Wisata Bantul Berkembang Pesat, Lahan Parkir Jadi Kebutuhan Mendesak

Fasilitas pendukung di destinasi wisata Bantul masih minim

SHARE :

Ditulis Oleh: Desti Artanti

Makin berkembangnya wisata hingga ke tempat-tempat terpencil, seharusnya berjalan beriringan dengan perkembangan fasilitas pendukungnya; toilet umum, kebersihan, tempat peristirahatan, dan masih banyak lainnya.

Di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sejumlah desa wisata membutuhkan kantong-kantong parkir kendaraan wisatawan, guna memberikan kenyamanan kepada pengunjung, terutama saat hari libur di mana terjadi lonjakan jumlah pengunjung.

“Desa wisata kerajinan kulit Manding dan kerajinan gerabah Kasongan yang mendesak butuh kantong parkir karena saat ramai wisatawan, lahan parkir yang ada tidak mencukupi,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bantul Bambang Legowo di Bantul, Selasa (29/3).

Dilansir dari Republika, Bambang Legowo menjelaskan bahwa desa wisata sentra kerajinan masih relatif banyak yang belum menyediakan lahan parkir yang memadai, sehingga pada saat menerima rombongan tamu secara bersamaan, tidak jarang arus kendaraan wisatawan kurang lancar dan membuat pengunjung kurang nyaman.

Di Desa Wisata Manding misalnya, pengelola bisa memanfaatkan seputaran ring road menuju kompleks perkantoran Pemkab Bantul mengingat kawasan tersebut masih tersedia titik-titik untuk parkir kendaraan, terutama bus, dengan teknis menurunkan wisatawan terlebih dahulu di sentra kerajinan.

Sementara untuk yang di Desa Wisata Kasongan, solusinya diakui memang lebih sulit karena hampir seluruhnya padat saat musim liburan.

Keberadaan lokasi parkir yang memadai di desa wisata kerajinan, termasuk desa wisata budaya maupun seni sangat vital sekarang, karena hal itu merupakan bagian dari fasilitas pendukung wisata dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada pengunjung.

Menurut Bambang, kenyamanan wisatawan harus diutamakan. Kenyamanan dan keamanan wisatawan adalah kunci utama mereka akan kembali ke tempat yang sama atau tidak.

Walau demikian, kata dia, jika nantinya ada kantong-kantong parkir di sejumlah desa wisata kerajinan tersebut, diharapkan harus ada koordinasi antara kelompok sadar wisata (pokdarwis) dan pemerintah desa serta masyarakat setempat supaya tidak terjadi pengelolaan parkir wisatwan secara liar.

“Harus dikoordinir supaya tidak menjadi parkir liar, dan pengelolaannya tidak hanya diserahkan kepada masyarakat begitu saja, ini bagian dari permasalahan manajemen pengelolaan desa wisata,” pungkas Bambang.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU