Apakah Harus Upacara 17 Agustus di Gunung Supaya Dianggap Nasionalis?

Apa sih makna nasionalisme di tengah maraknya Upacara 17 Agustus di gunung? Temukan jawabannya dalam perbincangan kami dengan Mountain Guide Senior Consina.

SHARE :

Ditulis Oleh: Echi

Peringati HUT RI pada 17 Agustus, sebagian pendaki Indonesia memilih gunung sebagai tempat terbaik untuk melangsungkan upacara bendera. Tujuan mereka melakukan upacara 17 Agustus di gunung pun beragam. Ada yang menganggap gunung adalah tempat terbaik untuk mendoakan para pahlawan yang gugur dan mensyukuri kemerdekaan Indonesia dengan khusyuk, tak sedikit yang sekadar ikut meramaikan saja.

Tren upacara 17 Agustus di gunung pun bukan hal yang baru-baru ini terjadi. Tahun 1995, ribuan pendaki telah melakukan upacara 17 Agustusan di Mahameru. Lantas, apakah setiap pendaki harus upacara 17 Agustus di gunung untuk membuktikan nasionalismenya? Kami berbincang dengan Mountain Guide Senior Consina, Virgo Dirgantara untuk mengungkapnya.

Baca juga: Daftar gunung yang bisa digunakan untuk upacara 17 Agustusan

Virgo Dirgantara, Senior Mountain Guide Consina. Foto dari Virgo Dirgantara

Selamat pagi Mas Virgo, terima kasih atas waktunya. Btw, 17 Agustus besok Mas Virgo ada rencana buat upacara di gunung?

Nggak. Upacara 17 Agustus itu tidak harus dilakukan di gunung meskipun ia seorang pendaki. Bisa dilakukan di tempat lain. Mereka yang ikut upacara di gunung biasanya karena ada event atau undangan untuk upacara di gunung saja.

Kalau Consina sendiri pernah mengadakan kegiatan upacara 17 Agustus di gunung nggak ya?

Ada. Waktu itu kami mengadakan Jambore Consina Nasional di Surken 2013 tapi setelah upacara kami bikin aksi bersih gunung. Bukan hanya gaya-gayaan patriotik tapi berujung merusak alam. Panitia dan seluruh peserta pun sepakat untuk melangsungkan upacara yang baik bagi lingkungan.

Gunung ini kan kita numpang pakai. Perumpaannya kan begitu. Jadi jangan dirusak. Harus dijaga. Apalagi sekarang banyak pendaki gunung yang belum tahu ilmu. Cuma ikut-ikutan teman atau film yang pada akhirnya malah nyampah. Bukan sampah bahan makanan saja, tapi buang hajat sembarangan. Lihat saja itu di Semeru, Rinjani, kotoran manusia banyak di jalanan. Memangnya ada yang mau bersihin?

Nah, maka dari itu, di setiap upacara 17 Agustusan dan event pendakian lainnya sebaiknya ditambahkan juga kegiatan positif yang bertujuan menjaga gunung Indonesia.

Mas Virgo, tren upacara di gunung sudah ada sejak kapan ya?

Saya tidak tahu kapan tren upacara di gunung ini dimulai. Kalau mbak cari di google, mungkin ada datanya. Tapi, dulu saya pertama kali ikut waktu upacara 17 Agustus di gunung yang diadakan Mapala UI pada tahun 1997. Cuma menurut saya, pada akhirnya malah ngerusak alam di sana karena malam harinya peserta malah melakukan kegiatan bakar-bakar untuk membuat api unggun.

Lalu, apa sebenarnya esensi upacara 17 Agustus di gunung ya mas?

Esensi upacara di gunung itu adalah setelahnya mau ngapaian. Mau bikin kampanye pelestarian gunung kah atau bikin kegiatan bersih sampah di gunung malah bagus. Soalnya gini, bila mengadakan upacara 17 Agustus di gunung dengan jumlah peserta mencapai ratusan bahkan ribuan tapi hanya sekadar upacara tak ada kegiatan positif lain setelahnya, malah hasilnya ngaco.

Maka perlu adanya kontrol aksi. Misalnya setelah upacara adakan lah kegiatan bersih sampah di gunung. Bukannya bikin api unggun, itu yang berbahaya. Bekas-bekas bara api unggun ini bisa memicu kebakaran. Apalagi sekarang ini sudah memasuki musim kemarau.

Upacara boleh, yang terpenting setelah itu mau ngapain? Jangan ngotorin, ngerusak. Bikin lah aksi nyata yang positif.

Apa tujuan upacara 17 Agustus di gunung mas?

Saya tidak tahu tujuannya masing-masing orang. Biasanya upacara di gunung, biasanya di atas puncak akan mengheningkan cipta, mengingat pahlawan yang gugur. Jadi sebenarnya upacara 17 Agustus di gunung cuma memindahkan saja. Tujuan masing-masing memeringati hari lahir negara kita sambil mendoakan para pahlawan.

Baca juga: Kuliner instan enak dan bergizi buat menu pendakian. Temukan jawabannya di sini 

Lalu, apakah nasionalisme pendaki Indonesia bisa diukur dengan lakukan upacara 17 Agustus di puncak?

Bisa. Karena dengan mereka melakukan upacara 17 Agustusan di gunung berarti mereka memiliki tujuan baik buat negeri ini. Setahu saya, selama upacara 17 Agustus berlangsung, mereka akan mengheningkan cipta, mengingat pahlawan yang gugur, dan mendoakannya. Menurut saya, nasionalisme adalah sikap yang harus dimiliki setiap warga Indonesia untuk melindungi, membela, dan menjaga Indonesia.

Nah, kalau upacara di gunung tapi malah membuang sampah sembarangan, berarti tidak bisa menjaga Indonesia. Maka, orang tersebut tidak nasionalis.

Jagalah negara dengan segenap kemampuan yang dibarengi dengan aksi nyata. Bukan kah kita ini sudah diajarkan 3 prinsip pendakian?

“don’t take anything but picture, don’t leave anything  but footprint, don’t kill anything but time”

Sebaiknya, 3 prinsip pendakian tersebut direnungkan, diejawantahkan, dan dipraktikkan. Bila prinsip tersebut diterapkan di kehidupan sehari-hari dan pendakian, gunung-gunung Indonesia akan bebas dari sampah. Indonesia juga. Ketika kita meninggalkan dunia ini, masak mau ninggalin sampah-sampah. Nanti apa kata anak cucu kita.

***

Upacara 17 Agustus itu tidak harus dilakukan di gunung meskipun ia seorang pendaki. Pun bila mereka melakukan upacara 17 Agustus di gunung bukan berarti mereka berjiwa nasionalis. Semua kembali dari niat dan tujuan masing-masing. Apakah upacara hanya untuk gaya-gayaan patriotik yang berujung merusak alam atau memang melakukan dengan niat baik. Yang terpenting dari semua ini, selalu jaga gunung dengan mengadakan aksi positif di setiap upacara 17 Agustus atau pun event pendakian lainnya.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU