Legenda Sri Tanjung, Putri Jelita yang Menjadi Asal-Usul Banyuwangi

Legenda Sri Tanjung sudah dikenal sejak dahulu kala, saat era peradaban Hindu-Buddha di nusantara. Kisahnya ada dalam karya sastra Jawa Pertengahan.

SHARE :

Ditulis Oleh: Taufiqur Rohman

Sri Tanjung merupakan sosok pemeran utama dalam kisah asal-usul Kota Banyuwangi di Jawa Timur. Legenda Sri Tanjung sudah dikenal sejak dahulu kala, saat era peradaban Hindu-Buddha di nusantara. Kisahnya dikenal dalam karya sastra berbahasa Jawa Pertengahan, diceritakan dalam bentuk kidung dari mulut ke mulut. Kisah Legenda Sri Tanjung biasanya dibawakan dalam pertunjukan dalam upacara ruwatan.

Asal-usul munculnya kisah Sri Tanjung tidak diketahui pasti. Namun dapat dipastikan latarnya mengambil tempat di Banyuwangi, Jawa Timur. Para ahli berpendapat bahwa kisahnya berasal dari masa Majapahit pada abad ke-14 M. Pendapat ini didukung oleh berbagai temuan arkeologi dalam bas-relief yang terukir pada pendapa teras Candi Penataran, dinding Gapura Bajang Ratu, Candi Surawana, dan Candi Jabung.

Tari Gandrung Banyuwangi (lokadata.id).

Legenda Sri Tanjung dan Asal-Usul Banyuwangi

Plot cerita Sri Tanjung berkisah tentang kesetiaan seorang istri yang bernama Sri Tanjung kepada suaminya, Raden Sidapaksa. Konon sang suami adalah kesatria gagah berani yang masih satu garis keturunan Raden Sadewa atau Sudamala dari Pandawa. Singkat cerita, Sri Tanjung terpaksa harus menunggu suaminya yang diutus meminta obat kepada Bhagawan Tamba Petra oleh raja di Negeri Sundurejo.

Dengan penuh harap dan penuh kerinduan, Sri Tanjung menunggu sang suami pulang. Namun bukannya berbalas rindu, Sri Tanjung ketakutan karena suaminya pulang dengan amarah. Menurut Raden Sidapkasa, Raja Sulakrama melaporkan padanya bahwa Sri Tanjung bermesraan dengan laki-laki lain saat ia bertugas. Raden Sidapaksa tidak percaya meski istrinya bersaksi bahwa justru Raja Sulakrama yang hendak memperkosanya.

Sri Tanjung kemudian diajak ke Hutan Setra Gandamayu. Di tepian sumur, rambutnya ditarik ke belakang dan di tangan sang suami terhunus sebilah keris. Jika darah yang keluar berbau harum maka Sri Tanjung benar setia kepada suami. Dan darah Sri Tanjung ternyata harum. Raden Sidapaksa menyesal dan menjadi gila karena telah membunuh istrinya. Ia memohon kepada dewa untuk menghidupkannya kembali.

Relief di Candi Penataran yang berkisah tentang Sri Tanjung (wego.co.id).

Menyusuri Legenda Sri Tanjung

Masyarakat Banyuwangi menganggap kisah Legenda Sri Tanjung benar-benar pernah terjadi di masa lalu. Beberapa tempat di Banyuwangi diyakini memiliki kaitan erat dengan kisah tersebut. Diantaranya adalah Penataban yang konon menjadi tempat Raden Sidapkasa natab-natab atau membenturkan kepala akibat gila karena penyesalan membunuh istrinya. Desa Kramasan, tempat Sri Tanjung keramas sebelum dibunuh. Adapun Desa Tanjung yang menjadi tempat kelahuran Sri Tanjung.

Sumur Sri Tanjung di belakang Pendapa Shaba Swagata Blambangan, rumah dinas Bupati Banyuwangi dipercaya sebagai tempat dimana jasad Sri Tanjung dibuang setelah dibunuh. Dan di sumber mata air inilah aroma wangi itu tercium. Sumur Sri Tanjung hingga saat ini sangat disakralkan karena menjadi cikal bakal nama Banyuwangi, yaitu “banyu” yang bearti air, dan “wangi ” yang berarti harum. Saking percayanya, bahkan kisah Legenda Sri Tanjung dianggap tabu untuk dipentaskan di Banyuwangi.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU