Berziarah ke Makam Raja Kokain, Pablo Escobar, di Kolombia

Backpacking-ke-Kolombia-demi kunjungi makam Pablo Escobar. Bukan pemain telenovela atau bintang sepak bola, tapi penjahat terkejam di Kolombia.

SHARE :

Ditulis Oleh: Anggita Rian

Pernah mendengar nama Pablo Escobar? Mungkin nama itu terdengar cukup asing bagi kita. Terbukti setelah saya bertanya kepada beberapa teman-teman tentang Pablo Escobar, banyak dari mereka yang tidak pernah mendengar namanya. Bahkan ada yang mengira, dia adalah tokoh telenovela yang lagi hitz di kalangan ibu-ibu sekarang. Tapi, kalau dipikir-pikir ada benarnya juga. Pablo memang nama khas Amerika latin.

Pablo Escobar, pria asal Kolombia yang terkenal dengan penyelundupan dan jual beli obat-obatan terlarang

Makam Pablo Escobar. Foto merupakan dokumentasi pribadi penulis

Dia ini juga dikenal sebagai raja kokain sekaligus orang yang sangat kejam karena bertanggung jawab atas hilangnya 4000 nyawa. Bahkan, karena kekejaman Pablo Escobar, Kolombia disebut-sebut sebagai salah satu negara paling berbahaya di dunia.

Berkunjung ke makamnya Pablo Escobar tidak termasuk dalam to-do-list kala itu. Saya tidak tahu kalau makam Pablo Escobar berada di Kolombia. Bahkan, dulu pun saya belum tahu siapa Pablo Escobar. Hanya pernah dengar namanya saja di film-film.

Seorang teman berasal dari Singapura bernama Kartini, mengajak saya berziarah ke makam Pablo Escobar. Katanya, mumpung lagi di Kolombia kita harus pay a tribute. Karena kita tinggal di daerah yang berbeda, Kartini tinggal di Bucaramanga sedangkan saya tinggal di Manizales, akhirnya kita berdua memutuskan untuk janjian bertemu di Medellin, kota dimana Pablo Escobar dimakamkan.

Tak mampu berbahasa Spanyol menjadikan perjalanan menuju makam Pablo Escober begitu menantang

Pemandangan Kota Medellin. Foto merupakan dokumentasi pribadi penulis

Dari Manizales, saya berangkat sendirian. Perjalanan yang cukup menantang karena saya tidak bisa bahasa Spanyol sama sekali. Parahnya lagi, saya memiliki wajah orang lokal. Jangan membayangkan wajah saya mirip orang latin ganteng seperti pemain bola atau pemain telenovela. Wajah mas-mas Jawa saya ini ternyata tipikal warga lokal pedalaman Amazon atau mereka yang tinggal di pesisir pantai.

Ketika pergi memesan tiket bus, orang lokalpun kebingungan karena saya berwajah lokal tapi tidak bisa bahasa Spanyol. Apalagi yang bisa diandalkan selain menggunakan bahasa tubuh. Setelah beberapa bahasa tubuh kemudian, saya berhasil mendapatkan tiket untuk berangkat ke Medellin seharga 40.000 peso atau sekitar 180.000 rupiah sekali jalan.

Harga tiket menuju Medellin dari Manizales bervariasi tergantung dari perusahaan bus dan seingat saya harga yang paling murah adalah 30.000 peso atau sekitar 135.000 rupiah. Perjalanan dari Manizales ke Medellin memakan waktu kurang lebih 4 – 5 jam. Saran saya, pergilah saat pagi atau siang hari karena sepanjang perjalanan kita disuguhi pemandangan alam Kolombia yang sangat indah.

Sesampainya di Medellin, saya menuju Primaverza ZeroHostel untuk bertemu dengan Kartini dan teman-teman yang lain. Ternyata, mereka sudah sampai duluan dan telah pergi entah kemana. Akhirnya kami janjian untuk bertemu di Poblado Metro Station, Medellin.

Dari Hostel menuju Stasiun Metro Pomblado, saya berjalan kaki selama kurang lebih 20 menit sembari melihat-lihat kota Medellin. Kotanya bersih, tertata rapi, dan cukup ramai turis. Maklum saja, Medellin ini dikenal sebagai The City of Eternal Spring dan The Most Developed City di Kolombia.

Setibanya di Poblado Metro Station, saya bertemu Kartini, Hyun Ji dan Ryan. Dari stasiun, kami bergegas menuju Itagui, makan Pablo Escobar dengan membayar 2.150 peso sekitar 9 ribuan rupiah.

Duh, ini nih kita ditantang untuk bertanya dengan penduduk lokal, padahal kita sama sekali tidak bisa bahasa Spanyol. Akhirnya kamipun bertanya dengan seorang bapak-bapak paruh baya yang berdiri di dekat pintu keluar mall. Awalnya kami mencoba menggunakan bahasa Inggris, ya siapa tau si bapak ini bisa bahasa Inggris. Namun ternyata Bapaknya kebingungan.

“Pablo Escobar, Pablo Escobar” Kartini mencoba menjelaskan.

Si bapak sepertinya mulai mengerti, apa yang ingin kita tanyakan. Tantangannya sekarang adalah bagaimana kita menjelaskan makam dalam bahasa tubuh, apa kita harus tidur tidur di lantai terus salah satu dari kami menabur bunga begitu?Atau salah satu dari kami harus berakting seperti sedang mengubur mayat?

Kenapa sih kami harus susah payah begini, pakai google translate kan bisa?
Masalahnya adalah kami semua fakir kuota. Pada akhirnya, kami naik taxi dan mencoba menjelaskan kemana tujuan kita ke supir taxinya. Bersyukur, bapak supir taksi mengerti apa yang kami tanyakan.

Ternyata untuk menuju ke makamnya Pablo Escobar ini cukup mudah, dari stasiun metro Itagui, kamu cukup naik taxi saja dan bilang “el cementario de Pablo Escobar” dan taxi pun akan menghantarmu kesana. Untuk tarif taxinya sendiri, kami hanya membayar sekitar 8000 peso atau sekitar 35 ribu rupiah.

Karena kekejamannya, orang Kolombia tidak suka mendengar nama Pablo Escobar

Makam Pablo Escobar dan keluarganya. Foto merupakan dokumentasi pribadi penulis

Pablo Escobar ini dimakamkan di satu komplek pemakaman bersama seluruh anggota keluarganya. Pemakamannya cukup luas, bersih dan sangat terlihat bahwa makam ini sangat dirawat oleh juru kuncinya. Di sana terdapat sebuah gereja yang terletak tepat sebelah makam Pablo Escobar dan istrinya. Ada sensasi tersendiri ketika saya berada tepat di sebelah makam Pablo Escobar. Orang ini adalah orang yang cukup terkenal dengan kegilaan, kekejaman dan kriminalnya. Dan sekarang saya berada tepat di sebalah makamnya membayangkan betapa ngerinya kalo Pablo Escobar ini masih hidup di era ini.

Oiya, ternyata orang Kolombia itu paling tidak suka kalau mendengar nama Pablo Escobar lho. Maklum saja karena orang ini, Kolombia dicap sebagai negara yang berbahaya dan tidak patut dikunjungi terutama wisatawan asing. Sedangkan faktanya setelah saya dan teman-teman berkunjung ke sana, negaranya sangat aman dan indah, tata kotanya rapi dan sangat jauh dari kata bahaya.

Kolombia bukan sekadar Pablo Escobar dan kokainnya, tapi sebuah wujud keeksotisan Amerika Latin

Area pemakaman di makam Pablo Escobar. Foto merupakan dokumentasi pribadi penulis

Tak lama kami habiskan waktu di sana, berfoto beberapa saat lalu memutuskan untuk meninggalkan makam dan kembali ke Medellin. Impian Kartini akhirnya terwujud juga karena pada akhirnya dia bisa pay a tribute di makamnya Pablo Escobar. Saya yang awalnya juga tidak begitu tertarik untuk berkunjung ke tampat ini juga pada akhirnya belajar banyak dari penjelasan seorang pemandu grup lain berisikan turis Amerika. Kami memang tidak menggunakan jasa tour guide atau travel agent karena memang cukup mudah untuk menuju ke makamnya.

Mengenai travel agent yang bisa kamu pakai, kamu bisa mencari informasinya di hostel-hostel tempat kamumenginap, mereka dengan senang hati akan membantumu. Biasanya selain berziarah ke makamnya, Kamu juga akan diajak mengunjungi rumah Pablo Escobar dan belajar sejarahnya. Pengalaman unik yang patut dicoba memang, karena umumnya kalau kita berziarah kita pasti berkunjung ke makam sunan-sunan atau tokoh dunia yang terkenal karena jasanya. Nah ini, kami malah berziarah ke makam raja Kokain dunia lho!

Dari perjalanan ini saya dan teman-teman jadi tahu beberapa hal tentang sejarah kelam Kolombia. Namun, semuanya sudah berubah dan Kolombia itu lebih dari sekadar Pablo Escobar dan kokainnya, Menurut saya, Kolombia adalah senyum manisnya Shakira dan Sofia Vergara, Kolombia itu keramahan orang-orangnya, Kolombia itu adalah keindahan alamnya yang tiada dua, dan Kolombia itu negara yang wajib dijabah kalau kamu ingin mencicipi keeksotisan Amerika Selatan.

***

Mau tahu kisah perjalanan lainnya? Coba deh klik link berikut ini,

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU