Jatuh cinta saat traveling? Kenapa nggak? Yang namanya cinta kan bisa datang kapan saja dimana saja, tanpa terencana. Apalagi kalau memang orang yang kita taksir juga punya hobi yang sama, yaitu jalan-jalan? Pastinya seru banget ‘kan?
Supaya hati dan kelakukan tetap terjaga, ada rambu-rambu perkenalan selama traveling. Apalagi nggak menutup kemungkinan kita bakal bertemu backpacker dari luar negeri yang memiliki latar budaya berbeda.
Bukan mau berpikiran negatif, namun seperti yang kita ketahui bersama, budaya timur dan barat memiliki perbedaan yang cukup signifikan mengenai hubungan lawan jenis. Supaya nggak makan hati dan berharap terlalu banyak, yuk terapkan aturan jatuh cinta ketika traveling di bawah ini;
Karena kita bukan seperti lagu yang dinyanyikan Melinda yang menganggap cinta satu malam oh indahnya ‘kan? Makanya, pastikan kalau perasaan ini bukan untuk dibawa satu malam saja ataupun bersenang-senang sampai merugikan diri sendiri dan orang lain. Stay cool saja, have fun boleh-boleh saja, asal jangan kebablasan.
Bertemu lelaki ganteng atau wanita cantik saat jalan-jalan? Asyik banget tentunya! Apalagi ketika ngobrol nyambung banget, cocok membicarakan apa saja, anaknya terlihat baik dan seia banget dengan kita. Yah, sebenarnya nggak masalah sih, asal jangan sampai bertemu dengannya membuat kita mengubah total rencana keseluruhan perjalanan. Pada akhirnya, membuat kita menyesal di kemudian hari karena melewatkan sebuah destinasi.
Jangan berlebihan dan sok jaim, tetaplah menjadi diri sendiri. Buntut-buntutnya ketika kita nggak menjadi diri sendiri, malah membuat kita nggak menikmati perjalanan. Karena terlalu sibuk berusaha membuat orang lain—yang baru dikenal tersebut untuk terpesona dengan kita. Eh, malah perasaan diri sendiri yang diabaikan. Apa nggak rugi, tuh?
Sebaiknya, jangan terlalu main perasaan dan langsung GR kalau orang tersebut punya rasa dengan kita. Berteman sajalah dulu, menikmati punya teman ngobrol asyik saat traveling. Jangan-jangan kita hanya kesepian dan butuh teman bicara, eh kebetulan ketemu dia. Demikian juga dia hanya menganggap kita sebagai teman jalan yang menyenangkan.
Jangan langsung percaya 100% dengan orang yang baru kita kenal. Apalagi di zaman sekarang, dimana kejahatan bisa terjadi dimana-mana, sikap mawas diri tetap perlu—di daerah wisata sekalipun. Jangan karena embel-embel sesama backpacker tak mungkin saling mengganggu membuat kita mengurangi rem jaga diri. Intinya, jangan mudah percaya, apa yang dikatakan dia, walaupun dia seganteng Nicholas Saputra atau secantik Dian Sastro sekalipun.
Memberikan informasi seperlunya saja, nggak perlu terlalu mendetail, toh kita bukan mau buat KTP ‘kan? Kalau bisa, usahakan percakapan hanya seputar traveling saja, nggak perlu sampai ke urusan yang sangat pribadi, se-pribadi memberikan PIN ATM ataupun hal-hal yang krusial dan sebenarnya kurang bermanfaat untuk diobrolkan dengan orang yang baru beberapa jam dikenal.
Kalau bukan kita yang menjaga diri kita sendiri saat bepergian jauh, siapa lagi? Bukalah pintu pertemanan dengan siapapun, mengobrol, hang out bareng, berbagi informasi sebanyak-banyaknya. Jadilah teman jalan yang baik. Namun, yang penting jangan mau dimanfaatkan orang lain untuk kesenangan sesaat. Waspadalah!
Ingatlah tujuan awal kita berkunjung ke destinasi tersebut untuk apa? Cari jodoh atau ingin membuka jendela pikiran dengan meresapi dan menyesapi kehidupan lokal di sana? Jangan sampai rugi. Kalau jodoh pasti bertemu. Saling bertukar nomor hand phone, saling follow instagram. Tapi ingat, kalau ini nggak bisa dijadikan perjalanan bersama, perjalananmu adalah perjalananmu demikian juga perjalananku adalah perjalananku, jangan sampai perasaan sesaat menghancurkan sejatinya tujuan perjalanan ini.