Banyak orang bilang bahwa pendaki gunung adalah orang yang nggak punya tujuan hidup.
Mungkin begitulah stereotip yang terbentuk di mata masyarakat. Melihat segerombol orang yang hobi menggendong tas besar di punggung. Dengan celana robek dan kaos kumal berjalan tanpa tujuan pasti mendaki gunung. Mungkin kalau sekarang tampilan pendaki sudah keren, nggak seperti jaman saya dulu sekitar tahun 2009.
Jika ditanya apa motivasi mendaki, mungkin mereka hanya bisa menjawab karena suka. Bukan karena tren, bukan karena kebutuhan eksis di sosial media. Karena dulu belum ada tulis menulis nama, bikin vlog di gunung atau foto-foto keren. Ya begitulah mendaki seadanya, karena memang benar-benar suka.
Lalu dari situlah kehidupan para pendaki seperti tak punya tujuan. Apa yang dilakukan memang nggak ada manfaatnya. Hanya menghamburkan uang, tenaga dan waktu. Tapi jauh di dalamnya tak banyak orang tahu, bahwa para pendaki ini sebenarnya adalah pemimpi dan pejuang. Meski memang nggak semuanya, tapi mayoritas seharusnya iya.
Adalah Faiz Jazuli Nor, sosok di balik CEO Phinemo.com yang ternyata dulu ketika kuliah sangat hobi jalan-jalan dan naik gunung. Dia juga masuk dalam sebuah organisasi pencinta alam di kampusnya. Dikenal sebagai sosok senior yang tegas, dia sering memberi “ceramah” untuk juniornya.
Hal yang selalu dia katakan pada juniornya adalah,
Sebelum Kamu lulus sarjana, Kamu harus sudah punya rencana, apa yang ingin Kamu lakukan. Ketika sudah tahu apa yang ingin Kamu lakukan, maka pikirkan bagaimana caranya itu bisa terwujud.
Latar pendidikannya yang seorang sarjana pendidikan fisika ternyata justru membawa dia punya impian lain. Tiga impian besarnya adalah lulus sarjana dan bekerja sebagai web developer, S2 di ITB dan punya perusahaan. Maka dari sinilah sebenarnya bibit Phinemo sudah mulai tumbuh, meski saat itu bahkan nama Phinemo belum ada sama sekali.
Jika sebagian orang ingin menulis di blog supaya bisa jalan-jalan gratis, entah kenapa ia justru berpikir untuk membuat orang jalan-jalan. Alasannya sederhana, karena saat orang lain jalan-jalan karena dia, maka dia juga bisa jalan-jalan. Dengan hobi traveling dan menulisnya, ditambah kemampuan sebagai web developer maka jadilah sebuah visi “Media Travel Online”.
Motivasi lain mengapa dia ingin membangun sebuah perusahaan adalah agar bisa memberikan manfaat paling tidak untuk orang-orang di sekitarnya. Berkaca pada perusahaan tempatnya bernaung kala kuliah S2, hampir semua karyawannya adalah orang-orang terdekat.
Maka di tahun 2014 dengan perjuangan dan pengorbanannya, berdirilah Phinemo.com yang merupakan media travel online. Dengan berdirinya Phinemo.com ini, maka ketiga mimpi besarnya telah terlaksana. Bekerja sebagai web developer, kuliah S2 ITB dan punya perusahaan.
Sebenarnya sebelum memutuskan untuk mulai membangun Phinemo, Faiz sudah cukup sukses dengan posisinya sebagai dosen di Telkom University. Tawaran-tawaran besar pun berdatangan salah satunya beasiswa S3 ke Jepang. Dengan segala pertimbangan, dia akhirnya melepas semua itu.
