Tak Usah Kamu Traveling Lagi, Jika...

Apa yang kamu cari dalam travelingmu? Semoga itu bukan hal-hal yang akan membuatmu menjadi seseorang yang buruk.

SHARE :

Ditulis Oleh: Ade Setiawan

 

Gambar diambil dari Kartu Pos

Apa yang kamu cari dalam travelingmu? Semoga itu bukan hal-hal yang akan membuatmu menjadi seseorang yang buruk. Traveling memang dianggap sebagai kegiatan yang keren dan orang-orang di sekitarmu akan meng-judge-mu bahwa memiliki uang lebih. Namun traveling bukan soal memiliki banyak uang, traveling itu tentang memanfaatkan waktu untuk mencari ilmu kehidupan yang ditemui di perjalanan.

Kamu yang hanya berdiam diri di dalam rumah akan merasa iri dengan mereka yang sudah bisa menjelajah ke beberapa sudut kota di Indonesia ataupun luar negeri.  Yang akan dibicarakan dalam artikel ini bukan traveling eksklusif tentang kamu dan destinasi saja. Namun traveling yang akan membuatmu bisa berbaur dengan orang-orang yang ada di sekitarmu;

1. Belum bisa bijak terhadap diri sendiri

Bisakah kamu membagi waktumu dengan baik? Waktu saat kamu bersenang-senang atau waktu saat kamu fokus dengan pekerjaan?
Jangan karena kamu seorang travel addict, kamu berkali-kali membolos atau meminta ijin untuk cuti.

Atau, sudahkah kamu memberikan tempat dudukmu untuk lansia? Ibu yang menggendong anaknya ketika menaiki kendaraan umum atau ketika sedang mengantri di tempat-tempat umum?

Karena traveling adalah tentang bagaimana kamu berinteraksi dengan mereka, maka kamu tidak boleh egois dengan hanya memikirkan dirimu sendiri.

‘Ah, aku kan lelah habis jalan jauh. Kenapa harus berbagi kursi dengan mereka?’

Di situlah kamu akan diuji apakah kamu sudah menjadi orang yang bijak atau belum. Seberapa peduli kamu berbagi dengan mereka di tengah kondisi lelahmu.

 

2. Masih menjadi seorang yang apatis pada kesusahan orang lain

Seseorang lelaki tua tengah duduk di pelataran bangunan Kota Lama. Dari seberang jalan, tepatnya di halte BRT yang tepat lurus mengarah ke arahnya, saya hanya bisa duduk diam melihat lelaki tua tersebut. Lelaki tua berbaju biru lusuh dengan celana hitam kecokelatan bekas kotor, bertopi butut, brewoknya menutupi sedikit wajahnya yang berkulit hitam. Sebelah kiri kakinya tergantikan oleh tongkat besi yang membantunya untuk berjalan. Ya, kakinya sudah tidak utuh lagi. Hanya sebatas paha saja.

Betapa bodoh, saya hanya gelisah sendiri melihatnya namun tidak bisa berbuat apa-apa. Sebungkus roti ataupun sebotol minum tak bisa saya berikan untuknya. Saya merasa sangat bodoh dan menyesal meninggalkan lelaki tua itu begitu saja. Kalau perjalanan berikutnya masih sama, jelas saya menjadi orang yang gagal.

 

3. Selalu memandang ke atas

Dunia itu tidak selalu tentang mereka yang berada di kelas menengah ke atas. Lihat mereka yang ada di bawahmu. Lihat bagaimana perjuangan mereka memperjuangkan hidup mereka. Seperti perjuangan seorang ibu berumur sekitar 30 tahun yang saya lihat sedang menyusui bayinya. Duduk di sampingnya bocah perempuan berusia kira-kira 9 tahun. Di pinggir jalan yang penuh debu dan polusi, mereka menunggu warung kecilnya. Di bawah pohon tinggi yang rindang pinggir jalan, mereka menggantungkan hidupnya.

Lihat, kamu jauh lebih beruntung dari mereka. Saat mereka berjuang untuk hidupnya dengan diam menunggu pelanggan, kamu masih bisa bebas berkeliaran kemana kamu suka.

 

4. Masih bersikap tak acuh

Karena kamu bukan warga lokal di tempat yang sedang kamu kunjungi tidak berarti kamu harus bersikap tak acuh saat ada orang yang menanyakan jalan atau tempat padamu. Kamu bisa mendengarkannya terlebih dahulu apa yang ingin dibicarakan. Apa kamu masih melambaikan tanganmu dan berlalu?

 

 5. Tak bisa menentukan prioritas dalam hidup

Apakah traveling ada di nomor satu dalam daftar keinginan dalam hidupmu? Jangan hanya menomorsatukan hobi dan kamu meninggalkan segalanya termasuk keluarga. Apa kamu bepergian hanya karena yang kamu cari tidak ada dalam keluargamu maka sebab itu kamu mencari yang di luar?

 

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU