Kekuatan Masyarakat Saibatin Lampung di Era Modern

Tradisional bukan berarti kampungan. Masyarakat saibatin Lampung teguh mempertahankan ajaran leluhur ditengah derasnya arus globalisasi.

SHARE :

Ditulis Oleh: Shabara Wicaksono

Di manakah taman marga satwa di Lampung yang terkenal dengan gajahnya?

Sebuah pertanyaan ujian saat kelas 5 Sekolah Dasar dulu. Pertanyaan yang sering keluar pula di lembar kerja siswa atau LKS-LKS. Dengan mantap kutulis jawabannya dengan sebuah pensil hitam 2B, Taman Nasional Way Kambas.

Sejak Sekolah Dasar aku  merasa didoktrin bahwa Lampung adalah Way Kambas, Way Kambas adalah Lampung. Salah satu taman nasional paling tua di Indonesia. Setelah SD aku mengetahui Way Kambas tak hanya ada gajah namun juga harimau dan badak Sumatera.

Setelah SD pula aku mengetahui bahwa Lampung tak hanya soal Way Kambas. Banyak adat budaya Lampung yang begitu menarik.

Ulun Lampung. Begitu orang-orang etnis lampung menyebut dirinya. Ulun Lampung mendiami seluruh provinsi Lampung serta sebagian Sumatera Selatan.

Masyarakat adat Lampung ini ditopang dua pilar adat, Saibatin yang memiliki arti Peminggir yang kental dengan aristokrat dan Pepadun yang lebih demokratis.

Saibatin artinya satu batin atau satu orang junjungan, itulah mengapa hanya satu orang raja adat yang bergelar Sultan di adat Saibatin. Seorang Saibatin adalah seorang sultan berdasarkan garis keturunan sejak zaman kerajaan yang pernah ada di Lampung dahulu kala. Sultan tersebut bernama Sai Batin Paksi.

“Meski masyarakat adat Saibatin ketat dalam penerapan aturan adat terhadap sesama masyarakat Saibatin, namun mereka memiliki hubungan sosial yang begitu terbuka terhadap warga lain tanpa membedakan etnis maupun keturunan”

Di Jawa mungkin kamu mengenal tradisi makan tumpeng bersama di desa-desa. Di masyarakat adat Saibatin, ada ritual unik saat acara makan bersama.

Kalangan bangsawan adat akan makan di atas nampan yang dilapisi kain putih, sementara orang biasa akan makan tanpa nampan meskipun pada dasarnya jenis makanan yang tersaji tak jauh berbeda.

Masyarakat adat kerap dipandang “ketinggalan zaman”.

Sebuah pandangan tak berdasar. Pandangan bodoh yang kerap memancing emosiku. Masyarakat perkotaan justru jauh yang lebih banyak melupakan nilai-nilai kehidupan, terbawa arus zaman.

“Masyarakat adat bukan ketinggalan zaman, mereka memiliki pegangan kuat agar tak terbawa arus perkembangan zaman yang sering membuat kita melupakan nilai-nilai luhur”

Piil Pesenggiri merupakan falsafah hidup masyarakat hukum adat Lampung Saibatin. Piil berasal dari bahasa Arab yaitu “fiil” yang memiliki arti perilaku. Kata pesenggiri bermakna bermoral tinggi, berjiwa besar, tahu diri, serta tahu hak dan kewajiban.

“Falsafah Piil Pesenggiri mengajarkan pada setiap orang Lampung untuk memperjuangkan nilai-nilai hidup terhormat agar dihargai di tengah masyarakat”

Pemberian gelar (juluk-adek), menjaga silaturahmi (nemui-nyimah), kekeluargaan dan sikap suka bergaul (nengah-nyappur) serta partisipasi serta solidaritas sosial (sakaisambayan) adalah 4 hal yang harus diamalkan. Falsafah hidup tersebut menjadi pedoman perilaku agar terhindar dari sikap dan perbuatan tercela.

Berkunjung ke Way Lima, tepatnya di Pasawaran akan membuatmu mengenal lebih dalam sistem adat dan budaya Saibatin. Kamu dapat menikmati Tari Sembah atau Sigeh Penguten di sana.

Sigeh penguten menjadi tarian wajib ritual penyambutan dan memberikan penghormatan kepada tamu atau undangan yang datang pada acara hajatan adat atau begawi, kunjungan tokoh masyarakat, dan lain-lain.
Dewasa ini, tari sembah kerap kali ditampilkan dalam upacara adat pernikahan masyarakat Lampung.

Ada pula tari Melinting yang merupakan tarian dari keluarga Ratu Melinting. Tarian ini dipentaskan hanya pada saat acara Gawi Adat Keagungan Keratuan Melinting.

Dahulu para penarinya hanya terbatas dari kalangan putera dan puteri Ratu Melinting sendiri. Tarian biasa dilangsungkan di balai adat atau Sesat. Fungsi tari melinting kini bergeser dari peragaan sakral menjadi tarian hiburan atau menjadi persembahan pada tamu agung yang berkunjung ke Lampung.

Cobalah berkunjung ke Desa Pampangan Kabupaten Pesawaran. Kamu dapat mengenal lebih dalam budaya dan kearifan lokal dari masyarakat adat Saibatin, masyarakat etnis Lampung yang masih berpegang pada budaya dan nilai-nilai luhur peninggalan nenek moyang.

Baca juga : Parade Ribuan Lumba-Lumba Teluk Kiluan

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU