Traveling dengan Itinerary Bukan Berarti Tidak Bisa Memaknai Perjalanan. Saya Membuktikannya!

"Ada satu hal yang harus para traveler ketahui bahwa dengan atau tanpa itinerary semua orang mampu merasakan sensasi perjalanan dan memaknainya,"

SHARE :

Ditulis Oleh: Renti Rosmalis

Sering melakukan traveling membuat saya menemukan banyak quote bagus selama saya di perjalanan. Saya juga sering mendengar quotes traveling yang menurut saya kece. Bunyinya begini;

“Jadilah spontan traveller dan jangan terpaku pada list, maka kamu akan merasakan sensasi perjalanan dan memaknainya,”

Kadang, ada juga imbuhan quote yang membuat quote ini menjadi lebih bermakna.

“Karena yang terpenting itu bukan destinasi, tapi perjalanannya,”

Tapi, setelah memaknai quote traveling ini, saya merasa berada di situasi yang berkebalikan. Selama ini, saya sering traveling menggunakan rencana yang matang, mulai dari menentukan destinasi, merinci kegiatan di destinasi wisata, hingga pesan hotel jauh-jauh hari.

Sempat ada kebimbangan, namun traveling dengan itinerary ‘terbukti’ bisa membuat saya merasakan sensasi perjalanan dan memaknainya

Traveling dengan itinerary ‘terbukti’ bisa membuat saya merasakan sensasi perjalanan dan memaknainya

Ketika saya membandingkan kebiasaan saya ketika traveling dengan quote di atas, saya merasa bimbang. Kadang saya berpikir, “Jangan-jangan, saya termasuk golongan orang-orang yang tidak bisa memaknai arti perjalanan? Apakah saya merugi hanya karena saya tidak pernah membebaskan langkah kaki berjalan ke mana angin membawa?”

Dalam keadaan (merasa) menjadi pejalan yang benar-benar tidak keren, saya berusaha mencari alibi dan pembenaran bahwa apa yang saya lakukan sama bermaknanya dengan pejalan yang betualang tanpa itinerary dan justu dengan itinerary-lah saya menemukan banyak makna.

Tidak semua orang menemukan kebahagiaan dengan ‘tersesat’

Pertama, saya masih kuliah sehingga saya tidak punya waktu banyak untuk traveling. Itinerary membantu saya

Kadang saya hanya memiliki waktu 3 hari 2 malam saja untuk liburan, waktu yang cukup untuk membuat banyak rencana perjalanan terrealisasi dengan lancar. Itinerary membuat saya lebih menghargai waktu dan bagi saya, ini adalah sensasi perjalanan yang sesungguhnya.

Kedua, bukan saya tak suka spontanitas tapi saya lebih nyaman dengan segala sesuatu yang sudah terencana

Saya bisa lega bepergian jika sudah pesan tiket pesawat PP dan pesan hotel jauh-jauh hari. Hal yang paling utama adalah tahu jadwal transportasi lokal agar tak ketinggalan.

Ketiga, saya tahu apa yang saya mau dan saya cari

Saat sudah tahu apa yang saya mau dan cari ketika traveling, saya jadi tahu tujuan saya traveling. Dengan begini, saya tidak akan berlama-lama berada di perjalanan.

“Memori yang ingin saya kumpulkan bukan berasal dari perjalanan menuju sebuah destinasi melainkan pengetahuan dan perasaan ketika sudah berada di destinasi tersebut,”

Artinya, saya akan tahu apa yang akan saya saksikan dan rasakan, jika ada hal lain selain apa yang ingin saya cari dan tuju, berarti ini adalah bonus.

Analoginya, ketika saya melihat sunrise dari puncak gunung maka saya akan melihat sunrise di sana. Jika di perjalanan saya mendengar suara burung di hutan dan berbincang dengan pendaki lain, maka itu adalah bonus.

Keempat, tidak semua orang menemukan kebahagiaan dengan ‘tersesat’

Kalau bisa sampai tujuan tanpa tersesat kenapa tidak? Saya bisa bersenang-senang di destinasi tujuan, walaupun saya tak mendapatkan kejutan di dalam perjalanan.

***

Itu empat hal sederhana yang membuat saya tidak kecewa dengan diri saya yang selalu melakukan perjalanan sesuai daftar. Saya tetap menemukan makna dalam perjalanan. Saya tahu bagaimana memanfaatkan waktu dengan baik, mengolah pikiran untuk bisa menentukan prioritas, meluangkan waktu lebih banyak untuk hal-hal yang memang saya inginkan dan saya cari, tidak pulang dengan penyesalan karena semua yang ingin saya lihat sudah saya lihat. Jika nantinya menemukan kejutan, maka itu adalah bonus versi saya.

Pada akhirnya, saya memiliki penghibur kala dirundung iri melihat teman-teman dan para traveler yang bisa memaknai perjalanan dengan berlama-lama berbicara dengan masyarakat lokal, tak takut ketinggalan kereta karena bisa memutuskan pergi menggunakan kereta kapan saja, atau memutuskan berhenti lebih lama di sebuah tempat yang menarik hati. Kita hanya beda selera, beda jumlah waktu luang untuk liburan, beda budget, beda minat dalam traveling.

“Ada satu hal yang harus para traveler ketahui bahwa dengan atau tanpa itinerary semua orang mampu merasakan sensasi perjalanan dan memaknainya.”

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU