5 Barang Ini Jangan Sampai Ketinggalan Saat Traveling

Jangan pernah meninggalkan benda-benda ini dirumah atau kau akan menyesal

SHARE :

Ditulis Oleh: Ryan Arti

Pada artikel sebelumnya saya telah memberikan daftar 5 barang wajib bawa ketika saya sedang jalan-jalan, namun jumlah itu masih terbilang sedikit untuk menunjang kenyamanan saat beraktivitas di luar ruangan.

Untuk itulah pada artikel kali ini saya bermaksud menjelaskan lagi 5 barang yang sebaiknya dibawa dalam perjalanan.

1. Buku catatan

Bukan hanya Dora the Explorer yang senantiasa membawa buku catatan setiap kali bepergian, saya pun demikian.

Saat berlibur ke Semarang saya bertemu dengan seorang bapak yang tengah kebingungan karena handphonenya hilang. Dalam perjalanan menuju kantor polisi, si bapak sempat bercerita bahwa di dalam handphone tersebut ada catatan laporan pekerjaannya selama dinas di Semarang, dengan hilangnya handphone tersebut ia terpaksa harus mengulang semuanya kembali dari awal.

Meski saya sangat jarang mendapat tugas dinas di luar kota, namun adakalanya saya mencatatkan kejadian menarik selama perjalanan untuk diceritakan kembali di kemudan hari, dan saya sangat tidak ingin kejadian seperti yang dialami bapak tadi menimpa saya juga.

Semenjak itu, saya jadi terbiasa membawa buku kecil untuk menuliskan hal menarik dan penting, seperti alamat penginapan, rencana perjalanan, atau sekedar nomor penting yang bisa dihubungi semisal terjadi hal yang tidak diinginkan.

2. Kacamata cadangan

Berkelana dengan mata minus memiliki suka dukanya sendiri. Demi kelancaran dan kenyamanan saya ketika sedang jalan-jalan, maka kehadiran kacamata cadangan menjadi barang yang wajib saya bawa. Bagi saya tidak ada toleransi pada barang ini, saya tidak ingin kejadian seperti di Gunung Merbabu terulang kembali. Frame kacamata saya patah terbagi dua, beruntung saat itu sudah dalam perjalanan pulang. Meski sebenarnya bisa mengenakan lensa kontak, namun sayangnya mata saya akan sangat mudah gatal hingga lensa kontak hanya terasa nyaman ketika saya sedang berada dalam rutinitas, bukan saat perjalanan.

3. Gembok kecil

Saya sadar tidak semua destinasi menyediakan loker dan tidak semua loker yang disediakan memiliki gembok.

Seperti wisata Goa Pindul di Jogja misalnya, tas yang saya bawa memang diserahkan ke tempat penitipan barang, namun loker yang disediakan bukan hanya tanpa gembok, namun juga tanpa pintu penutup. Beberapa teman kemudian memutuskan menitip dompet dan barang berharganya didalam tas saya untuk kemudian saya gembok, barulah diserahkan ke tempat penitipan barang.

Gembok kecil ini juga berjasa mengunci tenda saat saya dan teman-teman memutuskan untuk meninggalkan barang-barang di dalamnya saat kami asyik bermain air bersama di tepi Pantai Sepanjang, Yogyakarta.

4. Tali sepatu cadangan

Tali tambahan ini tidak hanya saya gunakan untuk mengikat sepatu, namun juga mengikat benda lain selama perjalanan. Saya mengubah tali sepatu menjadi tali jemuran setelah selesai mencuci di toilet umum pantai Sepanjang, Gunung Kidul. Sebenarnya ada alternatif lain selain menggunakan tali sepatu, yakni menggantinya dengan tali paracord. Kelebihan paracord adalah ia memiliki memiliki kekuatan yang jauh lebih baik dan jika isi tali dikeluarkan maka di dalamnya akan ada serat halus yang bisa digunakan sebagai benang pancing.

Bagian yang paling mengesankan adalah banyak yang menjual tali ini setelah menyimpulkannya menjadi gelang sehingga lebih simpel saat dibawa.

Masalah terbesarnya adalah setelah melepasnya menjadi tali saya kesulitan untuk mengikatnya kembali menjadi gelang, mungkin akan lebih baik bagi saya jika belajar lagi.

5. Headset

Memang, saat sedang jalan-jalan ada baiknya untuk membatasi diri menggunakan gadget dengan harapan agar saya bisa lebih banyak menghargai momen berharga seperti ini. Tapi bagi saya, membawa headset menjadi cukup penting ketika sedang bepergian.

Saya bukan orang yang up to date terharap trend lagu dari masa ke masa, akan tetapi kehadiran headset sangat membantu menambah kesan spesial dan menghidupkan momen yang tadinya hampir mati.

Seperti bagaimana musikalisasi puisi yang dibacakan Dwita Sari mampu mengembalikan mood saya setelah berdebat dengan seorang bapak yang bersikeras merokok dalam gerbong kereta meski sudah berkali-kali diperingati. Atau seperti Indah yang mendengarkan rekaman ayat suci melalui headsetnya dan berhasil mengatasi rasa takut saat kami turun melalui Jalur Putri dalam keadaan gelap akibat rusaknya senter secara masal.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU