Pesan Cinta Pendaki Lawas untukmu Para Pendaki Pemula

Semoga setiap pendaki pemula meresapi isi pesan cinta ini!

SHARE :

Ditulis Oleh: Rizqi Y

Banyak yang bilang bahwa gunung dulunya bukanlah sebuah tempat yang bisa didaki oleh semua orang. Butuh banyak bekal, tidak hanya sebuah keberanian dan nekat belaka.

Tapi ketika semua itu bergeser, makin banyak pendaki pemula yang lupa tentang pentingnya ilmu pengetahuan, maka apa mau dikata. 

Banyak terdengar kasus pendaki hilang, pendaki terjatuh ke kawah atau jurang. Dan nggak sedikit pendaki yang harus meregang nyawa di ketinggian. Semua itu, nggak lepas dari minimnya pengetahuan dan bekal ilmu yang dibawa. 

Tapi lagi-lagi, apa mau dikata. Nggak ada seseorang yang bisa melarang ketika ada yang berniat “mendaki gunung” meski belum punya cukup bekal. Karena memang gunung milik semua orang, bukan milik pendaki lawas atau pendaki pemula doang.

Kalau boleh dibilang, pendaki lawas memang lebih punya banyak ilmu dan pengalaman. Yaa.. sesuai lah dengan jam terbang mendaki yang tinggi.

Dan kalau boleh berbagi, ada beberapa pesan dari para pendaki lawas untukmu para pendaki pemula. Yang mungkin ini bisa jadi bekal pendakianmu selanjutnya. 

Dulu pendaki lawas juga pernah melakukan apa yang sering Kamu lakukan, tapi mereka belajar untuk memperbaiki diri

Pendaki lawas zaman dahulu kala. Sumber foto

Awalnya saya juga dulu buang sampah sembarangan di gunung. Tapi setelah dua tiga kali mendaki saya baru sadar, ternyata itu nggak bener. Dan baru setelah itu mulai paham, kenapa harus bawa turun kembali sampah yang sudah dibawa.

Begitu kata Arun, salah satu pendaki yang mulai naik gunung sejak tahun 90’an. 

Mungkin banyak juga pendaki lawas yang dulu melakukan hal yang sama. Karena biar bagaimanapun, mereka juga pernah jadi pendaki pemula. Tapi pada dasarnya mereka terus belajar bagaimana hakekatnya menjadi seorang pendaki yang nggak cuma bisa menikmati tapi juga menjaga. 

Kalau Kamu baru pertama mendaki dan masih buang sampah sembarangan, cobalah untuk nggak mengulanginya. Sampah yang Kamu hasilkan pun harus dibawa turun kembali. Kalau bukan Kamu yang membawa, siapa lagi?

{QWERTY}

 

Belajarlah dan bekali dirimu dengan ilmu, karena pada dasarnya nggak ada pendaki yang langsung handal tanpa proses belajar

Jangan malu untuk belajar lebih banyak. Sumber foto

Pendaki sekelas Hillary Edmund pun nggak terlahir dengan kemampuan mendaki yang handal. Dia harus banyak berlatih dan belajar tentang ilmu pendakian. 

Maka begitu juga para pendaki pemula. Meski Kamu nggak tergabung dalam organisasi pencinta alam, cobalah belajar lewat internet. Bertanya pada teman yang punya kemampuan lebih dalam pendakian atau ikut aja organisasi pencinta alam.

Percayalah, belajar itu nggak akan ada ruginya. Yang bisa merasakan ilmunya pun Kamu juga. Bermodal ilmu pendakian, keselamatanmu saat naik gunung jadi lebih terjamin. Setidaknya, kalau tiba-tiba tersesat di hutan, Kamu tahu apa yang harus dilakukan untuk tetap bertahan.

Menjadi kekinian dan hits boleh, tapi jangan sekali-kali menjadi pendaki yang “nakal”

Boleh kekinian, tapi jangan jadi pendaki nakal. Sumber foto

Nggak ada yang melarang kalau Kamu para pendaki pemula ingin naik gunung cuma karena ingin hits dan kekinian. Sekadar ingin pamer foto bagus ke sosial media sama kayak pendaki-pendaki lainnya. Nggak masalah, sekarang memang sudah masanya sosial media jadi ajang pembuktian diri. 

Tapi bisakah Kamu belajar untuk tidak menjadi pendaki yang nakal. Karena untuk dapet foto yang bagus itu nggak perlu dengan memetik atau bahkan menebang edelweiss. Ingin jejakmu diakui bukan berarti harus membuat coretan vandalisme di pohon, bebatuan atau papan petunjuk yang jadi fasilitas umum. 

Boleh ambil foto sepuasnya, tanpa harus merusak dan meninggalkan jejak apapun. Karena apa yang Kamu lakukan sekarang bukan untuk siapa-siapa, tapi untukmu sendiri dan juga anak cucumu nanti. 

Mendaki gunung berarti harus tahu diri dan menjaga sikap, Kamu datang sebagai tamu dan gunung adalah tuan rumahnya

Menjadi pendaki berarti menjadi tamu di gunung. Sumber foto

Mendaki gunung itu ibarat Kamu datang ke rumah seseorang. Sebagai seorang tamu, Kamu bertanggung jawab untuk menjaga sikap dan sopan santun. Nggak merusak atau mengganggu apa yang bukan menjadi hakmu. 

Begitu juga saat mendaki gunung. Karena Kamu cuma datang sebagai tamu dan alam adalah tuan rumahnya, maka Kamu pun harus menjaga sopan santun dan tingkah lakumu. Jangan sekali-kali merusak apa yang bukan kepunyaanmu. Jangan sekali-kali juga pulang dengan membawa apa yang bukan menjadi hakmu. 

Sekarang coba bayangkan, saat Kamu kedatangan tamu tapi mereka merusak isi rumahmu. Mereka ambil barang-barang berhargamu, apa yang Kamu rasakan? 

Maka begitu juga dengan gunung. Kita nggak pernah tahu kapan gunung akan marah kalau rumahnya terus-terusan dirusak dan dijarah. Mungkin sewaktu-waktu saat Kamu mendaki, dan nggak ada satu orang pun yang tahu. 

Lalu apa susahnya menjaga etika, dan tetap bersikap sopan sebagai tamu yang datang berkunjung?

***

Pesan cinta ini disampaikan para pendaki lawas bukan karena mereka nggak suka sama pendaki pemula. Justru karena mereka perduli dan ingin mengingatkan para pendaki pemula, supaya nggak terjadi hal buruk padamu. 

Baca juga:

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU