Pengalaman Unik di Jalan Jaksa - Jakarta

Semalam di Jalan Jaksa memberi saya banyak cerita menarik. Sekali lagi saya belajar bahwa traveling bukan tentang destinasi.

SHARE :

Ditulis Oleh: Ade Setiawan

Foto dari youtube

Pertama datang kemari saat mengantar seorang teman asal Australia. Dia minta tolong untuk diantarkan ke Jalan Jaksa. Saya pribadi belum pernah berkunjung ke sana.

Jalan Jaksa populer sebagai ‘pusat backpacker Jakarta’. Tempat ini mengingatkan saya pada jalan Sosrowijayan di Jogja. Suasananya mirip, hanya saja disini terlihat lebih tak terawat.

Ada beberapa pengalaman unik saat malam itu saya mengantar teman saya mencari penginapan disana.

Bahasa tubuh perut mulas

Sampai di sana kami mencari tempat makan. Saya mengajak teman saya tersebut ke cafe namun dia menolak.

‘Saya tak kesini cuma untuk ke cafe, di tempat saya banyak. Apa yang berbeda disini?’ Dia bertanya.

Saya sempat bingung. Kemudian saya melihat sebuah plang warung makan di sekitar tikungan arah masuk Jalan Jaksa. Saya mengajaknya ke warteg.

Saat kami masuk, si penjual, seorang wanita muda berlogat medhok Jawa menanyakan akan makan apa. Saya dan teman saya memesan nasi ayam sambal terasi, serta 2 gelas es teh.

Teman saya ternyata tak kuat makan sambal. Perutnya langsung mulas dan ingin ke toilet. Namun si penjual justru tertawa cekikikan.

‘Aduh Mas, malu aku, aku ndak bisa bahasa inggris,’ Si penjual menepuk pundakku sembari tertawa.

Saya sengaja membiarkan teman saya untuk berusaha menjelaskan sendiri pada si penjual. Melihat tingkahnya berusaha menjelaskan bahwa dia ingin ke toilet menggunakan bahasa tubuh membuatku tak bisa menahan tawa.Dia menunjuk perut dan pantatnya berulang-ulang.

Si penjual yang justu masuk ke belakang warung karena malu diajak ngobrol oleh teman saya tersebut.

Melihat ekspresinya yang makin kesakitan membuat cukup saya kasihan. Akhirnya saya bilang kalau teman saya itu ingin pinjam toilet.

‘Oalah Mas, ndak ada toilet disini. Saya biasanya ke kos kalau mau buang air besar. Ayo saya antar.’ Si penjual mengantar teman saya ke kosnya meninggalkan saya yang masih tertawa tergelak.

Uniknya logat bahasa inggris Orang Indonesia

Selesai makan dan berkeliling mendapat kamar yang cocok, kami memutuskan jalan-jalan di Jalan Jaksa. Suara musik dimana-mana, lampu warna-warni dipinggir jalan. Beberapa turis asing lewat dengan pakaian santai.

Kami duduk disalah satu cafe. Tiba-tiba seorang pria bertubuh tinggi besar dengan kaos putih menghampiri meja kami.

‘Boleh saya duduk disini, saya tak ada teman.’

Kami tak keberatan, semakin ramai semakin bagus, daripada kami hanya berdua.

Dia seorang warga negara Kanada yang bekerja di salah satu sekolah internasional Jakarta sebagai guru Bahasa Inggris. Orangnya ramah, juga lucu, selalu mengakhiri kalimatnya dengan tawa. Dia bahkan mentraktir kami minum.

“Saya suka mengajar bahasa Inggris disini. Saya pernah mengajar bahasa Inggris di beberapa negara Asia. Orang Indonesia sangat cepat menyerap apa yang saya berikan. Pengucapan bahasa Inggrisnya pun bagus. hanya saja saya sering geli sendiri jika mendengar logatnya. Biar selancar apapun, bagi saya logat bahasa Inggris orang Indonesia agak ‘unik’.”

Saya tersenyum. Tentu saja, bagi orang yang berasal dari negara pengguna bahasa Inggris, logat bahasa Inggris yang keluar dari lidah kami pasti akan terdengar lucu.

Digoda banci

Saat asyik mengobrol tiba-tiba datang seseorang, berpakaian ‘seksi’, mengenakan pakaian berbelahan rendah dan celana super pendek.

Dia mendekati teman saya.

‘Halo om, mau menu spesial nggak?’

Hal yang cukup mengejutkan, dia jago bahasa Inggris!

Teman saya hanya tersenyum, sembari memberi kode bahwa dia tak menerima tawaran orang tersebut.

Teman saya justru menawari balik, ‘ayo duduk bersama, saya ambilkan minum.’ Teman saya memanggil pelayan dan memesan minuman untuk orang tersebut.

Terkadang saya takjub dan heran dengan tingkah laku teman saya tersebut. Meski terkadang kelakuannya ganjil dan urakan, dia tahu benar cara menghargai orang. Dia tak menggoda balik atau menertawakan ‘banci’ tersebut, seperti yang sering dilakukan kita, ‘bangsa yang ramah dan santun’.

Kami berempat mengobrol banyak hal, termasuk pengalaman lucu si ‘banci’ tersebut saat sembunyi dari kejaran Satpol PP dengan bersembunyi di semak-semak hingga ketiduran dan terbangun karena sepatu highheelsnya akan diambil pemulung. Saat dia terbangun, si pemulung justru lari terbirit-birit sambil berteriak takut.

‘Memang eike semenyeramkan itu,’ Kami tak bisa menahan tawa mendengar ceritanya.

***

Semalam di Jalan Jaksa memberi saya banyak cerita menarik. Tak ada yang istimewa di jalan itu, bahkan untuk sekadar berfoto selfie di tempat tersebut pun sepertinya kurang menarik. Jalannya sempit, bahkan sering macet. Penginapannya kurang terawat, tak ada kemewahan disana.

Tapi saya suka Jalan Jaksa, termasuk juga teman saya. Dia bilang tempat itu ‘hangat’. Jika ke Jakarta dia pasti meminta saya menemaninya ke sana.

 

 

 

 

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU