Killing Field Kamboja, Wisata Sejarah yang Tidak Akan Buatmu Bosan

Wisata sejarah Indonesia harus meniru ini nih!

SHARE :

Ditulis Oleh: Echi

Melihat antusiasme wisatawan, sepertinya tempat wisata bersejarah atau pun museum masih kurang begitu diminati. Kegiatan wisata yang terlalu monoton menjadi alasan mengapa museum atau tempat bersejarah kurang diminati wisatawan.

Tidak sama halnya dengan Killing Field. Lahan pembantaian sekaligus museum barang-barang peninggalan kekejaman rezim Poplot di Kamboja ini begitu menarik untuk dikunjungi. Banyak turis yang datang ke tempat ini. Apa yang menarik di dalamnya?

1. Killing Field ‘menjual’ kekejaman dengan menampilkan tengkorak-tengkorak manusia korban pembantaian rezim Polpot

Memasuki monumen pembantaian, Kamu akan melihat tumpukan tengkorak manusia di dalam lemari kaca yang menjulang tinggi. Setiap tengkorak memiliki tanda sebagai pembeda. Ada korban yang dibunuh menggunakan senjata tajam, ada pula korban yang dibunuh menggunakan cangkul.

Lalu, tak ketinggalan, pakaian-pakaian yang dikenakan korban semasa dianiaya pun dipamerkan. Setumpuk pakaian kumal, lusuh, namun syarat akan tangis kepedihan disimpan rapat dalam lemari kaca.

2. Penggambaran kekejaman Polpot tidak hanya secara visual, namun juga audio visual

Dimana setiap turis yang mengunjungi Killing Field tidak hanya melakukan visual tour, namun juga dilengkapi audio tour. Kamu akan berjalan mengelilingi lokasi pembantaian sambil mendengarkan kisah bengis dan kejamnya Polpot melalui earphone.

Ada banyak spot yang harus Kamu lewati. Tiap kali Kamu berhenti pada satu titik, saat itulah pemutar audio akan bercerita tentang tempat yang sedang Kamu pijak. Tentu saja bukan cerita bahagia, tapi kisah kelam tragedi kekejaman Khmer merah.

3. Instrumental khas Kamboja yang terselip dalam kisah pembantaian menciptakan suasana dan atmosfer penuh duka

Yang paling saya ingat, instrumental musik pengiring cerita berjudul “A memory from the darkness”. Instrumental khas Kamboja yang sanggup menyayat hati.

4. Pengakuan saksi mata sekaligus pelaku penjagalan makin mendramatisir cerita pembantaian

Beberapa orang saksi mata dalam tragedi kekejaman Polpot dimunculkan dalam serangkaian cerita. Suara yang lirih begitu mendukung suasana.

5. Audio tour tersedia dalam berbagai macam bahasa, sayangnya tidak tersedia dalam Bahasa Indonesia

 

Turis asing memang menjadi sasaran kunjungan wisatawan ke Killing Field. Jadi, pengelola memang menyediakan berbagai macam bahasa. Saya sendiri lebih memilih memakai audio berbahasa Inggris. Pengucapan, pronunciation, dan intonasi yang disampaikan sangat mudah untuk dipahami.

6. Begitu memasuki halaman pembantaian, suasana begitu tenang, tak sedikitpun gurat senyum terlihat dari wajah-wajah para turis

Memang sejak awal memasuki ladang pembantaian, para turis diminta tenang untuk menghargai para korban. Alhasil, sepanjang tour mengelilingi ladang yang tidak begitu luas, suasana sunyi, suram, dan begitu mencekam. Seolah bukan sedang wisata, namun sedang mengunjungi makam.

7. Pengelola Killing Field berhasil membuat pengunjung penasaran dengan potongan kisah tragis yang tersampaikan melalui audio tour

Audio tour menjadi daya tarik wisata Killing Field. Terdapat 19 audio yang berisi kisah kelam. Setiap potongan cerita yang disampaikan sukses membuat pengunjung penasaran dengan apa yang terjadi pada kisah selanjutnya.

***

Menurut saya, Killing Field menyajikan wisata sejarah yang menarik. Cara seperti ini mungkin bisa ditiru di Indonesia. Menciptakan pembeda di setiap tempat wisata sejarah dengan menghilangkan kesan monoton.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU