Dulu ada seorang putri yang cantik jelita. Banyak pemuda ingin meminangnya, mereka mengajukan harta pinangan pada ayah sang putri. Entah terbujuk setan apa, si ayah justru tega menodai putrinya sendiri, bahkan si putri akhirnya ditenggelamkan ke sebuah danau beserta seluruh harta pinangan yang tak terhitung jumlahnya. Aku mendengar kisah tersebut dari salah seorang sahabat sebelum berangkat menuju danau Kaco di Jambi.
Dia bercerita bahwa saat bulan purnama sang putri akan menampakan diri dan meminta tumbal dengan menyeret seorang pria lajang kedalam danau.
Ya, bagaimanapun kisah hanyalah sebuah kisah. Aku sendiri tak terlalu peduli dengan cerita tersebut. Kisah-kisah dibalik sebuah tempat justru terkadang menjadi bumbu penyedap saat travelling.
Udara segar menyeruak menerobos hidung saat kita menarik nafas di Taman Nasional Kerinci Seblat, tempat Danau Kaco berada. Warga lokal sini sangat ramah, aku yang sempat tersesat diantar menuju pintu masuk menuju Danau Kaco. Danau ini terletak didalam hutan. Pohon-pohon menjulang tinggi. Suasana sejuk terasa begitu memasuki hutan. Hidung yang terbiasa dicekoki asap kendaraan seperti disegarkan kembali.
Untuk mendapatkan sesuatu yang luar biasa terkadang kita memang harus berjuang. Lupakan aspal atau jalanan beton. Menerjang sungai setinggi 50 cm atau melewati jurang curam merupakan beberapa rintangan yang harus kamu lewati sebelum mencapai danau ini. Setiba di Danau Kaco, pegal dan luka di kakiku seperti lenyap entah kemana. Warna birunya begitu kontras dengan lingkungan sekitar danau. Sungguh indah luar biasa. Kamu tak akan menyangka ada surga tersembunyi seperti ini dipelosok Indonesia. Pemandangan yang tersaji membuat pikiranku langsung melayang ke game-game RPG atau film-film fantasi yang pernah kutonton. Suara serangga dan burung benar-benar menyegarkan pikiran yang penat dengan segal rutinitas pekerjaan sehari-hari.
Air danau Kaco benar-benar jernih. Aku bahkan bisa melihat ikan-ikan berenang didalamnya. Mungkin karena itulah warga setempat memberinya nama Danau Kaco. Dalam bahasa indonesia, Kaco artinya kaca.
Saat sedang menyiapkan tenda aku berkenalan dengan sepasang suami istri asal Bandung yang sedang berbulan madu. Pasangan baru ini tidak ingin bulan madu dengan cara biasa, mereka memilih untuk travelling menjelajahi surga-surga tersembunyi di Indonesia. Wow, nampaknya ide bulan madu mereka dapat menjadi referensi bagiku, meski entah kapan baru akan terealisasi.
Malamnya, menikmati bekal di tepi Danau Kaco yang airnya berkilauan diterangi cahaya bulan purnama menambah cita rasa bekal makanku. Entah kenapa rasa rendang kering ini menjadi berpuluh kali lebih lezat. Terdapat sekitar 8-9 pengunjung malam ini. Permainan harmonika yang indah dari salah seorang pengunjung melengkapi “malam dongeng” ku saat itu. Saking indahnya membuatku beberapa kali harus meyakinkan diri bahwa ini bukan negeri dongeng, aku masih berada di negeri tercinta, Indonesia.