Keindahan Pulau Alor Dalam Tujuh Hari

Waktu 7 hari belum cukup puas untuk menjelajah Pulau Alor. Bahkan bagi saya, 2 minggu terlalu singkat untuk saya bisa mendalaminya.

SHARE :

Ditulis Oleh: Dea Sihotang

Di sudut paling timur provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), terdapat sebuah pulau cantik yang masih belum banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Padahal keindahan yang ada di dalamnya sangat luar biasa. Selain kaya akan budaya dan sejarah, Pulau Alor mempunyai banyak keunikan yang membuatnya berbeda dari pulau-pulau lainnya yang terdapat di kepulauan NTT. Banyak memang yang berkata Pulau Alor begitu cantik, tapi rasanya tidak akan bisa puas kalau hanya mendengar apa kata orang, tanpa mendatanginya secara langsung. Selagi keliling NTT, saya langsung memesan tiket pesawat dari Kupang menuju Kalabahi, kota kapital dari Pulau Alor.

Alor saat musim hujan. Foto oleh Dea Sihotang

Sinar mentari yang cukup terik menyambut kehadiran saya di Bandara Mali, Alor. Beberapa orang laki-laki sibuk menawarkan jasa transportasi ke tempat tujuan. Berkali-kali saya menolak tawaran mereka karena saya sedang menunggu seorang teman yang akan datang menjemput. Dari atas pesawat tadi, saya telah melihat warna biru laut bergradasi yang terlihat begitu menggoda. Pegunungan di sekitar pulau dengan rimbunan pepohonan juga memenuhi panorama pulau yang saya lihat dari jendela pesawat. Ahh, rasanya saya tidak sabar untuk segera menjelajahi sudut-sudut pulau ini!

Walau akhirnya saya menghabiskan sekitar dua minggu lebih di Alor, namun saya ingin membagikan contekan rute perjalanan yang bisa dipadatkan untuk berkeliling Alor selama 7 hari. Seminggu mungkin tidak cukup untuk mengeksplorasi keindahan Pulau Alor. Namun akan sangat sayang sekali jika kamu hanya menghabiskan 2-3 hari di pulau sebagus ini. Karena saya juga bukan seorang yang suka berada di satu tempat terlalu sebentar, saya tidak bisa menikmati tempat tersebut lebih dalam lagi. 2 Minggu di Alor pun masih kurang cukup bagi saya. Berikut contekan itinerary selama di Pulau Alor dengan rute perjalanan di mulai dari Kalabahi, ibukota Alor.

 

Hari Pertama

Desa Adat Takpala – Air Panas Tuti Adagae – Pantai Serenglang

Ayo segera berkemas pagi-pagi hari untuk menuju ke salah satu desa adat yang sudah terkenal. Bahkan ada yang bilang, kalau belum ke Desa Adat Takpala ini, maka kita sama saja belum ke Alor. Di sini kita bisa mengetahui tentang adat istiadat suku Abui, suku terbesar di Pulau Alor. Desa adat di sini tertata dengan baik dan yang mengagumkan adalah kita bisa menggunakan pakaian adat setempat dan berfoto dengan memberikan donasi seikhlasnya. Terkadang pun bisa berfoto bersama orang lokal yang juga mengenakan baju adat.

Bersama Bapak Abner dari Desa Takpala. Foto oleh Dea Sihotang

Selesai dari desa Takpala, lanjutkan perjalanan menuju air panas Tuti Adagae. Ini merupakan sumber air panas alami yang terdapat di Pulau Alor. Menuju ke tempat ini memang termasuk sulit, karena itu banyak-banyaklah bertanya kepada masyarakat lokal. Tempatnya masih asri, sayang terdapat sampah-sampah plastik bertebaran di sekitar area. Apalagi untuk sebuah tempat wisata yang pernah diliput oleh Nadine Chandrawinata, rasanya aneh jika tidak terawat. Namun selain dari hal-hal tersebut, air panas Tuti Adagae ini merupakan a must place to visit in Alor.

Air Panas Tuti Adagae yang unik dan masih alami. Foto oleh Dea Sihotang

Pantai Serenglang sebetulnya berada di pinggir jalan dan mungkin terlihat sama dengan pantai-pantai di pinggir jalan lainnya. Sepanjang salah sisi Pulau Alor memang terdapat laut dengan pantai-pantainya yang menggoda untuk kita singgahi. Namun yang khas dari Pantai Serenglang ini adalah sebuah batu besar sekali yang bisa dinaiki dan dipakai untuk berfoto-foto. Bebatuan di pantai ini, seperti yang telah dikenal banyak orang mengenai pantai-pantai di Alor adalah bebatuan kerikil kecil bulat berwarna hitam.

Batu di Pantai Serenglang ini berkali-kali lipat besarnya. Foto Dea Sihotang

 

Hari Kedua

Air Terjun Ilawe dan Pantai Batu Putih

Kedua tempat ini memang searah. Namun yang membedakannya jika ingin ke Air Terjun Ilawe, maka kita akan mengambil belokan ke kiri yang menanjak, sedangkan kalau ke Pantai Batu Putih kita lurus saja dari jalan utama arah Kalabahi menuju Ilawe.

Akhirnya setelah melewati 21 anak sungai, sampailah di Air Terjun Ilawe. Foto oleh Dea Sihotang

Siapkan hati jika ingin menuju ke Air Terjun Ilawe, karena kita harus melewati 21 anak sungai. Sayang ketika saya datang, air terjunnya keruh, karena musim hujan. Tetapi kalau musim panas, airnya bisa jadi sangat bening dan biru!

Hans dan Marco sedang berbincang-bincang di Pantai Batu Putih. Foto oleh Dea Sihotang

Pantai Batu Putih memiliki pantai cantik dengan garis pantai yang panjang serta sudut ujung dipenuhi batu-batu karang membuat kita bisa lupa waktu.

 

Hari Ketiga

Pantai Mali – Pulau Sikka – Pantai Maimol – Pantai Kadelang

Pantai Mali mungkin sudah terlihat kurang terurus. Apalagi fasilitas di area pantai yang dulu terkenal dikalangan wisatawan lokal ini sekarang sudah terlihat tua, rusak maupun tidak terawat. Pembangunan kavling blok untuk penahan ombak di sekitaran pantai juga membuat pantai ini terlihat kurang alami, namun sunrise di pantai ini luar biasa bagus. Jika ingin ke Pulau Sikka, paginya melihat sunrise di Pantai Mali bisa dimasukkan ke dalam agendamu.

Jika surut Pulau Sikka bisa disebrangi. Foto oleh Dea Sihotang

Jangan lupakan kesempatan untuk datang ke Pulau Sikka ketika sedang berada di Alor. Tantangannya, untuk mencapai pulau ini harus menunggu hingga air laut surut, yaitu bisa pada pagi hari sekali, atau siang hari sekitar waktu makan siang. Sebaiknya bertanya kepada orang lokal kapan waktu yang tepat untuk menyusuri laut menuju Pulau Sikka dan waktu yang tepat untuk kembali dari Pulau Sikka. Karena jika kita terlalu berlama-lama di pulau ini, air laut bisa pasang dan kita akan terjebak di dalam pulau. Pulau ini memberi kesan yang mendalam untuk saya, apalagi karena harus menyebrangi laut yang airnya bisa mencapai setinggi dada manusia.

Pantai Maimol sendiri adalah pantai favorit saya untuk berenang santai yang terletak tidak terlalu jauh dari Kota Kalabahi. Ada sebuah dermaga yang biasa digunakan untuk bermain loncat ke laut. Di sini juga ada sebuah tempat yang akan dijadikan café atau homestay namun belum beroperasi. Dilihat dari tempatnya, ini akan menjadi sebuah tempat kongkow yang seru. Dari sini, kita bisa menikmati sunset yang merah membara di Pantai Kadelang. Suasana laut di Pantai Kadelang yang tenang di kala senja dengan bukit-bukit di sekelilingnya, mengingatkan saya akan suasana di Danau Toba yang damai.

Tempat bermain loncat-loncatan di Pantai Maimol. Foto oleh Dea Sihotang

 

Hari Keempat

Alor Kecil dan Pulau Kepa

Untuk mencapai Alor Kecil bisa menggunakan bemo (angkutan umum) yang berwarna biru dari Kalabahi. Alor Kecil sendiri merupakan sebuah pelabuhan untuk menuju ke Pulau Kepa, yang mengalami fenomena alam dimana air laut menjadi dingin seperti es sekitar 2 atau 3 kali dalam setahun. Beruntungnya, ketika saya berada di Alor Kecil, saya mengalami langsung fenomena tersebut dan ikut menyemplungkan kaki ke air laut yang buru-buru langsung saya tarik kembali karena airnya yang dingin seperti es!

Underwater di Pulau Kepa ini luar biasa indahnya. Foto oleh Dea Sihotang

Biaya naik kapal ke pulau Kepa per-orang adalah Rp 20.000,- seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat. Di Pulau Kepa terdapat homestay lokal dengan biaya sekitar Rp 200.000,- per orang, atau bisa juga menginap di bungalow baru maupun La Petite Resort, dengan biaya sekitar Rp 275.000 – Rp 500.000 per orang. Pulau Kepa juga terkenal indah akan alam bawah lautnya. Namun harus hati-hati karena dibeberapa tempat, arus laut bisa sangat kencang dan deras. Tanyakanlah kepada orang lokal, dimana tempat aman untuk snorkeling. Diving juga bisa di pulau ini dengan menghubungi La Petite atau Alor Dive di Kalabahi.

 

Hari Kelima

Island Hopping ke Pulau Ternate, Pulau Pura dan Pulau Kepa

Island Hopping menuju Pulau Ternate. Foto oleh Dea Sihotang

Island hopping rasanya menjadi keharusan jika kita ingin snorkeling seharian dibeberapa spot yang kece, seperti di Pulau Pura maupun Pulau Ternate. Kapal sendiri bisa disewa langsung dari Pulau Kepa. Keindahan alam bawah laut Pulau Alor memang luar biasa, pantas saja banyak sekali wisatawan dari mancanegara jauh-jauh datang ke Alor untuk diving. Terumbu karangnya masih terlihat begitu hidup dan meliuk-liuk dengan manis di dalam laut. Ikan-ikan pun beraneka ragam jenis dan warnanya. Saya sempat melihat ular laut belang-belang saat snorkeling. First time in my life!

 

Hari Keenam

Alor Kecil – Pantai Sabanjar- Kalabahi

Menyenangkan bisa berenang di Pantai Sabanjar. Foto oleh Dea Sihotang

Kembali ke Alor Kecil, lalu naik bemo menuju Pantai Sabanjar yang terletak tidak terlalu jauh dari Alor Kecil. Pantai Sabanjar merupakan pantai kecil yang tidak disangka-sangka keindahannya, mungkin kadang terabaikan. Walau terdapat seperti penginapan di tempat ini, sayang tempat itu merupakan milik pemerintah dan kabarnya tidak disewakan untuk umum. Padahal tempat ini bagus sekali untuk piknik keluarga maupun untuk wisatawan yang ingin bermain-main santai di pantai. Perlu juga pengawasan yang ketat, agar sampah tidak lagi-lagi merajalela di area dan tetap terkontrol kebersihannya. Setelah puas bermain-main, kita bisa kembali ke Kalabahi.

 

Hari Ketujuh

City Tour

Kali ini waktunya untuk bersantai sejenak setelah begitu banyak aktifitas di enam hari sebelumnya. Berjalan-jalan di sekitar Kalabahi juga merupakan hal yang menyenangkan. Di pagi hari kita bisa berkunjung ke Pasar Kadelang untuk melihat cara pembuatan jagung bunga (popcorn) secara tradisional, lalu setelahnya mengunjungi Museum 1000 Moko yang memiliki koleksi benda-benda bersejarah yang unik. Sebelum beranjak untuk mengunjungi Gereja Pola, sebuah gereja tertua Kristen yang ada di Kalabahi, lalu berjalan-jalan sejenak di Lapangan Mini, sebuah area lapangan lokal yang berubah menjadi tempat makan jagung bakar saat  malam, atau sekedar foto-foto cantik di Hutan Kostrad yang cantik karena berlatarkan pegunungan hijau. Bisa juga mampir ke Bungawaru Net, sebuah warnet terkenal di Kalabahi dan bertemu dengan El Asamau, seorang lokal yang begitu bangga akan Alor. Lalu tunggulah sunset yang luar biasa berikutnya di RM. Mama, untuk menutup perjalanan kamu di Alor dengan kenangan indah yang tidak akan terlupakan.

Sunset merah membara di Pantai Kadelang. Foto oleh Dea Sihotang

 

Pada bulan Maret sampai November adalah waktu yang tepat buat kamu explore Pulau Alor.

 

Tips :

 

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU