Harga Tiket Masuk Wisata Turis Asing 20 Kali Lipat Warga Lokal, Diskriminasi?

Perbedaan harga tiket masuk antara turis asing dan lokal sangat tinggi. Wisatawan mancanegara merasa telah didiskriminasi.

SHARE :

Ditulis Oleh: Echi

Foto merupakan dokumentasi pribadi penulis

Libur panjang menyisakan banyak foto kenangan dan senyum kebahagiaan. Namun, ada juga yang hanya bisa tersenyum kecut usai menikmati libur panjang. Seperti David, turis asal San Diego Amerika Serikat, harus tersenyum kecut setelah menghabiskan waktu libur panjang untuk berkunjung ke Kawah Ijen, Jawa Timur.

David yang merupakan turis asing dari Amerika sangat tertarik dengan ‘api biru’, Kawah Ijen karena ‘api biru’ hanya ada dua di dunia, salah satunya di Ijen. Satunya lagi di Islandia.

Berhubung sedang melakukan kegiatan volunteer di Indonesia, dia tak menyia-nyiakan kesempatan itu.

Semua berjalan normal dan biasa saja. Si David malah terlihat semangat sebelum melakukan pendakian ke Kawah Ijen. Akan tetapi, semangat David berganti kekecewaan seketika dia harus membayar tiket masuk ke kawasan Kawah Ijen yang cukup mahal.

Perbedaan Biaya Tiket Masuk Yang Tinggi

Foto merupakan dokumentasi pribadi penulis

Warga lokal seperti saya, hanya dipungut biaya tiket masuk sebesar 7.500 sedangkan David yang merupakan turis asing harus rela mengeluarkan uang 20 kali lipat lebih besar dari harga tiket warga lokal, yaitu Rp 150.000! Perbedaan harga yang sangat mencolok bukan?

Merasa telah diperlakukan tak adil, dia berkata, “ini diskriminasi, kalian warga lokal hanya membayar 7.500, sedangkan kami harus membayar 150.000? Apakah karena kami turis asing dan tidak sama seperti kalian?”

Saya bingung bagaimana harus merespon keluhan teman saya ini. Kalau boleh jujur, harga tiket masuk kunjungan wisata sebesar itu cukup tak masuk akal. Lalu, saya sampaikan kepadanya bahwa ini sudah tertera dalam peraturan pemerintah nomor 12 tahun 2014. Pemerintah memberikan harga tiket sebesar itupun sudah melalui berbagai pertimbangan.

David lagi-lagi berargumen, “ Banyak turis asing yang datang ke negara saya, Austria, dan mereka memperoleh perlakuan yang sama. Apakah karena kalian negara berkembang dan kami turis asing harus membayar tinggi untuk membantu ekonomi kalian?”

Ternyata permasalahan tingginya harga tiket masuk turis asing pernah disoroti oleh operator pariwisata dan wisatawan di Labuan Bajo, NTT. Tahun lalu mereka membuat petisi menuntut pemerintah untuk meninjau ulang pemberlakuan biaya tiket masuk yang tinggi.

Harga Tiket Masuk yang Mahal Tak Sebanding Dengan Kualitas Fasilitas dan Kenyamanan

Terus terang, sebagai warga lokal Indonesia saya malu dengan peristiwa ini. Apalagi setelah melihat fasilitas yang ditawarkan pihak pengelola kepada turis. Jika kalian berkunjung ke Kawah Ijen fasilitas apa yang kita dapatkan? Hampir tak ada fasilitas yang kita dapat selain toilet kumuh seadanya yang berada di belakang pondok bunder.

Kita warga lokal tak masalah dengan ini. Fasilitas apa sih yang kita harapkan dari tiket masuk yang hanya 7500 perak? Namun, bagi David dan turis asing lain, ini hal yang tidak adil bagi mereka. Turis asing diwajibkan untuk membayar 20 kali lipat dari harga turis lokal dan fasilitas apa yang didapatkan? Alih-alih memperoleh fasilitas yang khusus dan spesial, mereka harus puas dengan toilet jorok.

Sungguh disayangkan, hal serupa juga terjadi di berbagai tempat wisata lain. Untuk bisa mendaki Gunung Merapi, turis asing dikenai biaya Rp. 150.000 per orang dan per hari. Kalian yang pernah mendaki Gunung Merapi, coba diingat kembali, fasilitas khusus apa yang diberikan pihak pengelola kepada turis asing?

Bandingkan Dengan Pariwisata Negara Lain

Bandingkan dengan Thailand dan Malaysia. Jika Anda berkunjung ke Big Buddha, Phuket, kita tak dikenakan biaya tiket masuk. Kita hanya diminta untuk memberikan donasi sukarela untuk mengelola wisata itu. Contoh lain di Batu Cave, Malaysia. Salah satu tempat wisata favorit di Malaysia tersebut juga membebaskan biaya tiket masuk bagi semua turis.

Harga tiket masuk dan fasilitas yang tersedia berbanding terbalik dengan promosi besar-besaran yang dilakukan oleh dinas pariwisata. Kita terlalu sibuk menggembor-gemborkan indahnya wisata Indonesia, namun minim peningkatan kualitas fasilitas dan pelayanan. Kalau sudah begini, bagaimana turis asing akan datang berkunjung kembali? Bukankah kesan pertama menentukan kunjungan berikutnya?

Bagaimana Pariwisata Indonesia Bisa Menyalip Thailand, Malaysia, dan Singapura?

Faktanya, menurut bali bisnis, per 2015, jumlah kunjungan turis Indonesia memang mengalami peningkatan menjadi 10 juta wisman. Sedangkan jumlah turis asing yang berkunjung ke Thailand mencapai 29, 7 juta, Malaysia, 29, 2 juta, dan Singapura 16,2 juta turis asing.

Jika melihat data yang ada, tentu sedikit terheran-heran. Kenapa pariwisata Indonesia masih saja kalah dari Singapura? Padahal negara kecil itu tak banyak memiliki sumber daya alam bila dibandingkan dengan Indonesia yang begitu Indahnya.

***

Tak diragukan lagi, wisata alam Indonesia memang sangat indah. Bisa dikatakan, Indonesia mempunyai ragam tempat wisata yang lengkap. Indonesia memiliki aneka ragam mahluk bawah laut, wisata pantai yang elok, pemandangan dari atas gunung-gunung yang spectacular, ragam budaya yang unik, dan wisata aneka macam kuliner. Namun, sayangnya Indonesia belum cukup mampu untuk mengelola itu semua.

Sangat mudah untuk menarik perhatian turis asing agar bisa berkunjung ke Indonesia. Melakukan promosi besar-besaran sangat mungkin untuk memenuhi target kunjungan 12 juta turis asing. Namun, tak mudah bagi kita untuk mengajak turis asing berkunjung kembali ke Indonesia jika pariwisata kita tak membenahi fasilitas. Harga tiket mahal tak menjadi masalah jika kualitas fasilitas sangat layak untuk mereka.

 

 

Baca Juga:

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU