Libur akhir pekan pastinya tidak akan dilewatkan begitu saja bagi orang-orang yang tinggal di kota besar dengan rutinitasnya yang padat. Tempat-tempat wisata dari yang dekat hingga yang di luar negeri sekalipun menjadi sasaran pelampiasan.
Salah satu tempat yang yang belum terlalu populer di kalangan para pelancong dan bisa menjadi alternatif adalah si mutiara terpendam: Kota Ternate, di Maluku Utara.
Kumpulan pulau yang mengelilingi kota Ternate yang bagaikan permata menunjukkan banyak sekali potensi yang bisa dikembangkan di sana. Berkeliling tempat ini pun tak membutuhkan bujet banyak, kurang lebih dengan 350 ribu kita bisa menyewa kendaraan dan mengelilinggi kota seharian penuh.
Berjarak kurang lebih 10 kilometer menggunakan kendaraan pribadi ke arah utara dari pusat Kota Ternate dan tidak jauh dari bandara, tempat ini menyuguhkan bongkahan batuan yang bentuk dan warnanya kontras dengan bebatuan di sekitarnya. Jika kita membawa mobil, lebih baik parkir mobil di pinggir jalan, lalu masuk mengikuti jalan setapak yang sudah diratakan.
Menurut sejarahnya, bentuk batu-batu tersebut merupakan bekas dari aliran lava yang membeku pada saat terjadi letusan Gunung Gamalama pada tahun 1907. Tempat ini terbentuk karena kala itu terjadi letusan samping yang memuntahkan lava ke arah timur laut hingga menyentuh laut.
Setelah ditata menjadi tempat wisata. Kita bisa menikmati keindahan dan pemandangan dari Gunung Gamalama yang menjulang tinggi serta bongkahan-bongkahan dari batu angus yang memanjang sekitar 2 km dan berakhir pada dinding tebing yang terjal dimana di ujung tebing tersebut terdapat laut bening yang membiru.
Selain itu di objek wisata Batu Angus terdapat sebuah situs sejarah mengenai tewasnya seorang tentara Jepang yang tewas akibat parasutnya yang tidak terbuka normal pada saat terjun dari pesawat pada tahun 1945.
Jika ingin berkunjung ke sini, lebih baik datang pada pagi hari, dimana matahari belum bersinar dengan terik dan kita bisa menikmati keindahan bebatuan dan memandang dari kejauhan Pulau Hiri.
Berlokasi tidak jauh dari Batu Angus, Pantai Sulamadaha, memiliki kontur pasir putih serta ombaknya yang kecil membuat tempat ini nyaman untuk disinggahi.
Untuk mencapai teluk ini, kita harus menyusuri jalan setapak yang sudah tersusun rapi dengan beton sejauh kurang lebih 500 meter. Di salah satu sisi pantai ada teluk sempit yang dikelilingi pepohonan yang rindang dan sejuk. Air yang bening dan jernih membuat mata kita bisa melihat kehidupan bawah air dengan jelas.
Teluk ini bisa dipakai snorkeling. Untuk yang tidak punya alatnya jangan khawatir karena tersedia persewaan peralatan untuk snorkeling. Harga sewa yang diberikan untuk perahu kecil sebesar 30 ribu dan biaya sewa ban dikenakan 5 ribu rupiah.
Danau ini terletak di Ternate Utara, sekitar 10 kilometer dari pusat kota. Terdapat 2 buah Danau Tolire, Tolire Kecil yang berwarna gelap berada tepat di pinggir pantai dan Tolire Besar yang berwarna hijau. Jejak aktivitas vulkanik masih bisa kita lihat di danau ini.
Untuk mengunjungi Danau Tolire Besar, kita harus berjalan sekitar 300 meter dari jalan utama. Di sekitar Danau Tolire, kita akan disuguhkan pemandangan yang indah sekaligus menyeramkan. Permukaan air yang berwarna hijau muda berdampingan dengan dinding tebing yang menjulang tinggi mengelilingi permukaan air.
Menurut sejarah, letusan freatik yang terjadi di kaki gunung menyebabkan terbentuknya Danau Tolire Besar. Letusan tersebut memakan korban jiwa krena menghanguskan sebuah desa yang bernama Desa Soela Takomi beserta dengan seluruh penduduknya.
Di Danau Tolire Besar, kita bisa menemukan berbagai macam jenis ikan disini. Namun masyarakat disini percaya, bahwa danau ini di tinggali oleh banyak siluman buaya sehingga tidak ada yang berani mengambil.
