Quan Peng, seorang pemuda lumpuh yang berhasil mengelilingi lebih dari 5.670 kilometer bagian negara China dengan kursi roda. Pria berusia 29 tahun yang berasal dari Provinsi Gansu China Barat telah mengunjungi 43 kota dan 5 provinsi. Quan mengawali perjalanannya dari Beijing pada Agustus 2014. Selama enam bulan kedepan, dia berharap bisa memenuhi semua destinasi di China Selatan. Perjalanan Quan akan berakhir di ujung China Selatan.
Di balik kegigihannya mengelilingi China, ternyata Quan memiliki tujuan yang mulia. Dia ingin agar setiap orang yang memiliki kelemahan fisik sepertinya diperlakukan sama seperti orang normal pada umumnya.
Melakukan perjalanan menggunakan kursi roda bukan hanya mengatasi keterbatasan fisik, namun juga melawan perlakuan diskriminasi. Dia kerap mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari para petugas hotel dan pelayan restoran. Petugas hotel selalu menolak kedatangannya dengan mengatakan hotel sudah penuh dipesan. Di lain sisi, pelayan restoran tidak akan menerima pesanannya karena dia dianggap pengemis.
Lingkungan yang menolak kehadiran dan bujet yang tipis memaksa dia untuk tinggal di dalam tenda atau bermalam di tempat-tempat umum seperti rumah sakit, bank, dan toilet umum. Tidur di atas kursi roda menggunakan payung sebagai pelindung panas dan hujan pun sudah menjadi hal yang biasa baginya.
Otot-otot menonjol di lengannya menjadi bukti kerasnya perjalanan yang Quan tempuh. Tantangan paling berat dialami ketika Quan tiba di Taishan, salah satu gunung suci di China. Mendaki gunung dengan merangkak hingga sampai puncak merupakan perjuangan terberat Quan selama ini. Dia cukup malu untuk meminta bantuan orang lain.
Taishan menjadi titik balik kebangkitan kepercayaan diri Quan. Menurut pengakuannya, tidak ada tempat yang tidak bisa dia capai setelah mendaki Gunung Taishan. Di balik kepercayaan dirinya itu, dia menyimpan malu yang mendalam terhadap negaranya. Bagaimana bisa sebuah negara besar dengan jumlah penduduk lebih dari 1 milliar jiwa membiarkan warganya merangkak mengelilingi China?
Perjalanan dengan kursi roda mengelillingi China menunjukkan sebuah kenyataan pahit. Bahwa para penyandang cacat memang kurang mendapatkan perlakuan yang baik. Tak satupun dari kota yang dia kunjungi menyediakan fasilitas yang layak untuk dia. Bahkan, Quan merasa tidak bisa menikmati fasilitas umum yang ada di Beijing dan Shanghai. Kota yang terlihat ramah terhadap orang berkebutuhan khusus.
Permasalahan serius ini harus segera ditangani pemerintah China dan bisa menginspirasi negara lain untuk lebih menghargai warganya yang memiliki kebutuhan khusus.