Mungkin Kamu nggak habis pikir, kenapa dia mau melakukan hal itu? Padahal dia sudah cukup sukses dengan pekerjaannya yang mapan dan gaji besar. Belum lagi kesempatan untuk jadi profesor terbuka lebar. Namun, kekuatan sebuah mimpi memang bisa mengalahkan semuanya. Kata-katanya yang tak pernah bisa saya lupa adalah,
Orang bilang hidup itu tentang pilihan, padahal sebenarnya tidak. Hidup itu adalah tentang bagaimana bertahan pada pilihan ketika Kamu gagal.
Dan menurutnya, orang sukses adalah orang yang mampu bangkit dari kegagalannya namun masih dengan visi yang sama. Banyak orang gagal dan bangkit kembali namun dengan visi yang berbeda. Dengan prinsip inilah ia yakin untuk mulai merintis Phinemo, yang dulu belum terpikirkan sama sekali akan jadi seperti apa.
Saat di usia 26 tahun, Faiz mengikuti kelas seminar dari Dahlan Iskan. Di salah satu sesi seminar tersebut, Dahlan Iskan berkata,
Kebanyakan pengusaha akan sukses di usia 30-an. Dan biasanya mereka akan mengalami kegagalan sebanyak 11 kali, baru di usaha ke 12 mereka sukses. Jadi, kalau Kamu memulai usaha di usia 30 tahun, kapan Kamu akan sukses?
Nasehat ini juga yang kemudian membuat CEO Phinemo yakin dan mantap untuk mulai merintis start up ini. Ia berpikir bahwa sebelum tanggung jawabnya belum terlalu besar, setidaknya ia ingin menghabiskan jatah kegagalannya terlebih dahulu.
Saya berpikir bahwa mungkin hal yang paling sulit dalam membangun Phinemo adalah membentuk sebuah tim yang solid. Tapi, bagi CEO Phinemo sendiri tantangan tersulit adalah bagaimana ia terus bisa bangkit menghadapi setiap kegaalan pada Phinemo, dan masih dengan visi yang sama. Yaitu menjadi sebuah media travel online di Indonesia.
Tim yang baik menurut Faiz adalah tim yang siap kerja dan siap pakai. Di mana tujuan perusahaan, maka kesanalah gerak dari tim ini diarahkan. Meski tak semua tim Phinemo ekspert di bidangnya,namun masing-masing anggota tim di balik Phinemo bisa diarahkan dan mau terus belajar. Menurutnya, tak masalah apakah orang itu ahli atau tidak. Selama ia mau belajar dan bisa dibentuk maka tak akan jadi masalah.
Sebagai CEO, Faiz dikenal sebagai orang yang santai dan tidak terlalu menjaga jarak dengan timnya. Ia juga tidak segan untuk ngobrol santai dan bercanda dengan timnya. Di mata anggota tim Phinemo, Faiz adalah orang yang sulit dimengerti, misterius, idealis, dan mudah memotivasi oang lain.
Atau dia juga sering dijuluki kamus quote berjalan karena saking seringnya mengutip quote bahkan saat ngobrol. Tapi kalau soal tanggung jawab, jangan ditanya lagi. Dia adalah orang yang benar-benar tanggung jawab atas apa yang sudah dia pilih. Kalau nggak, sepertinya nggak mungkin juga Phinemo eksis sampai saat ini untuk menghibur dan mengedukasi banyak orang. Ya kan?
***
Idealislah pada mimpimu, tapi tetaplah menjadi orang yang bertanggung jawab atas apa yang Kamu pilih. Setiap orang bisa memilih dengan mudah, namun tidak semua orang bisa bertahan pada pilihannya.
Semoga sekelumit kisah tentang Faiz Jazuli Nor, CEO Phinemo ini bisa menjadi sebuah inspirasi bagimu. Bahwa nggak semua pendaki gunung adalah orang-orang yang tak punya mimpi dan masa depan. Itu hanya bergantung pada bagaimana prinsip hidupmu. Tetaplah percaya pada mimpi-mimpimu dan terus berjuang untuk apa yang sudah Kamu mimpikan. Selama Kamu optimis pada mimpimu, akan selalu ada jalan untuk semua masalah.