Misteri Kerajaan Blambangan, Kerajaan Hindhu Terakhir di Pulau Jawa

Asal-usul Kerajaan Blambangan masih belum bisa dipastikan, selama ini sejarah tentang Kerajaan Blambangan hanya dapat diterka melalui tradisi lisan.

SHARE :

Ditulis Oleh: Taufiqur Rohman

Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten di ujung timur Pulau Jawa yang selalu menarik untuk dibahas. Jauh sebelum kisah tentang KKN Desa Penari di Banyuwnagi viral dan menghebohkan publik Indonesia, terdapat sebuah kerajaan yang tak kalah misteriusnya. Riwatnya kerajaan ini belum terkuak sepenuhnya, sebagian masih diliputi teka-teki membingungkan.

Kerajaan Blambangan berlokasi di Banyuwangi yang menjadi kerajaan Hindhu terakhir di Pulau Jawa. Asal-usul Kerajaan Blambangan masih belum bisa dipastikan, selama ini sejarah tentang Kerajaan Blambangan hanya dapat diterka melalui tradisi lisan, naskah kuno yang tidak utuh, roman, dan cerita rakyat.

Sejarah Kerajaan Blambangan

Nama Kerajaan Blmbangan pertama kali disebutkan dalam Kitab Negarakertagama yang ditulis pada 1365 M dengan istilah “Balambangan”. Para ahli mendunga bahwa istilah tersebut berasal dari dialek Suku Osing yang mendiami Banyuwangi. Kerajaan Blambangan hampir tidak pernah disebut dalam historiografi Indonesia sebagai bentuk referensi.

Setelah keruntuhan Kerajaan Majaphit oleh pengaruh Islam pada abad ke-15, Kerajaan Blmbangan menjadi satu-satunya kerajaan Hindhu di Pulau Jawa di tengah dominasi kekuasaan kesultanan Islam. Kerajaan Blambangan menguasai wilayah yang cukup besar yang meliputi Jember, Banyuwangi, Lumajang, Situbondo, dan Bondowoso. Namun demikian wilayah ini seringkali diusik oleh kerajaan-kerajaan lain.

Kerajaan Blambangan menjadi perebutan bagi dua faksi kekuasaan besar, yakni Islam dari Kesultanan Mataram dan Hindhu dari Bali. Kondisi semakin runyam setelah kedatangan misionaris dari Benua Eropa. Dalam kerunyaman itu, terdapat tiga agama yang berkembang di Kerajaan Blambangan yakni Islam, Hindhu, dan Kristen.

Blambangan Runtuh

Kerajaan Blmbangan runtuh setelah Perang Puputan Bayu yang terjadi pada 1771 M melawan VOC. Menurut catatan sejarah, Perang Puputan Bayu menjadi satu-satunya perang paling menegangkan, mengerikan, dan banyak memakan korban sepanjang sejarah VOC di Indonesia. Rakyat Kerajaan Blambangan berjumlah 80.000, setelah perang menjadi 8.000 saja.

!8 Desember 1877 yang menjadi waktu dimulainya Perang Puputan Bayu ditetapkan menjadi hari jadi Banyuwangi. Sri Margana (2007) dalam bukunya menyebut bahwa citra Blambangan sebagai tanah air orang sakti terus terjaga hingga kini. Banyuwangi mendapatkan reputasi sebagai salah satu pusat ilmu hitam kekuatan supernatural di Indonesia.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU