Ruangan yang kumasuki tampak lengang. Nampak beberapa calon penumpang bus mengantri di loket penjualan tiket. Kusapu pandangan ke sekeliling. Loket antar barang nampak sepi.
“Pak bisa antar motor ke Purbalingga?” petugas yang berjaga berpikir sejenak.
“Jawa Timur ya mas?” Petugas tersebut berusaha mencari data di komputer.
“Jawa Tengah Pak, dekat Purwokerto,” aku tersenyum kecut. Purwokerto selalu kusebut jika ada orang yang bertanya di mana Purbalingga dan biasanya berhasil.
“Wah maaf mas, Purbalingga nggak bisa, kalau ke Purwokerto bisa.”
Dengan langkah gontai kutinggalkan kantor agen perjalanan tersebut. Bukan kali pertama aku harus menjelaskan lokasi Purbalingga ketika berbincang dengan orang yang baru dikenal di luar kota.
Heran, dengan segala keunikan budaya dan potensi wisatanya, masih ada saja yang tak mengenal “Kota Ngapak” ini.
Ada beberapa hal yang membuatmu harus berkunjung ke Purbalingga.
Kami sering protes jika memesan mendoan di luar kota namun yang kami dapati adalah tempe menggunakan tepung tebal ditambah kunyit lalu digoreng hingga kering dan berwarna kuning kecoklatan.
Mendoan asli dibuat tipis dan digoreng dengan adonan berupa campuran tepung beras dan terigu. Di dalam adonan tepung ditambahkan sedikit garam, bawang putih dan ketumbar yang ditumbuk halus. Tak lupa ditambahkan irisan daun bawang atau daun kucai.
Tempe digoreng dengan selimut adonan yang tidak terlalu tebal tapi juga tidak tipis. Satu yang harus diperhatikan adalah jangan sampai menggorengnya terlalu kering karena Mendoan harus digoreng secara “mendo” alias matang basah. Itulah kenapa dinamakan mendoan.
Mendoan merupakan cemilan favorit disini, dapat dijumpai dengan mudah di berbagai sudut kota dengan harga berkisar Rp 500, – Rp 1000,- tergantung ukurannya.
Pada umumnya mendoan dinikmati selagi panas bersama cabai rawit hijau atau “cengis” orang Purbalingga menyebutnya. Bisa juga dinikmati dengan cara lain yaitu bersama sambal kecap. Mendoan digulung dan dicocol ke sambal kecap yang berpadu dengan potongan bawang merah dan tomat segar.
“Makan lalu resapi, dan kau akan segera berteriak “Ini asli!”
Orang Indonesia pasti mengenal nama Jenderal Soedirman, seorang pahlawan nasional yang turut berjuang melawan penjajah. Strategi gerilyanya sangat ditakuti lawan dan kepribadiannya begitu disegani kawan.
Sebuah tempat berjarak 40 km dari pusat kota Purbalingga menjadi penanda sejarah, kelahiran panglima besar bangsa Indonesia. Jenderal Soedirman lahir dari pasangan rakyat biasa, Karsid Kartowiroji dan Siyem di Desa Bodaskarangjati, Kecamatan Rembang, Purbalingga pada 24 Januari 1916.
Rumah sederhana tempat Jenderal Soedirman dilahirkan kini dijadikan monumen, bernama Monumen Tempat Lahir (MTL) Jenderal Soedirman.
Tempatnya yang berada di pegunungan akan memberimu pasokan udara segar di sini. Kau akan mendapati 2 buah lapangan besar dan beberapa kendaraan perang di sepanjang jalan masuk menuju monumen. Meski berembel-embel monumen, tempat ini tak akan membuatmu jemu.
“Tahan air mata karena menahan haru membaca sepucuk surat asli dari Presiden Soekarno untuk Jenderal Soedirman”
Selain itu, mengikuti rekam jejak kehidupan Jenderal Soedirman dengan memandangi foto-foto beliau sejak kecil hingga menjadi Jenderal akan memberimu sebuah wawasan baru tentang pahlawan nasional kita ini.
Kami disebut sebagai sentra knalpot Indonesia. Jika saat berkeliling Purbalingga kamu melihat sebuah patung besar seorang pandai besi membuat knalpot, itu tandanya kamu memasuki pusat industri knalpot di Sayangan Kelurahan Kembaran Kulon, Kecamatan Purbalingga.
Karya-karyanya telah mendunia. Selain memasok untuk produsen mobil Jepang, knalpot produksi Desa Sayangan dipesan oleh Mercedes Benz Jerman.
“Berjalan kaki menyusuri desa ini bukan ide buruk. Kamu dapat melihat langsung dari dekat bagaimana sebuah knalpot berkelas dunia diproduksi di sini”
Industri bulu mata palsu begitu menjamur di rumah kami, dan merupakan yang terbesar ke-2 di dunia. Produk bulu mata Purbalingga diakui kualitasnya di pasar internasional. Hampir semua bulu mata yang beredar di Eropa dan Amerika merupakan produk Purbalingga.
Madonna hingga Katy Perri merupakan pelanggan dari produk bulu mata asal Purbalingga. Katy Perri menggunakan bulu mata Eyelure karya PT Royal Korindah, produsen bulu mata tertua di Purbalingga. Selain itu produsen-produsen alat kecantikan seperti L’Oréal, Shu Uemura, Wink & Kiss, MAC, Kiss, Make Up For Ever, dan Maybelline tak mau kalah menggunakan bulu mata produk Purbalingga.
“Sangat disayangkan, saudara-saudara kami para buruh yang telah menyumbang pendapatan besar bagi daerah ini kurang begitu diperhatikan kesejahteraannya oleh pemerintah”
Kamu belum ke Purbalingga kalau belum berkunjung ke Owabong (Objek Wisata Air Bojongsari)! Owabong merupakan wahana permainan air terbesar di Jawa Tengah.
