Sekumpulan hiu blacktip reef nampak berenang mendekat. Mereka jinak. Hiu-hiu ini tidak terlalu besar. Hiu dewasa berukuran kira-kira 1,6 meter. Aku tidak akan menjelaskan secara spesifik mengenai jenis ini karena ini bukan artikel national geographic. Penjelasan guide yang masih aku ingat hanya bahwa hiu ini sangat jarang menyerang manusia. Kondisi kolam penangkaran ini mirip seperti laut disekitarnya karena berdasar penjelasan guide air kolam ini memang bersumber dari laut disekitarnya.
Oke, kulempar pandangan kesekitar. Penangkaran hiu di Pulau Menjangan Besar Karimunjawa ini cukup ramai wisatawan, terutama asing. Hari kerja dan bukan musim liburan sekolah seperti ini tak banyak wisatawan lokal datang berkunjung. Masyarakat kita memang sangat bergantung pada hari libur untuk bepergian. Prinsip yang agak berbeda dengan sebagian masyarakat negara barat. Thomas, salah satu teman buleku asal Finlandia bercerita bahwa sebagian besar orang disana akan memanfaatkan waktu luang sesempit apapun untuk bepergian. Traveling sudah menjadi salah satu kebutuhan.
Aku memilih untuk menepi duduk disamping ketiga temanku yang terlebih dahulu menepi dipinggir penangkaran. Kealpaan kami membawa sun block membuat kami berempat harus berpikir 2 kali untuk berlama-lama berenang, kami tak ingin kulit kami makin eksotis meski para bule berpikir kulit gelap orang Asia menawan.
Duduk dibawah nyiur kelapa sambil memandang sekumpulan hiu berenang cukup menyenangkan. Hiu – hiu disini memang sengaja dibudidayakan. Nampak beberapa orang melemparkan potongan ikan segar untuk menarik perhatian hiu. Ada 2 kolam disini, satu berisi hiu yang masih kecil sedangkan satunya berisi hiu dengan ukuran yang lebih besar. Suasana tenang. Tentu saja ketiga temanku tertidur. Baiklah, saatnya untuk berkeliling.
Di Pulau Menjangan Besar tidak hanya ada penangkaran hiu, namun juga ada penyu dan elang. Penyu disini tidak begitu besar. Ukuran mereka tidak lebih lebar dari telapak tangan kita. Aku iseng bertanya pada penjaga, dia menjawab penyu tersebut termasuk jenis penyu sisik. Penyu yang dihadapanku ini masih berbentuk tukik atau anak penyu. Kulihat satu penyu sisik besar berenang dengan santai disekitar hiu-hiu. Mereka tidak saling mengganggu. Ada juga bintang laut besar, yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
Lelah berkeliling aku memutuskan duduk beristirahat. Saat asyik menikmati angin pantai, ada seorang wisatawan asing mendekat. Pria setengah baya tersebut meminta izin duduk didekatku Memang tempat istirahat ini cukup sejuk karena terlindungi beberapa nyiur pohon kelapa. Rupanya dia cukup lancar Berbahasa Indonesia. Dia memperkenalkan dirinya dengan nama Ridd. Ridd berasal dari Australia, dia mbekerja sebagai guru bahasa inggris di salah satu sekolah di Jakarta.
Tiba-tiba dia berkata, “Alam Indonesia begitu luar biasa, aku sangat iri” Jujur,ketika dia berkata seperti itu aku sudah bisa menebak arah perkataannya. Aku sering membaca artikel di internet tentang orang luar yang iri dengan keindahan negeri kita. Namun kali ini aku mendengar langsung dari mulut mereka.
“Kalian tidak perlu kebingungan memilih tempat berlibur, sangat indah alam disini,begitu luar biasa. Jika diberi pilihan untuk mengelilingi dunia atau mengelilingi Indonesia, aku lebih memilih untuk mengelilingi negerimu” Ridd masih melanjutkan kata-katanya. Aku terdiam. Sepertinya perjalanan ke Karimunjawa banyak pertanyaan yang membuatku terdiam, selain pertanyaan Via di kapal saat kami berangkat.
Suasana begitu tenang. Aku asyik dengan pikiranku,sementara Ridd hanya bersantai sambil memandang langit. Hanya nyiur kelapa yang masih cerewet saling bergesekan dihembus angin pantai.
“Entahlah, banyak warga luar berkata seperti itu, mungkin hanya pemandangan-pemandangan alam indah ini yang kalian tahu, banyak hal terjadi di Indonesia. Kesenjangan kaya miskin, para pejabat yang korupsi, yah, Indonesia tidak seindah itu”
“Kalian terlalu sibuk melihat yang buruk sehingga yang baik tak terlihat” Ridd menanggapi dengan lugas. Meskipun diucapkan sambil bersantai kata-kata barusan terasa bagai batu yang dilempar keras ke kepalaku.
Seorang bule berperawakan besar memanggil Ridd. “Senang mengobrol denganmu” Aku menatap punggung besarnya dari belakang.
Seorang warga negara asing baru saja menyadarkan pemikiranku. Pikiran yang hanya selalu melihat hal negatif di negeri ini. Mungkin Ridd benar, nampaknya aku harus mengubah sudut pandangku tentang Indonesia.
Jadi, bagaimana Indonesia dimatamu?