Nenek Penjual Lontong Tahu dan Warung Kecilnya di Sudut Kota Blora

Ada kisah tentang kehidupan di sebuah warung lontong tahu kecil di sudut Kota Blora. Warung kecil yang mengajarkan "besar"nya kehidupan.

SHARE :

Ditulis Oleh: Umu Umaedah

Foto oleh Widi Ariraka

Kamu harus coba kuliner khas Blora satu ini, lontong tahu.’ Temanku memandangku penuh percaya diri. ‘Aku selalu makan ini kalau pulang. Benar-benar enak.’

Aku masih sibuk merapikan diri di depan cermin.

Aku sudah lapar. Ayo pergi sekarang,’ temanku merengek.

Seberapa jauh tempatnya?’ pertanyaan itu selalu aku tanyakan ketika berada di tempat asing.

Tak sampai 10 menit.’

Suasana malam di daerah Randublatung, Blora tidak terlalu berbeda dengan kampung halamanku, sama-sama sepi. Tidak terlihat orang berlalu lalang padahal jam baru menunjukkan pukul 7 malam. Bedanya ada pada dekorasi desanya. Pertama sampai di daerah ini, aku pikir daerah ini adalah kampung termiskin yang pernah aku datangi karena, hampir sepanjang jalan yang kulihat adalah rumah bermodel adat jawa kuno berdinding kayu. Hal yang membuatku heran adalah ternak sapi yang dibiarkan di depan rumah hanya diikatkan pada bambu. Tidak beratap dan tidak berdinding.

Di emper depan rumah, terdapat tumpukan karung hasil dari pertanian mereka, dibiarkan begitu saja tanpa takut ada yang mencurinya.

Memasuki sebuah pekarangan rumah, aku celingukan.

Katanya mau makan. Kok ke sini?’

Kita makan di sini,’ temanku menjawab tanpa menoleh.

Rumah ini sangat berbeda dengan warung makan pada umumnya. Di depan rumah tidak ada gerobak ataupun meja yang menyajikan deret-deret makanan.

Aku mengikuti temanku masuk ke dalam rumah. Banyak orang berusia sekitar 40an tahun, sedang duduk menikmati sajiannya masing-masing. Mereka terlihat seperti tamu yang sedang dijamu oleh tuan rumahnya. Samasekali tak terlihat seperti tamu-tamu yang makan di warung.

Mbok, saya pesen dua makan sini,’ temanku yang memang sudah terbiasa langsung memesan ke si mbok.

Lontong tahunya pakai lauk apa, Nduk?’

Ikan asap Mbok, 2‘ temanku memesan menu favoritnya.

Wanita tua itu masuk ke dalam dan keluar membawa 2 piring pesanan. Ia tersenyum. Menurutku umurnya sudah menginjak 60an tahun, tapi beliau masih terlihat sehat. Langkah kakinya cepat dan mantap.

Di rumah kecil hangat ini, ia menghabiskan hari-harinya. Di warung kecil dalam rumahnya ini, ia menggantungkan harapan-harapannya untuk melanjutkan hidupnya.

Temanku melahap lontong tahu dengan penuh gairah. Sementara aku masih ragu-ragu untuk memakannya. Aku hanya masih tidak percaya ada warung seperti ini dengan seorang penjual wanita lanjut usia.

Si mbok sudah lama hidup sendiri. Suaminya telah lama meninggal dunia. Sedangkan dua anak perempuannya telah menikah dan ikut dengan suaminya. Temanku menceritakan sedikit tentangnya.

Enak kan?’ temanku melirik.

Sesendok lontong tahu berhasil kulahap. Dari bentuknya, lontong tahu hampir sama seperti kupat tahu. Namun sambal kacang di lontong tahu ini begitu kental. Rasa ikan asap juga begitu menggigit di lidah.Mengherankan, tidak ada yang berbeda dengan bumbu-bumbu dapurnya yang biasa kukenal yang dipakainya. Namun rasanya begitu berbeda.

Ini teman saya mbok, dari jauh. Pengen mencipipi kuliner yang asli sini. Saya juga kangen mbok sama lontong tahu buatan simbok. Di Jogja nggak ada.’

Hehe iya ini, Mbok. Mbok sejak kapan jualan lontong tahu?’ pertanyaan yang ingin kutanyakan dari awal melihat rentanya nenek tersebut.

Sudah lama, kira-kira 30 tahunan. Mbok juga lupa, maklum sudah tua, Nduk.’

Nah itu Mbok, sapi di depan yang ngerawat si Mbok?’

Kadang si Mbok, kadang kalau lagi tidak enak badan, ada adik si Mbok yang merawatnya.

Mbok tidak ikut anaknya saja, kan ada yang ngejagain nantinya,’ temanku ikut menimpali obrolan kami.

Sayangnya rumah sendiri lebih nyaman Nduk. Nanti kalau sudah tua, kamu tahu rasanya.’ Simbok tersenyum dan kembali melayani pembeli lain yang datang.

Aku tercekat. Kata-kata si mbok sangat tajam mengena. Saya ingat sudah hampir 3 bulan tidak pulang ke rumah.

Sebuah pelajaran lagi aku dapatkan di perjalanan, di sebuah warung kecil di dalam rumah seperti ini mungkin tidak akan aku temukan di kota lain.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU