5 Alasan Harus Berkunjung ke Eropa Saat Musim Dingin

Orang bilang, Eropa hanya menarik saat musim panas. Saya tak sependapat, benua biru ini tak kalah menarik saat musim dingin.

SHARE :

Ditulis Oleh: Rani Suryatama

Foto dari TerrazzinoSancarlo

Musim dingin, udara dingin yang menusuk saat kebanyakan orang mereka berkunjung ke pantai-pantai hangat di Bali atau Lombok, saya justru memilih berkunjung kesini. Orang bilang saya tak akan mendapatkan apapun disini.

Dan setelah berkunjung ke beberapa tempat di sana, saya tak menyesal dengan rencana perjalanan kali ini.

1. Tak perlu repot mengurusi penampilan

Hal pertama yang terpikir tentang Eropa adalah fashion. Entah kenapa, menonton berita atau acara apapun tentang eropa di tv, saya tak pernah melihat mereka bepenampilan “buruk”. Semua modis, baik pria atau wanitanya.

Saya khawatir akan tampil mencolok karena saya tahu saya sangat buruk dalam selera berpakaian.

Bepergian ke Eropa saat musim dingin menghilangkan kecemasan tentang fashion.

Di Milan, Italia, semua berpakaian sama, jaket tebal berlapis-lapis, syal bulu dan juga penghangat telinga.

2. Diskon dimana-mana

Setelah selesai masa liburan natal dan tahun baru, semua menjadi lebih murah. Diskon tiket eurail, makanan-makanan di restoran dijual setengah harga -saya cukup kekenyangan menyantap croissant di Paris, hal yang tak pernah saya dapatkan saat musim panas karena mahalnya roti tersebut.

Begitupun harga-harga tiket tempat wisata disana, bahkan gratis. Saya bebas melenggang masuk ke Museum Cinquantenaire Art di Belgia. Museum menjadi pilihan tempat wisata bagus di Eropa saat musim dingin, kecuali kamu ingin membeku kedinginan diluar memandangi Manneken Pis, patung anak kecil sedang kencing di air mancur di sudut Rue de L’Etuve & Stroofstraat.

3. Berkumpul bersama warga lokal di restoran

Cafe dan restoran di Eropa saat musim panas begitu dipadati oleh wisatawan. Tidak saat musim dingin.

Saat musim dingin, restoran-restoran atau bar kebanyakan dipenuhi oleh warga lokal. Di Belanda, saat menghangatkan diri di sebuah restoran tua di sudut kota, saya berkenalan dengan Adrian, seorang warga Belanda yang ternyata masih berdarah Maluku. Kakek dan neneknya adalah orang Maluku asli, yang pindah ke Belanda. Pria berbadan kurus kecil ini bahkan paham saat saya menggunakan bahasa Indonesia, hanya saja dia masih kurang lancar dalam mengobrol dengan bahasa Indonesia.

Satu hal yang saya ingat dia berujar dalam bahasa Indonesia patah-patah, ‘wanita-wanita Indonesia sangat cantik, suatu saat saya ingin menikah dengan wanita Indonesia dan tinggal di sana.’

4. Sensasi hangat di musim dingin

Di pusat kota Zurich, sebuah kota yang selalu semarak dengan hingar bingar perdagangan di Swiss, saya mendapat rekomendasi dari seorang kawan untuk mencoba spa.

Tempat ini bernama Asia Spa di kawasan Kalandergasse. Saya naik kereta menuju Zurich Sihlcity Nord untuk kemudian melangkahkan kaki melalui jalan Buttenweg. Saat musim dingin di kawasan Eropa lain cukup tenang di sini tetap saja ramai.

Favorit saya di tempat ini adalah Onsen Pool, sebuah kolam air panas bergaya Jepang. Desain interior tempat ini kalem, membuat suasana hati tenang.

Satu yang menarik, setiap harinya tampilan kolam ini berganti, seperti warna-warna bunga sakura, suasana Hokkaido, Okinawa hingga lautan segar Shiosai.

5. Salju!

Ini pertama kali saya menyentuh, merasakan aroma dan menjilatnya!

Meski ini kali ketiga saya berkunjung ke Eropa, ini pertama kali saya merasakan salju. Kunjungan pertama saya saat musim panas.

Saat menonton film Home Alone saat kecil dulu saya selalu membayangkan dapat makan es sepuasnya jika ada salju. Hal bodoh saya pikir, setelah saya mencoba menjilatnya sedikit, ternyata rasanya pahit. Pertama dan terakhir kali saya menjilat salju.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU