Wajah baru Tebing Keraton Bandung kini sedang banyak diperbincangkan para pelancong. Bagaimana tidak, tebing yang dulunya hanya berupa bukit dengan panorama alam menakjubkan kini diubah menjadi lebih nyaman dengan pembangunan berbagai fasilitas.
Salah satu yang membuat wajah baru Tebing Keraton terlihat sangat berbeda adalah keberadaan selasar di sekitar area tebing. Lintasan selasar ini sengaja dibangun untuk memudahkan pengunjung saat menikmati panorama alam sekitar. Terutama saat menyaksikan matahari terbit dan tenggelam serta hutan pinus dengan balutan kabut tipisnya.
Keberadaan selasar ini selain menjadikan Tebing Keraton makin nyaman juga membuatnya makin asyik untuk berfoto. Selfie, wefie ataupun hunting foto lanskap jadi makin mudah karena lokasinya sudah tertata dengan rapi. Selasar juga membuat pengunjung tetap aman dari resiko terjatuh ke jurang saat berfoto.
Pembenahan lain juga dilakukan oleh pengelola, mulai dari area parkir yang penuh dengan PKL kini sudah mulai berkurang. Retribusi ilegal yang dulu kerap terjadi juga kini mulai dibenahi, sehingga pengunjung benar-benar merasa aman dan nyaman.
Tebing Keraton saat ini tak hanya dimanfaatkan sebagai destinasi wisata Bandung. Sejak Mei 2017 lalu Tebing Keraton resmi dijadikan sebagai Pusat Pemantauan Migrasi Burung Raptor Dunia. Hal ini karena Tebing Keraton merupakan salah satu titik yang dilintasi jalur migrasi burung Raptor.
Foto di atas adalah potret Tebing Keraton sebelum direnovasi. Keberadaan paving yang langsung dipasang di tanah ternyata sempat membuat iklim mikro di sekitar tebing berubah. Suhu udara meningkat dan membuat kabut di sekitar tebing semakin menipis.
Jalanan paving juga cukup membahayakan pengunjung karena licin akibat tumbuhnya lumut. Ini karena tingkat kelembaban di sekitar area tebing masih cukup tinggi, sehingga memudahkan tumbuhnya lumut di permukaan paving.
Melihat adanya pengaruh yang tak cukup bagus tersebut, pihak pengelola pun akhirnya merenovasi Tebing Keraton. Selasar yang kini terpasang dibuat dengan bahan yang lebih ramah lingkungan, dan tidak menempel langsung di tanah. Sehingga ada ruang bagi tanah untuk “bernafas”. Hal ini diharapkan mampu memperbaiki kondisi iklim mikro di sekitar tebing yang sempat hampir rusak.