih banyak juga masyarakat yang belum paham tentang hal ini. Masih banyak juga orang yang menganggap bahwa bunga abadi ini diperjualbelikan dengan seenaknya. Untuk itu memang perlu terus dilakukan edukasi pada masyarakat bahwa edelweiss yang dijual di destinasi wisata biasanya merupakan edelweiss yang dibudidayakan oleh para petani. Bukan edelweiss yang dipetik dari alam liar. 

Pun bagi para petani tetap harus diberikan edukasi. Bahwa meskipun edelweiss sudah bisa dibudidayakan bukan berarti bisa dimanfaatkan sembarangan. Petani harus tetap menjaga kelestarian edelweiss di alam liar. Biar bagaimanapun edelweiss tetaplah tanaman bunga yang harus dijaga keberadaannya di alam, sebab seberapa canggihpun sistem budidaya akan lebih berkualitas tanaman yang tumbuh alami di alam. 

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU