Ini Dia Kesalahan-kesalahan Sepele yang Sering Dilakukan Pendaki Pemula

Sadar atau tidak, kita mungkin pernah melakukan ini

SHARE :

Ditulis Oleh: Echi

Foto oleh Dhesi Echi

Minimnya pengetahuan tentang pendakian kerap menimbulkan salah kaprah. Sadar atau tidak, mungkin Anda juga sudah pernah mengalami hal ini:

1. Teknik Packing yang Salah

Pendaki pemula biasanya salah memahami teknik packing yang benar. Umumnya, mereka meletakkan barang terberat di ransel paling bawah. Lalu diikuti benda-benda yang lebih ringan lain. Kesalahan inilah yang kerap membuat pendaki pemula mudah lelah. Prinsip dasar pengemasan ransel yang benar adalah letakkan barang-barang yang ringan di dasar ransel. Seperti sleeping bag, sendal dan pakaian sebaiknya disusun di bagian bawah. Logistik bahan makanan disusun setelahnya. Perlengkapan penting dan barang-barang berat seperti tenda, jas hujan, kotak p3k, alat masak diletakan bagian kepala ransel.

 

2. Memilih Mie Instan Sebagai Makanan Utama Saat Pendakian Karena Praktis

Mie instan memang makanan yang sangat praktis dan selalu menjadi idola pendaki saat lapar. Tidak membutuhkan waktu lama, mie instan bisa memenuhi kebutuhan perut yang lapar. Namun, kandungan bahan pengawet dan bahan kimia dalam mie instan dapat menurunkan metabolisme tubuh. Padahal mendaki membutuhkan banyak energi. Gantilah mie instant dengan makanan lain, misalnya nasi atau roti.

 

3. Menentukan Posisi Tenda

Kesalahkaprahan juga seringkali terjadi saat menentukan posisi tenda. Pendaki pemula umumnya kurang memperhatikan letak tenda. Asal tanah lapang, bisa dijadikan tempat untuk mendirikan tenda. Padahal  untuk menentukan posisi tenda yang baik, Anda juga harus memperhatikan arah mata angin. Amati kemana arah angin berhembus. Jika sudah menemukannya, tempatkan posisi pintu tenda membelakangi arah angin. Hal yang paling penting, jangan mendirikan tenda di jalur pendakian. Akan mengganggu kenyamanan pendaki lainnya.

 

4. Mendaki dalam Jumlah Banyak Lebih Aman

Kebanyakan orang berpikir, mendaki dalam jumlah banyak bisa mengurangi resiko kecelakaan selama di gunung. Dengan asumsi banyak orang yang siap membantu, mereka merasa lebih tenang dan aman saat mendaki.

Rombongan besar justru akan merepotkan. Makin sulit membagi logistik dan mengatur manajemen perjalanan. Masalah yang sering muncul adalah banyaknya konflik. Keinginan anggota yang beraneka ragam dan sikap intoleransi.

Idealnya, dalam satu rombongan pendakian, beranggotakan 4 sampai 6 orang pendaki saja. Pilih satu orang untuk memimpin pendakian yang paling bisa diandalkan dan memiliki jiwa leadership tinggi.

5. Kesalahan paling fatal ketika Hipotermia dianggap kesurupan

Kesalahpahamanan yang sering dialami pendaki pemula adalah ketika penderita hipotermia dianggap sedang kesurupan. Perbedaan gejala antara hipotermia dan kesurupan memang terlihat samar. Berbicara melantur, menggigil hebat, kulit terlihat keabu-abuan, detak jantung melemah, tekanan darah menurun, dan terjadi kontraksi otot untuk sebagai usaha untuk bernapas.

Kemunculan gejala-gejala hipotermia tersebut kerap dianggap kesurupan. Penderita hipotermia akan meninggal jika tidak segera memperoleh penanganan yang benar. Pembekalan diri dengan pengetahuan tentang gejala dan penanganan penyakit di gunung sebaiknya menjadi perhatian yang serius.

Memberikan minuman hangat seperti teh, atau coklat bisa membantu menghangatkan tubuh penderita. Tapi, jangan memberikan kopi kepada penderita hipotermia. Sifat diuretik pada kopi, memungkinkan ginjal untuk mengeksresikan urin lebih banyak dan menghilangkan cairan pada tubuh sehingga korban justru berpotensi dehidrasi.

6. Minum air sebanyak-banyaknya

Berjalan kaki sambil menggendong ransel di punggung memang melelahkan. Apalagi jika cuaca pendakian panas menyengat. Keringat akan mengalir deras. Tenggorokan terasa kering mencekat. Minum air putih tentu sangat melegakan.

Namun, banyak pendaki yang salah kaprah saat minum air putih. Para pendaki menenggak air sebanyak-banyaknya untuk menggantikan energi yang hilang. Aturan yang benar, sebaiknya minum 2-3 teguk air. Ini berfungsi untuk membasahi tenggorokan yang kering dan mengusir dahaga. Selain itu, cara tersebut juga bisa membantu pendaki untuk mengelola persediaan air minum.

 

7. Memakai Jaket Saat Mendaki

Hal ini umum dilakukan pendaki. Apalagi jika mendaki saat malam hari. Udara dingin yang menusuk tidak bisa bersahabat dengan tubuh. Tak jarang banyak pendaki yang memilih menggunakan jaket saat mendaki.

Padahal, ketika Anda berjalan menggunakan jaket, suhu dalam tubuh akan semakin meningkat. Bukan lagi menghangatkan, anda akan kepanasan.

Tidak perlu memakai jaket, tapi cukup menggunakan kaos biasa. Tubuh akan otomatis mengeluarkan panas jika anda terus bergerak. Bergerak menggunakan jaket juga  bisa menyebabkan anda susah bernapas. Jaket cukup digunakan saat berada dalam tenda saja.

 

Baca juga:

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU