Perjalanan Panjang Perubahan Basecamp Mawar Gunung Ungaran, Siapakah Sosok di Baliknya?

Karena menjadi yang pertama selalu butuh keberanian!

SHARE :

Ditulis Oleh: Rizqi Y

Kalau Kamu pernah naik ke Gunung Ungaran pasti udah nggak asing lagi dengan basecamp Mawar

Bicara tentang perubahan basecamp Mawar, Kamu pasti bakal kaget. Karena beberapa tahun terakhir basecamp pendakian ini udah banyak perubahan. Wajah baru basecamp Mawar yang kian cantik dan bikin jatuh hati bisa Kamu lihat di sini.

Banyaknya perubahan wajah Mawar nggak lepas dari peran teman-teman SAKPALA (Solidaritas Anak Kluwihan Peduli Alam Sidomukti – Bandungan, Kab. Semarang). Dan ternyata nih gais, ada fakta-fakta menarik di balik berkembangnya basecamp Mawar. 

Dulunya, basecamp Mawar hanyalah sepetak lahan kosong di tengah perkebunan warga yang digunakan pendaki beristirahat

Dulunya basecamp Mawar hanyalah bagian dari perkebunan warga. Sumber foto

Pada tahun 90’an, basecamp Mawar emang belum berdiri. Lahan yang kini jadi basecamp dan area camping dulunya adalah lahan kecil di tengah perkebunan warga yang sering digunakan pendaki untuk melepas lelah. 

Dinamakan basecamp “Mawar” karena dulu, kawasan ini emang banyak ditumbuhi bunga mawar. Sekarang Kamu juga masih bisa menemukan beberapa tanaman mawar di sekitar lahan perkebunan petani. Tapi emang nggak sebanyak dulu. 

Pendirian basecamp Mawar sendiri berawal dari banyaknya pendaki yang meminta tolong pada warga

Ilustrasi pendaki. Sumber foto

Sebelum adanya basecamp Mawar, banyak banget pendaki yang minta tolong ke warga kalau mau naik Gunung Ungaran. Para pendaki mengetok pintu-pintu warga untuk minta pertolongan. 

Kedatangan para pendaki ini pun bisa nggak kenal waktu. Ada yang minta tolong saat sore hari, jam 10 malam, bahkan ada juga yang datang dini hari sekitar jam 2 pagi. Dilain sisi, hal ini mengganggu para warga yang mayoritas petani. Yah, biar gimana pun warga petani juga tetap butuh istirahat. 

Berangkat dari hal inilah, Arun mulai mengeluarkan inisiatifnya untuk membentuk sebuah pos pendakian. Paling nggak, pos ini digunakan untuk pendataan pendaki. Jadi para pendaki nggak perlu mengetuk lagi pintu warga di tengah malam. 

Mengenal lebih jauh sosok Arun, penggagas sekaligus tokoh yang dituakan di basecamp Mawar

Sosok Arun penggagas basecamp Mawar. Foto oleh Phinemo

Dari pemikirannya, Arun merasa perlu untuk membuat sebuah perkumpulan yang bisa mendirikan, mengolah dan menjadi penggerak di basecamp pendakian Mawar. Menurutnya, kenapa nggak ada yang mau mengelola Gunung Ungaran. Padahal gunung itu ada di rumah mereka sendiri. 

Memang nggak mudah untuk mengumpulkan orang-orang yang mau menjalankan idenya. Arun sering dipandang sebelah mata, dan bahkan dianggap seperti orang gila di mata masyarakat. 

Dengan tekad kuatnya, ia tetap berusaha agar pendakian Gunung Ungaran ini bisa tetap dikelola. Dan berkat usaha kerasnya juga akhirnya berdirilah basecamp Mawar. Yang meski dulu masih sangat sederhana dan nggak setiap hari siap sedia melayani pendakiTapi, setidaknya dari sinilah pendaki mulai terfasilitasi. 

Firasat Arun mengatakan bahwa suatu waktu para pendaki lawas akan kembali ke gunung, maka dari sanalah ia ingin mengembangkan Mawar dengan lebih apik

Mawar yang sekarang. Foto oleh Phinemo

Firasat atau feeling saya bilang, bahwa suatu saat para pendaki lawas pasti akan kembali lagi ke lingkungan pendakian mereka. Sudah sukses, mapan, tapi nggak punya tenaga lebih untuk naik gunung. Yang mereka butuhkan sebenarnya suasana gunungnya, katanya.

Berangkat dari sanalah basecamp Mawar dikembangkan jadi sesuatu yang lebih apik. Arun bersama teman-temannya membangun beberapa lahan camping. Meski awalnya Arun sendiri nggak yakin apakah ide itu akan berhasil atau nggak. Tapi yang jelas mereka sudah mencoba melakukan yang terbaik. 

Mawar yang dulu dan sekarang

Basecamp Mawar tempo dulu. Sumber foto

Kamu yang udah mengenal Gunung Ungaran sejak dulu, pasti tahu wajah lama Mawar. Lahan camping yang kini dibuat terasering dulunya masih berupa lahan miring. Mawar juga masih sangat sepi peminat, bahkan kadang Arun dan beberapa orang sengaja mendirikan tenda di lahan camping. Semata-mata untuk menarik dan memancing agar ada orang atau pendaki yang mau camping di tempat ini. 

Pelan tapi pasti, Mawar mulai banyak dikenal. Saat weekend tiba, mulai ada banyak orang yang camping di Mawar sekadar menghabiskan malam dan menikmati pemandangan kota Semarang dari ketinggian. 

Dan kalau dibandingkan dengan kondisi Mawar saat ini pastinya sudah jauh beda. Sekarang hampir tiap hari basecamp mawar ramai pengunjung. Apalagi saat hari libur atau weekend. Karena makin banyak pengunjung, Mawar terus menata area camping agar bisa menampung lebih banyak orang.

Tak hanya itu, Arun juga ingin Mawar menjadi tempat edukasi bagi masyarakat. Salah satunya dengan ide mengolah sampah-sampah plastik yang dihasilkan pendaki. Arun ingin menyampaikan pesan bahwa sampah tak selamanya nggak berguna. Sampah bisa diolah jadi sesuatu yang berguna dan cantik. 

Mulai dari hal sederhana, Arun mengajarkan bagaimana seharusnya sampah plastik dimanfaatkan

Pemanfaatan sampah plastik di Mawar. Foto oleh Phinemo

Sampah itu masalah klasik, nggak akan ada habisnya kalau cuma berdebat soal sampah. Karena pada dasarnya akan ada selalu sampah saat ada kehidupan. Tapi yang penting adalah bagaimana mengolah sampah itu biar nggak jadi “sampah”?

Maka mulailah dibuat pot-pot bunga dari sampah botol plastik. Ada juga beberapa spot fotogenik yang terbuat dari sampah botol plastik ini. Ide kreatif membawa basecamp Mawar menjadi salah satu basecamp yang “beda” khususnya di wilayah Jawa Tengah. 

Banyak permintaan datang pada Arun, salah satunya ingin menjadikan Mawar menjadi basecamp percontohan agar bisa ditiru gunung-gunung lain. Tapi baginya, bukan itu tujuannya.

Menyandang basecamp percontohan itu pasti berat dan sulit.

Setidaknya begitu yang diungkapkan Arun malam itu. Bagi Arun, dia nggak mau jadi yang terbaik, tapi ingin jadi yang pertama punya gagasan. Dan tertuang sudah gagasan-gagasan itu dalam basecamp Mawar. 

Sopan santun dan perhatian adalah kunci lain kenapa Mawar selalu jadi tempat yang istimewa

Tim Sakpala yang sopan dan ramah. Foto oleh Phinemo

Jangan pernah meninggalkan tata krama dan sopan santun, karena kita lahir sebagai orang Jawa. 

Arun selalu mengingatkan semua anggota SAKPALA untuk terus bertingkah laku sopan saat menyambut para pendaki atau tamu yang sekadar camping. Mulai dari datang, saat di Mawar dan saat mereka pulang. Simpel, menyapa dengan senyum. Menanyakan keperluan registrasi dengan sopan, dan memberikan perhatian dengan menyampaikan pesan untuk berhati-hati di jalan sebelum keluar dari area Mawar. 

Ini menjadi satu poin penting, kenapa banyak orang yang akhirnya kembali lagi ke Mawar. 

***

Dari cerita ini juga kita belajar bahwa akan selalu ada perubahan untuk bisa tetap “hidup”, tinggal beranikah kita untuk berubah dan bergerak meski belum ada yang memulainya?

Baca juga:

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU