Larangan di Gunung yang Sering Disepelekan dan Dilanggar Pendaki

Sedihnya kalau lihat pendaki kayak gini!

SHARE :

Ditulis Oleh: Rizqi Y

Aturan dibuat bukan untuk dilanggar!

Teruntuk para pendaki, cobalah sesekali buka hati dan pikiranmu. Lihatlah sejenak dan tanyakan ke dirimu sendiri, apakah setiap larangan dan aturan di gunung itu dibuat untuk merugikanmu? Yang pasti nggak! Justru aturan dan larangan di gunung itu dibuat supaya Kamu tetap di jalur yang aman dan menghindarkanmu dari bahaya. 

Tapi betapa anehnya kalau Kamu justru mengabaikan itu semua dan lebih memilih menuruti egomu yang selangit itu. Dan tahukah Kamu, kalau selama ini aturan-aturan ini sering banget Kamu langgar.

Camping di area Goa Walet Gunung Ciremai

Pendaki Ciremai camping di Goa Walet. Sumber foto

Salah satu larangan yang tertulis secara jelas di Gunung Ciremai adalah camping di area Goa Walet. Tapi beberapa waktu lalu aturan ini jelas-jelas dilanggar oleh beberapa pendaki gunung yang ngeyel. Mereka tetap membangun tenda dan melakukan kegiatan di kawasan Goa Walet ini.

Goa Walet ini memiliki stalaktit dan stalakmit yang mengeluarkan air. Tapi air ini nggak bisa digunakan sebagai air minum. Karena ternyata air di Goa Walet ini  berbau belerang dan mengandung zat berbahaya bagi tubuh manusia. Konon katanya dahulu Goa Walet merupakan bekas keluarnya larva ketika Gunung Ciremai erupsi.

Mendaki ke puncak Mahameru, padahal jelas ini dilarang

Pendaki sampai ke puncak Semeru. Sumber foto

Sebetulnya aturan ini udah jelas dikeluarkan oleh pihak TNBTS, bahwa pendakian di Gunung Semeru cuma boleh sampai di Kalimati. Tapi nggak sedikit juga pendaki yang nekat mendaki sampai puncak. Mungkin karena emang belum mantep rasanya kalau belum sampai puncak.

Pendakian hanya boleh sampai di Kalimati. Sumber foto

Padahal ini sangat berbahaya, karena aktifitas Gunung Semeru yang masih sangat aktif emang nggak menentu. Dan pastinya aturan ini dibuat supaya pendaki nggak celaka kalau sewaktu-waktu puncak Semeru erupsi. 

Mendaki ke Puncak Merapi meski hanya diperbolehkan mendaki sampai Pasar Bubrah

Pendaki sampai ke puncak Merapi. Sumber foto

Kondisi Puncak Merapi hampir mirip dengan Puncak Semeru yang masih nggak stabil. Kadang secara tiba-tiba puncak Merapi erupsi dan mengeluarkan lahar. Inilah yang menjadi alasan kenapa sebaiknya pendaki nggak mendaki sampai puncak. Alasan lain nggak diijinkan mendaki sampai puncak adalah karena area puncak merupakan kawasan rawan bencana. 

Peraturan pendakian Merapi di Pasar Bubrah. Sumber foto

Bahkan meski ada papan aturan yang udah terpasang jelas, bahwa pendakian sebaiknya cuma sampai di Pasar Bubrah tetep aja pendaki nekat. Mayoritas pendaki bahkan mengabaikan aturan ini dan tetep naik sampai puncak. 

Larangan mandi dan berenang di Ranu Kumbolo bagi sebagian pendaki cuma omong kosong

Pendaki mandi di Ranu Kumbolo. Sumber foto

Danau Ranu Kumbolo adalah salah satu surga di balik kemegahan Semeru. Pendaki mana sih yang nggak tersihir sama keindahan danau ini? Sayangnya masih banyak pendaki yang dengan seenaknya mandi dan berenang di danau ini. Padahal jelas ada larangan untuk renang dan mandi di sini.

Aturan di Ranu Kumbolo. Sumber foto

Selain bahaya buat keselamatan, bisa merusak ekosistem perairan, mandi di sini juga bisa mencemari sumber mata air Ranu Kumbolo ini. Selain itu ternyata air di Danu Ranu Kumbolo ini dianggap suci oleh warga setempat. 

Bahkan air suci danau ini juga masih digunakan untuk prosesi ritual suci keagamaan masyarakat setempat. Nah lho, masih mau renang dan mandi di Ranu Kumbolo lagi? 

Tidak membawa turun sampah, meski di Gunung Rinjani udah dibuat aturan tertulis lengkap dengan hukumannya

Sampah di Gunung Rinjani. Sumber foto

Rinjani, salah satu gunung favorit di Indonesia yang bahkan banyak juga bule yang jatuh hati padanya. Sayang beribu sayang, gunung ini kini mulai tercemar sampah dari para pendaki. Padahal udah ada aturan jelas dan tertulis yang menjelaskan bahwa setiap pendaki wajib membawa turun sampah mereka. 

Aturan tertulis soal sampah di Rinjani. Sumber foto

Bagi pendaki yang nggak membawa pulang sampah, maka dikenakan denda berupa penyitaan alat pendakian selama 2 minggu dan ditebus dengan membayar Rp 250.000,-. Tapi sayangnya pendaki tetep aja males buat bawa turun sampah.

***

Meski aturan dan larangan ini udah jelas tertulis, tapi tetep aja ada banyak pendaki yang melanggarnya. Entah karena ketidaktahuannya, atau karena emang sengaja melanggar. Yang pasti melanggar aturan bukanlah ciri pendaki yang baik dan bijak. Jadi jangan pernah Kamu tiru ya gais!

Baca juga:

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU