Seorang pengunjung Curug Bidadari, Iyan (26), datang bersama lima temannya di lokasi wisata yang baru-baru ini ramai dikenalkan lewat media sosial (medsos). Letaknya di Dukuh Purbo, Jolotigo, Kecamatan Talun, Kabupaten Batang.
Iyan dan teman-temannya yang berjalan kaki itu terlihat lelah. Mereka lantas berendam di bawah Curug Bidadari. Raut wajah mereka terlihat berubah segar dan lelahnya berjalan kaki itu seolah sudah terbayar.
“Tempatnya bagus, meski jalannya lumayan jauh,” kata pemuda asal Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan tersebut, baru-baru ini.
Ia menceritakan, waktu tempuh berjalan kaki dari area parkir mobil hingga Curug Bidadari sekitar 15 menit. Di tengah-tengah perjalanan, Iyan berhenti di sebuah warung tenda di antara belasan warung serupa yang ada di sepanjang akses menuju lokasi curug.
Sajian secangkir kopi atau jahe hangat di warung tenda-warung tenda itu akan semakin menegaskan betapa eksotisnya tempat wisata di lereng pegunungan Dieng tersebut.
“Kalau bisa ditambah permainan flying fox, misalnya kan bagus. Pas ini ada pohon pinus yang tinggi,” ujar Iyan dengan nada setengah berandai-andai.
Curug setinggi 20 meter itu ditambahi kata bidadari. Curug Bidadari , demikian nama dan masyarakat biasa menyebut tempat wisata tersebut. Letaknya di Dukuh Purbo, Jolotigo, Kecamatan Talun, Kabupaten Batang.
Konon, di sana pengunjung dapat melihat bidadari yang melintas pada siang hari. Jejak-jejak sang bidadari dapat terlihat di atas air terjun tersebut yakni lintasannya berupa pelangi.
Pada siang hari, saat sinar mengarah persis di atas air terjun pada sudut tertentu hingga muncul pelangi serta memberikan keindahan tersendiri.
Ada sebagian masyarakat yang mempercayai pelangi ini merupakan lintasan yang digunakan bidadari turun ke bumi.
“Dinamakan Curug Bidadari karena konon pada saat itu sering terlihat pelangi di air terjun tersebut. Pelangi itu muncul, lalu disebut Curug Bidadari. Sebutan bermula dari media sosial yang telah ramai sejak Oktober 2015,” kata Camat Talun, Ajid Suryo Pratondo, baru-baru ini.
Menurut Ajid, warga setempat pernah mengukur dan diperkirakan kedalaman air di bawah curug itu sekitar 10 meter. Meski tidak musim hujan, air curug tersebut tetap deras dan tidak surut.
Selain itu, pengunjung juga bisa menyaksikan munculnya hewan owa dan lutung di sekitar curug. Tetapi tentunya, hanya bagi pengunjung yang beruntung dapat menyaksikannya. Owa yang tergolong spies langka itu waktu munculnya tidak menentu.
“Burung patok merah juga ada, tapi memang jarang bisa melihatnya. Tapi hewan itu ada di sini,” kata Ajid.
Mendengar nama Curug Bidadari atau Air Terjun Bidadari mungkin sudah menjadi nama yang sering didengar. Namun tentunya bukan Curug Bidadari di Dukuh Purbo, Jolotigo, Kecamatan Talun, Kabupaten Pekalongan.
Sekitar bulan Oktober 2015, curug tersebut menjadi perbincangan di media sosial. Sebagian masyarakat Pekalongan juga sudah banyak mengunggah foto-foto tempat wisata baru tersebut.
Tempat wisata hingga kini masih dalam tahap eksplorasi Pemerintah Kabupaten Pekalongan. Letaknya berada sekitar 850 meter di atas permukaan laut (mdpl), yang berada di dalam hutan milik Perhutani.
Untuk mencapainya ke sana, dibutuhkan waktu sekitar 30 menit dari Kajen atau 50 menit dari Kota Pekalongan. Belum ada angkutan umum menuju ke sana. Bagi Anda yang tertarik ke sana, sebaiknya mengendari kendaraan roda dua atau roda empat.
***
Artikel yang kamu baca ini adalah kerja sama antara Phinemo dan Tribun Jateng.