Traveling Itu [Sebenarnya] Gampang dan Menyenangkan!

Hanya ada satu hal yang perlu dilakukan jika ingin traveling, yaitu lakukan sekarang juga.

SHARE :

Ditulis Oleh: Akhfa Irawan

Selalu ada senyum kecil yang mengembang ketika melihat pembaharuan status dan gambar teman di kontak Blackberry Messenger. Status dalam sebuah perjalanan ataupun hasil foto pemandangan tempat yang telah mereka jejaki.

Traveling menyebar bak virus yang dari hari ke hari semakin berkembang meracuni pikiran banyak orang. Traveling tak lagi menjadi sekedar hobi, bagi sebagian orang sudah menjadi kewajiban meluangkan waktu untuk berkemas menuju tempat yang baru.

Gunung, pantai, danau, air terjun, hingga desa terpencil seakan menjadi tujuan yang tak habis-habis untuk dikunjungi. Dalam hingga luar negeri, selalu ada tempat tujuan baru bagi traveler bahkan sebelum pulang dari sebuah perjalanan.

Aku menikmati ritual sore hariku, minum kopi hitam panas sambil menggeser-geser layar ponsel melihat status pembaharuan teman-teman. Teringat sejenak alasan kenapa dulu aku terjerumus mengikuti hobi teman-teman untuk traveling.

“Kehidupan sebenarnya bukan ada di kampus, cobalah sesekali keluar dari rutinitasmu”. Begitu kira-kira pernyataan salah satu teman yang seorang backpacker.

Bermula dengan hanya coba-coba hingga akhirnya kini ketagihan. Dari yang awalnya ragu-ragu, hingga akhirnya mantap untuk melangkah. Menepis semua bayangan ketakutan jauh dari rumah dan menyimpan berbagai macam pikiran tentang halangan yang akan muncul nanti.

Mencoba selalu berpikiran positif bahwa perjalanan nanti akan berkesan serta banyak pengalaman yang akan didapat. Traveling itu gampang dan menyenangkan. Hanya saja untuk orang awam banyak yang beranggapan itu adalah hobi yang mahal dan susah.

Lalu apa yang dibutuhkan untuk traveling?

1. Camkan dalam Hati Kamu “Akan Ke” Bukan “Ingin Ke”

photo from www.wallpaperup.com

Banyak orang yang hanya sekedar ‘ingin’ menjadi seorang traveler, tapi belum berani untuk mencobanya. Kemauan adalah modal awal melakukan perjalanan, tetapi itu belum cukup dan harus diikuti dengan keberanian. Keberanian mengambil keputusan untuk melakukan perjalanan.

Aku ingat banyak teman kuliah yang ingin traveling dari melihat catatan perjalanan dan hasil jepretan kamera di tempat yang pernah aku kunjungi, namun ketika diajak pasti menolak dan selalu punya alasan takut ini itu.

Ya, mungkin normal, tapi tanpa mewudjudkannya menjadi nyata keinginan hanya sekedar keinginan. Omdo alias omong doang.

“No Action Talk Only”

Kendala pasti terjadi, baik sebelum maupun saat melakukannya. Tapi jika ada kemauan dan keberanian, yakinlah akan ada jalan keluar. Banyak jalan menuju Roma.

2. Sebelum Bepergian, Jawaban Pertanyaan “ Untuk Apa Aku Kesana?” Harus Sudah Kamu Temukan

Pertimbangkan baik-baik tujuan yang ingin dicapai, jangan hanya tempat saja yang menjadi tujuan jika perlu suasana, spot untuk melihat pemandangan, hingga sudut yang diinginkan untuk mengambil gambar. Jangan sampai sudah sampai di tempat tujuan lalu bingung harus melakukan apa.

Tak perlu sebuah tujuan besar, abstrak dan imajiner. Sebuah tujuan yang simpel dan nyata cukup untuk membuatmu segera berkemas dan melangkahkan kaki keluar rumah.

Pernah ada salah satu teman yang menjadikan perjalanannya sebagai tujuan. Ia nge-Bis dari Semarang menuju Jogja, Solo, Purwodadi, Pati, dan kembali ke Semarang. Setelah pulang kos iseng-iseng kutanyakan alasannya, dan santai dia jawab “pengen ngrasakke nikmate udud ning Bis wae”, dengan gaya khasnya yang cengengesan.

“Ingin merasakan nikmatnya merokok di Bis saja” katanya.

3. Seorang Traveler Sejati Selalu Menyusun Agenda Perjalanannya

Itenerary adalah rancangan detail tentang perjalanan yang akan dilakukan, bisa mencakup informasi tempat tujuan, ketersediaan alat transportasi, tempat menginap, serta rancangan pengeluaran uang selama perjalanan (biaya tiket masuk tempat wisata, biaya transport, kebutuhan makan, hingga jatah membeli oleh-oleh).

Dana merupakan hal yang wajib diperhitungkan, sesuaikan ketersediaan uang dengan skala kebutuhan saat traveling. Selalu sisipkan uang cadangan untuk hal tak terduga yang mungkin terjadi.

Kondisi di lapangan seringkali berbeda/berubah dari rencana yang sudah dibuat. Jika perlu, siapkan itenerary tambahan/cadangan untuk hal-hal yang mungkin terjadi.

Ada cerita pengalaman pribadi yang mungkin bisa dijadikan pelajaran untuk memperhatikan segala sesuatu dengan cermat dan detail.

Saat itu aku dan ketiga teman melakukan ekspedisi pendakian gunung Merbabu dan Merapi, serta traveling ke Malioboro. Waktu persiapan yang mepet menjadi kesalahan pertama kami. Kejutan dalam ekspedisi kami adalah cuaca yang tidak diperkirakan sebelumnya.

Hampir semua daerah di wilayah Jawa mengalami cuaca buruk, dan sialnya kami baru mengetahui informasi tersebut setelah pulang dari ekspedisi.

Pendakian di kedua gunung ini kami ‘dihadiahi’ badai. Kami bahkan nyaris tak dapat mendirikan tenda karena angin yang begitu kencang saat di Merapi.

Setelah pendakian di kedua gunung, sampai Malioboro dengan wajah yang tak karuan. Sekali lagi persiapan kami mungkin kurang matang, bekal uang kami hanya cukup untuk pulang.

Alhasil kami hanya bisa duduk-duduk melihat lalu lalang kendaraan di 0 kilometer Jogja lalu pulang. Tujuan memang kami dapatkan, tapi ‘hadiah’ berharga dan tak terlupakan dari hasil persiapan yang kurang harus kami rasakan.

“Jangan pernah sekali-kali melupakan persiapan, 60 % keberhasilan perjalanan ditentukan”

4. Percayalah, Meyakini Pepatah “Biarkan Berjalan Apa Adanya Seperti Air yang Mengalir” Adalah Ide Buruk

photo from alleramone.blogspot.com

Traveling juga merupakan hobi yang serius, dalam arti memerlukan kesiapan. Selain persiapan yang matang harus dilengkapi dengan kesiapan fisik dan mental diri yang baik pula. Khususnya jika tujuan kita adalah tempat yang bisa dikatakan ekstrim. Tempat tujuan yang berbeda mungkin memerlukan kesiapan yang berbeda pula.

Misal kita akan mendaki gunung harus dipersiapkan fisik yang sehat dan kuat. Pendakian gunung membutuhkan energi yang banyak, tanpa fisik yang sehat dan kuat dapat menggagalkan pendakian.

Mental yang baik juga diperlukan untuk menghadapi situasi yang sulit seperti tersesat dan kehabisan bekal. Jangan sampai pendakian tanpa kesiapan berujung fatal.

5. Jangan Banyak Alasan, Segera Berkemas dan Langkahkan Kakimu Sekarang Juga!

photo from usdailyreview.com

Setelah mempunyai kemauan dan keberanian yang cukup, tujuan, catatan itenerary yang baik, serta kesiapan fisik dan mental, lengkaplah sudah jika kita melakukannya.

“Kamu akan merasakan bagaimana menyenangkannya sebuah perjalanan menuju tempat yang baru dan pulang dengan pengalaman tak terlupakan. Teman yang sudah berpengalaman akan sangat membantu untuk traveling pertamamu”

Cahaya matahari sudah meredup, kopipun juga sudah habis. Kutinggalkan gelas  di atas meja dan bergegas masuk. Lamunanku tadi sepertinya membuat semangatku untuk traveling bertambah setelah beberapa saat lelah terkuras untuk tugas akhir.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU