Saya sadar sesadar-sadarnya, di balik liburan yang menyenangkan, ada jasa mereka yang mengorbankan waktu, tenaga dan uangnya demi menemani saya
Mengingat hari ini hari pahlawan, saya mau latah ikut menulis tentang pahlawan.
Arti pahlawan bagi saya tak muluk: orang-orang yang berkorban mau traveling bersama saya.
Memang seberat apa sih traveling bersama saya sampai butuh pengorbanan tersendiri?
Begini, saya bukan wanita yang sempurna, jika dibandingkan dengan Raisa, saya lebih lebar sedikit. Ya, sebagian besar permasalahan saya 50% disumbang dari ukuran tubuh. Contoh paling kecil, karena bentuk tubuh yang lebih lebar dari orang kebanyakan, tak semua transportasi bisa saya nikmati. Saya masih cukup sadar diri untuk tak membuat orang yang duduk di samping saya merasa tak nyaman.
Saat remaja dulu, beberapa teman bahkan kerap menghindari saya untuk diikutsertakan dalam rombongan touring atau rombongan pendakian karena mereka tak mau direpotkan dalam perjalanan, seperti alasan saya yang mudah kelelahan, trekking yang lambat, atau ribet nyari makan.
Well, hal di atas memang kejadian yang saya alami dan sempat membuat frustasi.
Dari banyak penolakan, saya menyadari bahwa saya membutuhkan pahlawan untuk bisa keluar dari zona paling menyebalkan dalam hidup
Beranjak ke perguruan tinggi, saya ingin membuktikan diri bahwa saya tidak lemah dan bisa traveling seperti manusia bumi yang lain. Di kampus, oleh Tuhan saya dipertemukan dengan seorang teman dengan ambisi besar, watak yang keras namun selalu menerima dengan tangan terbuka. Tangannya membuka dan menerima saya jauh lebih lebar dari ukuran badan saya.
Suwun Tut, Saya bisa menemukan dunia dan teman-teman baru..
Ialah Tutik, seorang kawan yang mengenalkan saya asyiknya dunia traveling. Seorang yang sangat enerjik, suka kentut sembarangan, dan punya jiwa solidaritas tinggi. Lewat dunia traveling yang ia perkenalkan pula, saya mendapat banyak ikatan pertemanan baru yang juga mau menerima saya apa adanya, yang juga selalu memberikan semangat untuk berani mencoba hal baru. Hal-hal yang tak pernah terbayangkan bisa saya lakukan saat masih abg, seperti touring keliling kota, naik gunung, latihan memanjat tebing, benar-benar bisa saya lakukan.
Bagi saya, sahabat adalah pahlawan. Bersama mereka, saya seperti punya keberanian ekstra untuk melangkah ke destinasi mana pun
Saya tipe orang yang merasa tidak percaya diri saat berada di dunia baru. Saat pertama kali mencoba hal menantang (naik gunung), saya sempat menyerah di tengah perjalanan. Saat itu gunung yang saya daki adalah Gunung Merbabu, Jawa Tengah. Sejak awal, saya memang ragu ikut pendakian, karena pasti sangat merepotkan, jalan pelan, dan entah banyak sekali hal yang saya pikirkan.
Saat bingung untuk lanjut atau menyerah, saya mencoba tarik nafas dalam-dalam. Menenangkan diri sejenak. Saya mantapkan hati untuk melakukan pendakian ini. Dan luar biasanya, teman-teman satu rombongan yang saya pikir akan meninggalkan saya, justru memberikan full support!
Hasilnya?
Pendakian pertama dan puncak pertama.
Selama ini ternyata saya berpikir sempit, seolah saya akan mendaki gunung seorang diri. Selama pendakian Merbabu, selalu ada tangan-tangan dan seruan yang terus menyemangati dan memberi energi tambahan untuk tak menyerah.
Sebuah kekuatan ‘kebersamaan’ saat pendakian menghilangkan kata “gendut” pada diri saya. Semua sama, semua capai, semua beristirahat, semua terkapar lelah sambil tertawa puas, semua ukuran manusia mendapatkan perlakuan yang sama saat pendakian.
Dulu saya gendut dan sampai sekarang pun saya masih gendut. Tapi seorang sahabat yang mau menerima apa adanya, yang mengenalkan pada dunia baru, yang merubah bagaimana harusnya menyikapi permasalahan dalam hidup, telah sukses membawa perubahan besar dalam hidup saya. Selamat hari pahlawan!