Karena kaum traveler millennial selalu unik, begitu juga apa yang mereka hadapi
Generasi millennial itu emang selalu punya gaya hidup yang unik kalau dibandingkan generasi X di masa sebelumnya. Tapi kalau Kamu jeli pasti akan menyadari satu hal. Bahwa sebetulnya, generasi milenial ini udah mulai terjangkit berbagai “penyakit”.
Jeleknya lagi nih, Kamu yang ngaku sebagai traveler juga mungkin udah kejangkit sama “penyakit” kaum milenial ini. Setidaknya Kamu pasti pernah mengalami satu dari 10 penyakit ini. Coba Kamu perhatikan baik-baik, jangan sampai ada yang kelewat.
Selfie’s Elbow itu semacam penyakit yang bikin Kamu nggak bisa lepas dari hp. Tujuannya nggak lain dan nggak bukan ya buat foto selfie. Ada objek bagus dikit, selfie. Ada pesawat lewat, selfie. Sampai ada gunung meletus pun juga selfie.
Nggak beda juga sama penyakit para traveler, yang hobinya selfie sepanjang jalan. Sampai-sampai pulang dari traveling baru nyadar kalau fotonya hasil selfie semua, dan nggak ada foto lanskap pemandangan yang bisa di-share. Pernah nggak Kamu ngalamin kayak gini?
Sudah jauh-jauh traveling ke negeri seberang, eh begitu sampai di sana malah cuma ngabisin waktu di kamar hotel. Tidur setengah duduk sambil mainan laptop dengan posisi tangan udah kayak Velociraptor -sejenis dinosaurus yang tangannya melipat ke depan-.
Ujung-ujungnya waktu liburan cuma habis buat online di kamar. Ya nggak salah juga sih staycation di hotel. Asal nggak cuma mainan laptop atau gadget doang. Misalnya renang, yoga, nikmatin pemandangan di luar hotel atau nyari spot yang unik buat sekadar duduk ngobrol.
Penyakit ini didukung oleh harga mie instan yang murah meriah dan tetap enak dimakan dalam kondisi apapun. Mau naik gunung atau camping di pantai, makanannya selalu mie instant. Bahkan kadang traveling jauh ke luar negeri pun nggak bisa jauh-jauh dari mie instan ini.
Mungkin karena emang murah, jadi bisa menghemat budget traveling Kamu. Apalagi cita rasa mie instan sekarang udah macam-macam dan semuanya enak.
Punya foto traveling bagus dan pengen upload ke instagram. Tapi butuh waktu lebih dari 5 menit cuma buat milih dan nyoba filter yang mau dipake. Padahal sebetulnya dari sekian banyak filter Kamu tahu kalau akhirnya bakal milih satu filter aja yang biasa Kamu pake, Valencia misalnya.
Kamu pasti sering kayak gini kan?
Mungkin Kamu pernah, posting banyak foto di tempat-tempat yang hits di sosial media. Ya supaya dibilang traveler kekinian yang nggak pernah kelewatan destinasi wisata keren. Padahal nih mungkin Kamu cuma numpang foto doang, abis itu udah. Belum lagi nanti di akun sosmedmu bakal ada embel-embel nama “Bolang si Traveler Keren” atau “Bolang si Traveler Ilang”
Dan ujung-ujungnya Kamu menilai level keren dirimu saat like di fotomu mencapai ribuan. Padahal, menjadi traveler itu nggak cuma berburu like di sosmed.
Kamu jadi orang yang serba tahu tempat makan enak dan murah di Jogja. Kamu tahu destinasi yang lagi hits di Semarang. Kamu tahu di mana ada hotel yang nyaman dan murah di Bandung. Kamu tahu segalanya, sampai mungkin Kamu juga tahu kapan Raja Salman bakal balik lagike Indonesia.
Kamu merasa tahu segalanya karena udah punya gadget yang dipake buat akses informasi setiap saat, kapan aja dan dimana aja. Tanpa perlu banyak nanya ke warga lokal. Nah, inilah saat di mana Kamu disebut Wikiphasia.
Capek naik gunung buat kasih pesan tulisan kayak gini ke gebetan,
Syntia, dapet salam dari Puncak Rinjani. Aku sayang Kamu.
Lalu si dia upload foto kiriman Kamu di instagram dengan caption yang nggak kalah cetar,
Makasih ya “teman”!
Nah, itu lah friend zone burn yang lagi hits banget di era milenial ini.
Lagi jalan-jalan di pinggir pantai, tiba-tiba motret pemandangan dan hasilnya cantik banget. Cepet-cepet nih Kamu unggah di semua sosmedmu, ternyata setelah berjam-jam cuma ada 10 orang yang like. Saat itu badanmu jadi lemas, pusing dan tiba-tiba jadi bad mood. Persis kayak cewek yang lagi PMS, kalau disenggol dikit langsung marah-marah.
Mungkin saat itulah sebetulnya Kamu udah mulai terjangkit chronic butthurt. Hati-hati!
Tiba-tiba aja Kamu males ngapa-ngapain. Cuma duduk diem seharian di pinggir pantai. Bukan buat menikmati pantai. Tapi karena emang males ngapa-ngapain. Jadi Kamu milih duduk diem gitu aja. Nggak mau berinteraksi sama orang lain, bahkan sampai ada tsunami pun Kamu mungkin nggak bakal sadar. *lebay
Lumayan sih kalau magernya pas di pinggir pantai atau lagi di gunung. Bisa sambil lihat pemandangan indah paling nggak. Ya berharap aja biar partner travelingmu nggak bete nungguin Kamu seharian.
Ada satu destinasi yang lagi hits banget di instagram, facebook, path, atau sosmed lainnya. Dan Kamu melewatkan destinasi hits ini begitu aja. Padahal selama ini Kamu dikenal sebagai milenial traveler yang nggak pernah ketinggalan hal hits apapun seputar traveling.
Di situlah Kamu merasa kalau hidupmu sebagai seorang traveler udah “hancur” dan nggak keren lagi. Padahal kan traveler keren itu bukan dilihat dari sebanyak apa destinasi hits yang dia kunjungi. Hm!
***
Sebetulnya “penyakit” milenial ini nggak jadi masalah sih. Apalagi Kamu emang hidup di era yang serba teknologi. Jadi “penyakit-penyakit” semcam ini emang wajar. Tapi, ada baiknya juga kalau Kamu nggak berlebihan. Misalnya penyakit selfie yang udah merajalela ini. Sebisa mungkin sih nggak sampai membahayakan diri sendiri dan orang lain. Pokoknya, apapun yang berlebihan itukan emang nggak baik.