Dulunya kolam renang ini merupakan kolam renang pribadi seorang berkebangsaan Belanda. Airnya berasal dari mata air Cipawon, Cikupel, dan Cidandang. Pada 2005, Owabong dikelola oleh Pemda dan dijadikan sebagai destinasi wisata andalan Purbalingga.
Matamu tak akan perih jika berenang di sini karena air kolamnya tak mengandung kaporit.
Tiket masuk Owabong terhitung murah.
“Berada di sini selama seharian pun kau tak akan bosan karena banyak terdapat wahana permainan yang begitu menarik”
Setelah puas bermain air di owabong, cobalah berkunjung ke Desa Wisata Serang di Kecamatan Karangreja. Di sana terdapat kebun strawberry yang terhampar luas dengan latar Gunung Slamet yang megah.
“Pemandangannya asri memanjakan mata. Udaranya begitu sejuk dan menyegarkan”
Setelah membayar, kamu dapat merasakan sensasi menikmati buah strawberry yang baru dipetik langsung dari kebunnya. Ingat cuci dulu sebelum dimakan agar bersih dari kuman penyakit.
Kampung inggris tak hanya ada di Pare. Di tempat kami terdapat Desa Wisata Limbasari Kecamatan Bobotsari dimana kita dapat belajar bahasa inggris dengan metode unik yang memungkinkan untuk dapat menguasai bahasa inggris dalam waktu singkat.
“Suasana pedesaan yang tenang, warga desa yang ramah serta udaranya yang bersih dan segar akan membuatmu betah serasa tak ingin meninggalkan desa wisata ini”
Di rumah kami terdapat sebuah kuliner yang begitu melegenda yaitu Es Durian Pak Kasdi Bancar. Daging duriannya begitu lembut.
“Dilumuri gula merah cair dan santan kelapa segar. Saat buah durian menyentuh rongga mulutmu, kau akan merasakan sensasi rasanya yang begitu legit dan menggigit. Kamu akan ketagihan jika telah mencobanya”
Jangan berharap kau akan mendapati sebuah rumah makan mewah saat berkunjung. Hanya ada sebuah warung sederhana dan sempit, namun kelezatan es durian legendaris ini membuat pelanggannya rela mengantri hingga membuat jalanan macet saat musim liburan.
Warung Makan Bu Misdar, destinasi selanjutnya yang wajib kamu kunjungi. Kamu tak akan kesulitan menemukan lokasi warung makan Bu Misdar karena tempatnya berdekatan dengan warung es duren Pak Kasdi, tepatnya di depan Pengadilan Negeri Purbalingga di Desa Bancar.
Sroto adalah pengucapan khas dari orang –orang Karesidenan Banyumas termasuk Purbalingga untuk menyebut soto. Kamu yang berasal dari wilayah Jawa Tengah bagian timur mungkin tak terbiasa karena pada umumnya soto di sana memiliki kuah bening seperti sup.
Sroto memiliki cita rasa khas dan unik berbeda dari soto-soto lain.
“Kuahnya begitu kental menggunakan bumbu kacang. Bumbu kacangnya digerus kasar sehingga terasa renyah”
Sebuah gua yang unik. Bagaimana tidak, gua ini berbentuk sebuah gerbong kereta. Banyak lorong-lorong sempit saling berhubungan. Gua lorong kereta berada di Objek Wisata Gua Lawa , Desa Siwarak. Gua Lorong Kereta memiliki kedalaman sekitar 300 meter. Untuk memasukinya memang butuh sedikit perjuangan. Kau harus berjongkok dan merangkak saat menelusuri gua ini. Imajinasi liar kita bereaksi, serasa menjadi tokoh utama dalam film Indiana Jones.
“Ada semacam tumbuhan unik, yaitu bunga yang diyakini hanya mekar 3000 tahun sekali, bunga Udambara Budha”
Kau akan terkagum-kagum menyaksikan keindahan bunda ini, kelopaknya kecil serta tangkainya mirip bunga sutra.
Paling penting adalah kita harus menggunakan peralatan standar keamanan saat melakukan susur gua lorong kereta.
Pada salah satu kesempatan, Deddy Mizwar pernah menyebut,” Jika saya boleh memilih salah satu kota sebagai kota film, saya pilih Purbalingga”.
Di rumah kami, iklim film indie begitu kental. Merata pada semua elemen. Ekstrakulikuler film di SMP dan SMA menjamur di sini.
Cinema Lover Community atau CLC Purbalingga, mungkin asing terdengar di telinga orang awam. Mereka adalah tokoh di balik layar yang menyebarkan virus menonton dan membuat film bahkan hingga ke desa-desa.
Jangan bayangkan seperti kau menonton film di bioskop.
Pada malam hari, kau akan menonton film di sebuah lapangan terbuka bersama ratusan warga lain dengan media sebuah layar besar dan LCD proyektor. Film yang diputar adalah film karya para sineas lokal Purbalingga”
Kamu jangan heran saat naik angkutan umum di sini tiba-tiba di ajak berbincang oleh seorang yang baru kamu kenal. Kami bukan sok ingin tahu, kami hanya berusaha selalu ramah bagi siapapun tamu yang datang ke kota kami.
“Kamu jangan kaget jika bertanya arah pada seseorang, orang yang ditanya akan sangat cerewet menjelaskan dengan detail tempat yang akan kamu tuju dengan logat ngapak yang kental dan nada tinggi”
Kami bukan marah, nada bicara kami memang seperti itu. Kami hanya tak ingin tamu kami tersesat. Bahkan kami tak segan mengantarmu jika memang memungkinkan.
activate javascript