Aras Napal, Wisata Alam di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser

Bagi Kamu yang menggemari wisata berbasis alam dengan beragam kegiatan yang atraktif dan tak membosankan, maka Aras Napal adalah jawabannya.

SHARE :

Ditulis Oleh: Himas Nur

Bagi Kamu yang menggemari wisata berbasis alam dengan beragam kegiatan yang atraktif dan tak membosankan, maka Aras Napal adalah jawabannya.

Menjelajah wisata Aras Napal

Baca Juga: Bukit Holbung Medan, Panorama Bukit Teletubbies di Samosir Toba

Wisata Aras Napal berjarak 125 kilometer dari kota Medan ke arah perbatasan kabupaten Langkat dan Aceh Tamiang Propinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD).

Termasuk Kawasan Ekosistem dalam Taman Nasional Gunung Leuser, Aras Napal ini dahulunya adalah bekas areal pertambangan hutan. Kini statusnya sudah dibebaskan oleh Departemen Kehutanan dari masyarakat yang kemudian dijadikan kawasan konservasi.

Tak heran, bila Kamu berkunjung kemari, maka masih tampang deretan pohon-pohon laiknya hutan yang bersanding di kanan kiri.

Secara administratif pemerintahan, daerah ini sebenarnya terletak di Desa Bukit Mas, Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat dan di huni oleh mayoritas penduduk suku Batak Karo, Batak Tapanuli dan Jawa.

Cara menuju Aras Napal

aras napal (Foto/travelparasumatera)

Mengunjungi Aras Napal  tentu bukan pekerjaan gampang, dari Medan kita harus naik mobil atau angkutan umum ke Besitang sekitar 2,5 jam.

Setelah itu, terus masuk ke dalam dengan menggunakan ojek sekitar 45 menit dan dilanjutkan masuk ke areal hutan sekitar 45 menit dengan kapal (bisa naik kapal jika sungai cukup besar) atau naik mobil besar (off road) karena jalannya tak memadai, terlebih saat musim hujan.

Bersenda gurau dengan gajah-gajah lucu

Jangan tunggangi gajah! sumber foto

Banyak hal yang bisa Kamu lakukan di Aras Napal ini. Kamu bisa membangun tenda, patroli gjah, bermain di perkebunan jeruk, hingga memandikan gajah-gajah yang menggemaskan.

Jadi, ada beberapa gajah terlatih dari Pusat Latihan Way Kambas Lampung yang dipakai untuk patroli. Gajah-gajah ini bertugas mengelilingi hutan dan berpatroli untuk mencari para penebang pohon atau ladang-ladang liar di kawasan tersebut.

Tentu kita bisa bercengkrama dejngan gajah-gajah yang menggemaskan tersebut, sebab kapan lagi, kan? Namun, satu yang perlu diperhatikan, jangan sampai kita menaiki atau menungganginya, terlebih untuk berjalan-jalan dan bahkan kesenangan semata.

Baca Juga: Menjelajah Pesona Little India di Kampung Madras Medan

Hal tersebut dilarang, karena struktur punggung gajah terdiri atas tonjolan tulang-tulang tajam yang hanya dilapisi jaringan tipis. Lebih parah lagi saat dikasih dudukan akan semakin melukai dan menyebabkan cedera tulang belakang jangka panjang pada gajah.

Tentu perilaku menaiki gajah, sepertinya sudah lumrah kita lihat ketika berwisata di suatu tempat. Namun hal tersebut sebenarnya berdampak sangat buruk. Jadi, menjadi bijak dalam traveling tentu juga merupakan suatu sikap yang kita perlukan bersama.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU