Banyak orang berkata bahwa, Mekong River Delta merupakan sebuah destinasi yang kurang menarik dikunjungi untuk para traveler asia seperti saya, ketika datang ke Vietnam. Benarkah demikian? Mungkin saja benar demikian. Pasalnya, ketika kita diajak eksplore sungai Mekong kita akan berjumpa dengan hamparan sungai yang luas dan panjang. Karena sungai ini menghubungkan beberapa negara tetangga Vietnam dari Tibet, Cina, Myanmar, Thailand, Laos, dan Kamboja.
Selain bertemu dengan hamparan sungai yang luas, kalian juga akan melihat kejernihan air tersebut yang tak lain seperti kolam susu coklat. Mungkin dalam benak kalian akan berkata. “ Ini sungai mirip banget seperti sungai di kota saya.” Yah, pada awalnya saya juga berkata demikian, sambil menghela nafas panjang. Apalagi ketika turun dari bus, tour Guide kami menjelaskan tentang sebuah tanaman yang buahnya dia sebut Javanese Aple yang tak lain adalah jambu air. Namun, penjelasan dari sang Guide disimak dengan sAksama oleh para pengunjung yang berasal dari berbagai Negara dengan sangat antusias, saya pun hanya bisa menghela napas dan berkata lirih “ Itu di kampung gue banyak.”
Saya pun jadi semakin penasaran dan menerka-nerka apa yang akan ditunjukkan oleh tour Guide kepada kami selanjutnya. Rasa penasaran saya itu tak lain hanya untuk melihat reaksi para rombongan (turis) yang merasa sangat kagum dengan benda-benda atau kejadian yang saya anggap itu suatu hal yang biasa bahkan sudah amat sangat biasa bagi saya.
Tak lama pemandu kami menggiring para rombongan termasuk saya untuk naik ke atas perahu bertenaga mesin dengan atap yang teduh dan bangku yang berjajar memanjang. Nahkoda kapal akan membawa kami menyusuri sungai Mekong dan singgah ke pulau-pulau yang berada di tepian sungai tersebut. Saya akui, bahwa saya juga baru pertama kali datang ke Negara ini dan pertama kali pula mengikuti tour susur sungai seperti ini, bersama para turis dari beberapa Negara yang berbeda dan kami tidak saling mengenal satu sama lain.
Persinggahan pertama, kami dibawa merapat ke Phoenix island. Tidak ada yang istimewa menurut pandangan saya. Hanya saja saya melihat ada sisi keunikan yang berbeda di sini. Saya melihat beberapa souvenir yang terbuat dari batok kelapa. Meskipun saya sudah pernah melihatnya sebelumnya, namun saya merasa kagum karena di Negara ini juga banyak tangan-tangan trampil yang sangat rajin mengerjakan kerajianan batok kelapa tersebut.
Semakin ke dalam, pemandu membawa kami berjalan berkeliling pulau Phoenix. Dengan terik matahari yang bersinar hampir tepat di atas kepala, namun terhalang oleh rimbunnya pohon pisang dan pohon kelapa. Di tengah perjalanan saya kembali melihat salah satu rombongan saya nampak begitu antusias berfoto bahakan selfie di tengah rimbunnya pohon pisang dan pohon nangka pendek dengan buahnya yang lebat. Saya merasa senang melihat kekaguman mereka yang nampak begitu lepas tanpa rasa malu.
Fenomena-fenomena ini yang membuat saya sangat tertarik dan merasa ada keunikan tersendiri ketika mengikuti tour ini. Selain bertemu dengan orang-orang yang memiliki karakter dan budaya yang berbeda. Saya belum pernah mengikuti paket tour seperti ini dan biasanya saya lebih memilih jalan sendiri. Menentukan destinasi dan itinerary sendiri bahkan saya pun jarang berinteraksi sama orang ketika berada dalam perjalanan, kecuali sedang tanya alamat dan tempat pada penduduk lokal. Namun, ketika susur sungai Mekong, saya menemukan sepercik pengalaman yang berbeda.
Phoenix island adalah salah satu pulau yang berada di tepi sungai Mekong. Sejauh mata memandang saya memang tidak menemukan kumpulan rumah penduduk dan saya hanya menemukan beraneka ragam tumbuhan tropis seperti pisang, nangka, kelapa dan masih banyak lainnya. Ada satu tumbuhan yang membuat para turis berdecak kagum, ketika tour guide kami mengambil sesuatu dari tumbuhan yang tumbuh diantara semak-semak. Tumbuhan tersebut berbunga mirip seperti terompet dan berwana ungu.
Dengan antusias tour guide kami menjelaskan tentang tanaman itu, dan tak lama kemudian saya mendengar mereka (para pengunjung) bersorak “Wowww AMAZING!” Sambil bertepuk tangan ricuh. Mereka kagum dengan biji tumbuhan tersebut. Pemandu kami memperlihatkan beberapa biji kering berwana coklat tua yang kemudian dia basahi dengan air. Ternyata biji-biji tersebut terbelah menjadi dua dan mengeluarkan suara “Pletak” seolah meletus seperti petasan.
Jika kalian ingat, tumbuhan tersebut sering kalian sebut dengan tumbuhan pletekan atau bunga petasan. Sontak saya teringat pada masa kecil saya yang sering mencari biji pletekan tersebut dan memainkannya bersama teman-teman saya. Dulu saya juga merasa kagum dengan fenomena meletusnya biji-biji tersebut ketika dibasahi oleh air, sehingga saya melakukannya berkali-kali tanpa rasa malu dan tanpa perlu tahu penjelasan ilmiahnya.
Sama seperti mereka yang merasa kagum ketika melihat fenomena tersebut dan melakukannya berkali-kali. Lagi-lagi saya mengamati mimik wajah mereka yang nampak begitu kagum, tertawa bahagia hanya karena sebuah pertunjukan kecil dan sedehana tersebut. Layaknya sebuah pertunjukan sulap yang spektakuler. Seperti halnya saya yang kagum melihat mereka.
Mungkin benar, merujuk dari peryataan sebagian orang kalau Mekong River Delta kurang cocok buat para traveler asia seperti saya. Namun, buat saya perjalanan trip ke Mekong river membawa cerita yang seru. Saya memaknai perjalanan saya kala itu bahwa rasa kagum tidak perlu adanya sebuah alasan. Rasa kagum itu sederhana. Cukup lakukan dengan senang hati dan tanpa rasa malu.