Tradisi Ramadhan di Lombok, Semarak Budaya Ramaikan Bulan Suci Ramadhan

Dile Jojor, Bebersinan dan Ngaji Quran, tradisi mana yang paling unik?

SHARE :

Ditulis Oleh: Rizqi Y

Perbedaan bukanlah menjadi pembeda saat merayakan satu kemuliaan yang sama. 

Indonesia yang berdiri kokoh di antara keragaman suku, ras dan agama justru punya kekayaan budaya yang melimpah. Contohnya, mendekati ramadhan saja ada puluhan tradisi yang beda di setiap daerah untuk merayakannya. Ini bukti nyata, kalau Indonesia emang punya sejuta kekayaan budaya yang tak ternilai harganya. Dan uniknya, inilah yang menjadikan Indonesia tetap satu!

Salah satu tradisi unik juga dirayakan di Lombok setiap kali bulan suci ramadhan datang. Mau tahu gimana keseruan warga Lombok menyambut ramadhan? Kayak gini nih.

Mengawali bulan suci ramadhan, masyarakat Lombok begitu gembira menyambutnya dengan Tradisi Bebersinan

Ilustrasi tradisi bebersinan. Sumber foto

Masyarakat Lombok juga menyebut tradisi ini sebagai Penampahan. Tradisi ini ditandai dengan prosesi mandi seperti mandi besar atau mandi junub. Ini sebagai perantara untuk membersihkan diri baik secara lahir atau pun batin. 

Uniknya, dari masyarakat Lombok sendiri pelaksanaan tradisi Bebersinan ini punya beberapa versi. Ada warga yang melakukan prosesi mandi di rumah mereka masing-masing. Ada juga yang mandi besar di danau atau sendang seperti Juben (Otak Kokoq), Sendang Gile, atau Tete Batu.

Bahkan ada juga warga Lombok yang melakukan prosesi Penampahan ini dengan mandi di pantai baru membilasnya dengan air tawar. Mandi di pantai diyakini sebagai cara untuk meluruhkan segala jenis kesalahan dan dosa.

Samudera lepas yang luas juga dipercaya bisa membawa pergi semua keburukan yang ada dalam diri seseorang. Setelah mandi di pantai, mereka akan melanjutkan dengan mandi dengan air tawar. Ini sih tujuannya untuk mensucikan diri sebelum masuk ke bulan ramadhan.

Mungkin kapan-kapan kalau sedang merayakan ramadhan di Lombok, Kamu bisa ikut merayakan tradisi ini gais. Seru pastinya!

Umat islam juga nggak lupa untuk melakukan ziarah kubur ke makam tokoh agama yang mereka segani

Masyarakat juga melakukan ziarah sebelum memasuki ramadhan. Sumber foto

Menjelang ramadhan, umat islam Lombok akan melakukan ziarah ke makam alim-ulama atau tokoh agama yang disegani di sini. Misalnya Makam Loang Baloq, Makam Batu Layar, atau Makam Ketaq (Tuan Guru Lopan).

Selain itu, umat islam disini juga akan melakukan aksi bermaaf-maafan dengan keluarga, kerabat dan tetangga. Ini bertujuan untuk melebur kesalahan sebelum memasuki bulan puasa. Nah baru setelah acara ziarah dan bermaaf-maafan ini selesai, umat islam di sini bakal mengadakan pengajian atau dzikir bersama.

Istilah untuk kegiatan semacam ini adalah Roah, dan biasanya dilakukan di masjid atau mushola. Kadang ada juga lho yang mengadakan pengajian atau dzikir di rumah warga dengan mengundang tokoh agama untuk datang ke rumah. 

Lombok Utara punya sebuah tradisi “Ngaji Quran” untuk mengenang kehidupan islam masa lalu di Sesait

Prosesi mengusung Al-Quran dari Kampu ke Masjid Kuno. Sumber foto

Di Lombok Utara ada sebuah masyarakat ada yang telah memeluk islam sejak lama. Konon, islam di sini telah diakulturasikan dengan budaya adat Lombok. Nah setiap ramadhan datang, masyarakat adat Sesait di Kecamatan Kayangan punya satu adat yang cukup unik.

Di kampung yang 100% masyarakatnya islam ini terdapat sebuah masjid kuno yang berdinding bambu dan beralas tanah. Masjid ini memang nggak dipakai untuk shalat tarawih, tapi justru digunakan untuk adat Ngaji Quran.

