Traveling itu memang tak pernah mengenal usia, bahkan bayi pun bisa melakukannya (dengan catatan diajak orang tuanya loh!).
Kalau saya dulu, ketika masih usia SMP-SMA travelingnya ya cuma ke wilayah-wilayah dalam kota yang notabene tempat-tempat yang masih dalam takaran mainstream. Asyiknya anak-anak ABG sekarang, banyak yang sudah berani ke tempat-tempat yang jauh, yang bahkan tempat yang susah terlacak.
Nah, sebagai orang yang lahir lebih dulu dari kalian nih, kakak punya pesan buat kalian para ABG traveler yang kece-kece:
Percayalah guys, vandalisme adalah tindakan yang bisa meruntuhkan ke kece-an kalian. Meninggalkan jejak buat dikenang jika suatu saat datang lagi ke tempat itu, memang kedengarannya manis. Sayangnya, tempat yang kalian rusak yang jadi nggak manis lagi.
Gunakan saja cara-cara kreatif lain yang bisa kalian lakukan. Misal nih, bawa benih tanaman, terus kalian tanam. Pasti bakalan terasa manis kalau beberapa tahun kemudian kalian kembali berkunjung dan melihat benih itu sudah menjadi pohon besar.
Kalimat di atas artinya “ingat orang tuamu, nak” Terdengar sok bijak banget ya? Orang mau senang-senang sama temen-temen, kok disuruh inget orang tua? Nggak jadi happy lah nanti! Mungkin begitu ya kira-kira pikiran kalian?
Begitupun saya dulu. Tapi, mau bagaimana lagi. Mau nggak mau ya harus inget. Mungkin kalian berpikir mereka nyebelin karena susah kasih izin traveling. Tapi kalian harus ingat, mereka seperti itu karena mereka cinta sama kalian. Mereka banting tulang untuk memenuhi kebutuhanmu. Jangan lupa diri dan sombong jika traveling kalian hasil merengek minta duit orang tua.
Kalau belum kerja, sumber modal traveling anak sekolahan ya dengan nabung uang saku. Kalau mau cepat ya nyari kerja part time. Ini selain memberi pelajaran diri untuk jadi orang cermat sekaligus bisa bikin kalian belajar tentang kegigihan. Kalau masalah ini, bahkan nggak hanya berlaku buat anak sekolahan, kakak-kakak yang sudah bekerja pun tetap harus nabung.
Saya pernah bertemu seorang pemuda yang bercerita tentang pengalamannya menabung uang saku yang akhirnya membuatnya bisa keliling Sulawesi seorang diri. Keren, kan? Tapi yang perlu diinget lagi, biarpun sudah nabung, kembali lagi ke poin 2 ya. Inget orang tua! Sebelum traveling, pastikan orang tua memberi izin. Dan pastikan kebutuhan lain yang lebih penting sudah terpenuhi. Tenang saja, Takkan lari kok gunung dikejar. Tempat-tempat wisata itu tak kan kemana-mana. Jadi kalau memang belum ada dana ya nggak usah maksa, apalagi kalau sampai ngutang! Nggak kece mah itu!
Traveling itu punya banyak manfaat untuk pengembangan diri. Ada banyak hal yang bisa kita petik. Setiap tempat dan setiap orang yang kita temui selama perjalanan seringkali berbeda dari kehidupan sekitar kita sehari-hari. Dari merekalah kita bisa belajar nilai-nilai hidup dan ilmu-ilmu yang lain. Sayang banget kalau traveling hanya demi sebuah foto medsos tapi nikmatilah perjalanannya guys. Nikmati hari-hari kalian bareng temen-temen perjalanan, kenalan dengan orang-orang baru, serta berinteraksilah dengan penduduk sekitarnya walau hanya sekadar bertegur sapa. Keren lagi nih, kalau perjalanan kalian juga sekaligus memberi manfaat buat orang-orang sekitar tempat yang kamu datengi.
Kalau cuma buat foto, jepretan-jepretan itu akan jadi membosankan seiring berjalannya waktu. Nggak keren lagi, karena udah pernah dipajang sebelumnya. Paling tanggepan teman-teman kalian hanya sebatas ini,
“Waaa, elu keren banget sudah sampai situ!”
“Gila, kamu berani banget bisa foto di situ,” atau
“Wuih, nih anak beneran traveler sejati. Sudah sampai mana-mana!”
Tanggapan-tanggapan semacam ini kalau tak hati-hati hanya akan membuat kalian lelah guys! Lelah karna kalian jadi secara tak sadar mencari celah traveling-traveling anti mainstream untuk kalian datangi hanya demi menyenangkan orang-orang itu. Supaya orang-orang itu tak luntur menganggap kalian sebagai traveler sejati.
Beberapa kali saya datang ke tempat-tempat wisata sepi yang belum banyak dikenal publik. Yang jadi permasalahannya, beberapa kali pula saya mendapati dua remaja yang sedang dekat-dekatan di area-area yang bisa dipastikan banyak nyamuknya. Misal, di bawah rungkut pohon yang banyak semaknya, atau di tepian sungai tertutup ilalang yang tumbuh subur. Juga di balik batuan di antara banyaknya pohon. Haduhhh, kalau sudah begini saya susah berpikir bahwa mereka adalah dua remaja yang sedang menikmati keindahan alam.
“Elingo wong tuomu to le!” Ujung-ujungnya balik lagi ke poin no 2.
Ingat masa depan kalian masih panjang. Jangan sampai aksi refreshing traveling kalian justru
Hati-hati woe traveler yang sering traveling bareng pacar apalagi cuma berduaan, inget gengs, yang ketiga setan. Jangan jadikan alam saksi perbuatan dosa kalian.
Untuk yang hobi mendaki gunung, ‘no’ miras juga ya! Jangan percaya miras itu bisa membuat hangat ketika lagi di gunung yang dingin. Alkohol itu melebarkan pembuluh darah. Rasa hangatnya hanya sementara, karena sesudah itu tubuh justru semakin dingin karena pembuluh darah melebar, membuat darah terkumpul banyak di permukaan kulit yang akan membuat tubuh lebih cepat melepas suhu panasnya.
Traveling boleh, tapi kalau nilai jadi hancur, itu namanya memalukan! Masak, megahnya foto-foto kalian nggak sebanding ma prestasi?
“Udah kok, nilaiku tetep bagus-bagus!”
Yakin nggak tuh hasil keringat sendiri? Kalau cuma hasil menyalin jawaban teman, tetep deh ke kecean kalin sebagai traveler nggak sempurna dan belum sepenuhnya terakui.
***
Nah demikian pesan kakak buat kalian para traveler usia belasan. Tetep kece selalu ya kalian!