Pernah menghadapi permasalahan pelik ketika traveling, di mana kita tidak tahu harus mengutamakan logika dan perasaan untuk penyelesaian masalah?
Logika dan perasaan sudah seimbang?
Masalah mana yang harus diutamakan mengenai logika dan perasaan seringkali dikaitkan dengan gender, pria dianggap lebih mengutamakan logika, dan wanita lebih mengutamakan perasaan. Padahal tidak selalu seperti itu.
Ketika kita menggunakan logika secara berlebihan, kita cenderung menjadi sosok yang egois, hati nurani kita akan tertutup, tidak ragu melanggar moral demi kepentingan sendiri yang dianggap logis, dan tidak ada rasa iba dan kasihan terhadap sesama. Misal berhutang dan tipu kanan kiri demi traveling atau membuka usaha open trip abal-abal dengan fasilitas tidak sesuai yang dijanjikan di awal demi mengejar keuntungan besar.
Ketika kita menggunakan perasaan secara berlebihan, kita tidak dapat memutuskan, menilai dan memilih sesuatu secara objektif, tidak bisa tegas memilih mana yang benar dan mana yang salah. Keputusan hanya didasarkan suka dan tidak suka. Misal tidak mau pergi ke suatu destinasi dengan si A karena tidak suka, tidak mau berombongan dengan si B karena benci, dan seterusnya.
Jadi bagaimana?
Gunakanlah logika dan perasaan secara proporsional. Lihat situasi kapan kita harus memakai perasaan dan kapan kita harus memakai logika.
Ketika memutuskan sesuatu dengan menggunakan perasaan maka tumbuhkan logika Anda untuk dapat memilih dan memutuskan secara baik dan adil. Begitu juga halnya ketika Anda memutuskan sesuatu dengan menggunakan logika, maka tumbuhkan perasaan agar Anda memikirkan apakah perbuatan anda bermoral, tidak melukai orang lain, tidak melanggar hukum, dan memang bermanfaat bagi sesama.
Lalu, apakah logika dan perasaan Anda sudah seimbang? Coba cek dengan mengikuti quiz di bawah ini:
[viralQuiz id=163]