Keunikan lain dari danau ini adalah jika ada yang melemparkan sesuatu ke danau, sekuat apapun dia melempar dengan batu atau benda keras. Lemparannya tidak akan bisa mengenai permukaan danau. Bagi yang tidak percaya dengan hal ini, mereka boleh mencoba melemparnya dengan membeli batu yang banyak dijual di pinggir danau seharga seribu rupiah untuk lima buah batu.
Mengelilingi hampir separuh pulau, tidak lengkap rasanya mencicipi menu makanan laut khas daerah. Terletak sekitar 20 kilometer di bagian barat Ternate dan dekat dengan objek wisata pemandian, kontur di pantai ini lebih kecil dari Sulamadaha.
Ombak yang ganas serta dipenuhi batu karang yang besar, membuat wisatawan tidak disarankan untuk berenang disini. Namun jangan khawatir, tempat ini sudah dilengkapi fasilitas seperti penginapan, warung makan pinggir pantai dan kolam renang.
Menu ikan bakar menjadi santapan yang wajib jika kita mengunjungi tempat ini. Kondisi perut yang lapar, serta disuguhi suara debur ombak dan angin sepoi-sepoi menambah nikmat suasana santap siang.
Jauh dari keramaian pusat kota dan terletak di daerah yang terpencil, membuat benteng ini sepi pengunjung. Tapi justru karena itulah kita bisa lebih menikmati keindahan dari arsitektur yang dibangun oleh Portugis.
Benteng Kastela yang juga biasa disebut Benteng Gam Lamo yang merupakan sebutan dari Gunung Gamalama. Benteng yang dibangun oleh Antonio de Brito pada tahun 1521 dengan nama Nostra Senora del Rosario ini dibangun secara bertahap yang kemudian dilanjutkan oleh Garcia Henriques pada tahun 1525 dan dilanjutkan oleh Gonzalo Periera hingga terakhir diselesaikan oleh Jorge de Gastro pada tahun 1540.
Ketika masuk ke dalam kastil, kita disambut sebuah tugu sebagai ucapan selamat datang dengan patung cengkeh yang besar. Melihat lebih ke dalam terdapat relief yang menceritakan pembunuhan Sultan Khaerun. Sultan Khaerun yang merupakan Sultan Ternate yang ke 25, digambarkan diundang untuk makan malam oleh seseorang yang bernama Antonio Pimental atas perintah dari Gubenur Lopez de Mosquita. Peristiwa inilah yang disebut memicu perlawanan rakyat Ternate terhadap Portugis.
Terletak di puncak Bukit Foramadiahi, sultan yang namanya diabadikan sebagai nama bandara di Ternate dikenang masyarakatnya sebagai sultan pertama yang mampu mengobarkan semangat masyarakatnya untuk melawan penjajah asing yang hendak menduduki Ternate.
Ternate yang terkenal dengan rempah-rempahnya menjadi sasaran empuk oleh penjajah asing pada jaman dahulu seperti Spanyol, Belanda, dan Portugis. Selain harganya yang cukup mahal, rempah-rempah sangat disukai oleh orang asing sebagai penghangat tubuh di kala negara Eropa sedang mengalami musim dingin.
Untuk membangkitkan semangat heroik pahlawan Ternate, warga kampung Foramadiahi yang menjadi pusat Kesultanan Ternate pada jaman dulu membuat rekonstruksi perjuangan Sultan Babullah dan untuk mengenang perjuangan beliau terhadap rakyat Ternate.
Salah satu daya tarik bagi wisatawan yang pertama kali datang ke Ternate adalah Pulau Maitara dan Tidore. Tidak lengkap rasanya bila ke Ternate tidak mengunjungi spot yang sudah terkenal melalui uang pecahan seribu rupiah. Untuk mencapai tempat yang dituju, kita harus bergerak ke arah selatan ke tempat yang bernama Gambesi.
Sesampainya di Gambesi bagi yang membawa kendaraan bermotor diwajibkan memarkirkannya di jalan. Setelah itu kita harus berjalan masuk menyusuri rumah-rumah penduduk dan hutan-hutan kecil yang terdapat di setiap kampung untuk sampai di bibir pantai.
***
Ternate begitu banyak menyimpan keindahan di dalamnya yang mungkin orang Indonesia sekalipun belum banyak yang tahu. Kota ini layak kamu masukkan dalam daftar kunjungmu tahun ini.