Tradisi Ngaji Quran diawali dengan membawa sebauh Al-Quran bertulis tangan dari Kampu menuju masjid kuno ini. Kampu adalah Pusat Pemerintahan Desa Adat Sesait. Dalam tradisi ini, Al-Quran yang dibungkus dengan kain putih diarak menuju masjid dengan diiringi warganya. Dan uniknya, Al-Quran yang bersampul kulit unta ini nggak boleh didahului. Artinya semua warga harus mengiringi di belakang Quran, dan nggak boleh ada yang masuk terlebih dahulu sebelum kitab Alquran kuno tersebut masuk ke dalam masjid. 

Empat orang yang berhak membawa kitab suci ini adalah tokoh adat yang terdiri dari Jintaka, Mangkugumi, Penghulu dan Pemusangan. Prosesi Ngaji Quran ini nantinya akan dilakukan sepanjang malam. Nah, selain untuk menyambut ramadhan dengan lantunan ayat-ayat suci Alquran, tradisi ini juga untuk sarana pengingat bagi generasi penerus Sesait. Agar mereka tak lupa bagaimana sejarah masuknya islam di Sesait dan bagaimana dulu tradisi tetap dilakukan meski telah memeluk islam. 

Oh ya, tahu nggak sih gais? Ternyata Alquran yang disimpan di Kampu ini adalah kitab suci kuno yang bertulis tangan peninggalan dari abad ke XV. Sampulnya terbuat dari kulit Unta, namun saat ini konon kondisinya sudah agak rusak. Jadi sekarang masyarakat adat Sesait menggunakan kitab suci generasi kedua. Yang mana Alquran ini sudah dicetak mesin, tapi tetap menggunakan sampul kulit Unta. Keren banget ya gengs?

Masyarakat Lombok Barat juga nggak mau melewatkan kemeriahan ramadhan tanpa tradisi “Dile Jojor”

Tradisi Dile Jojor khas masyarakat Lombok Barat. Sumber foto

Nggak kalah dari Lombok Utara, masyarakat Dusun Tenges-enges, Dasan Tapen, Kecamatan Gerung, Lombok Barat juga punya tradisi yang unik. Yaitu tradisi “Dile Jojor”. Dalam tradisi ini masyarakat Lombok Barat di sini akan menyalakan ‘dile jojor’, sejenis obor yang berasal dari buah jamplung yang dibakar.

Masyarakat setempat sih seringnya menyebut tradisi ini sebagai tradisi “maleman”, karena memang dilakukan saat malam hari. Prosesi Dile Jojor diawali dengan membawa makanan berupanasi dan lauk-pauk ke masjid. Saat waktu berbuka datang, warga dan tokoh masyarakat akan menyantap bersama makanan tersebut, lalu shalat maghrib bersama. 

Nah, baru setelah shalat maghrib inilah obor dinyalakan. Pria, wanita dan anak-anak di kampung ini meletakkan Dile Jojor di setiap sudut rumah dan tempat pemakaman desa. Kampung yang tadinya gelap gulita pun menjadi terang karena cahaya dari obor ini. Tradisi Maleman ini dilakukan setiap malam ganjil di sepuluh hari terakhir ramadhan.

Tradisi ini bukan tanpa tujuan. Dile Jojor dilestarikan sebagai tradisi khas ramadhan di Lombok Barat agar masyarakatnya selalu terjaga di malam-malam terakhir ramadhan. Umat islam menyebutnya sebagai malam Lailatul Qadar. Dengan adanya cahaya obor ini, diharapkan semua orang bisa terus terjaga dan terus beribadah agar mendapat nikmatnya malam Lailatul Qadar yang diyakini sebagai malam yang lebih mulia daripada Seribu Bulan.

Semoga berkah Lailatul Qadar bisa didapat masyarakat muslim di Lombok Barat, amiin. 

***

Tradisi menyambut ramadhan di setiap daerah memang beragam. Tapi tujuan sebetulnya adalah satu, yaitu untuk memuliakan bulan ramadhan. Keberagaman tradisi ini menjadi bukti bahwa Indonesia emang kaya dan bisa hidup berdampingan dengan rukun meski punya perbedaan antara yang satu dan yang lainnya. 

Semoga berkah ramadhan bisa dirasakan oleh semua umat islam di manapun berada. 

Baca juga:

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU