Liburan ke Bengkulu? Sayang Kalau Sampai Melewatkan 5 Hal Ini

Jelajahi tempat baru dan kabarkan. Keindahan yang terpedam hanya akan menjadi egois jika hanya dinikmati lewat cerita.Dan ingat, yang indah tak selalu surga

SHARE :

Ditulis Oleh: Fransisca Arnoldi

 

Foto oleh scetizwisata

Karena saya memang belum pernah ke surga, wajar jika saya belum berani memberikan tagline “surga tersembunyi” layaknya beberapa artikel traveling lain terutama kepada salah satu provinsi di pulau Sumatra ini. Meskipun bukan surga, namun daya tarik Bengkulu sama besarnya seperti tempat-tempat eksotis lain di Indonesia. Alasan ini juga yang membuat Sir Thomas Stamford Raffles datang beberapa ratus tahun yang lalu.

Provinsi Bengkulu, yang jika dilihat dari peta berbentuk ramping-memanjang ini, memiliki bentuk geografis unik dengan bagian pantai di barat dayanya (Samudera Hindia), dan pegunungan di timur lautnya (Bukit Barisan). Kondisi ini memungkinkan hampir di tiap daerahnya dikelilingi oleh pantai dan gunung. Potensi wisata alam yang cukup menjanjikan.

Sangat cocok bagi kaum backpacker miskin seperti saya yang cuma bersenjatakan tenda dan kompor. Berikut beberapa objek wisata yang bisa kalian nikmati seharian kala tersesat di Bengkulu;

 

1. Keliling Pantai dengan Andong di Pantai Panjang

Dari ketidak-kreatifan namanya saja orang mungkin sudah bisa menebak keunggulan dari pantai ini. Yup, sebuah pantai yang… panjang. Kemolekan pantai ini juga dipenuhi berbagai fasilitas seperti mall, sport center, jogging track, diskotik, cafe, guest house, lounge, pusat jajanan, dan outbound field, ditambah lagi biaya masuk kawasan yang gratis (Gratis! ini yang penting).

Karena memang panjang, jadilah saya menyewa andong (delman) sebagai wahana jalan-jalan. Selain andong, ternyata dulu juga ada gajah yang bisa dinaiki dengan membayar hanya Rp 15.000. Tapi kini yang tersisa hanya patungnya saja dipinggir pantai.

Di sepanjang perjalanan saya menemukan desa nelayan yang menjual berbagai jenis masakan dan berbagai pernak-pernik laut. Tempat ini juga sangat bagus sebagai objek foto. Saya juga bisa melihat matahari terbenam dari segala sudut dengan andong ini.

Diujung pantai berbagai fasilitas permainan air ramai dikunjungi keluarga. Ditambah dengan menjamurnya warung tenda disekitaran pantai, jadilah tempat ini sebagai tempat nongkrong idaman masyarakat satu kota. Makanan yang dijajakan pun beragam, mulai dari hidangan laut, sampai sekadar warung kopi. Tentu saja saya memilih opsi terakhir, menyesuaikan dengan kondisi dompet.

 

2. Memantau kondisi pantai dari ketinggian Benteng Marlborough

Bosan dengan wisata alam, saya mengunjungi benteng yang satu ini. Meskipun usianya lebih dari 300 tahun, benteng dengan luas 4 ha ini masih kokoh berdiri tegak meskipun diterpa hujan, panas dan gempa yang rutin terjadi. Benteng ini cukup bersih dan terawat. Di dalamnya masih tersisa berbagai perlengkapan perang seperti meriam, mesiu, penjara, rantai, juga beberapa makam. Ditengahnya diisi taman cantik yang sekilas mirip alun-alun mini.

Untuk menuju lokasi, saya cukup menyusuri Pantai Panjang di sisi barat. Setelah 15 menit menyusuri pantai, area benteng sudah terlihat. Dengan posisi di atas bukit buatan, sekitar enam meter dari permukaan di sekitarnya benteng megah ini terlihat mentereng diantara bangunan di sekitarnya.

Bekas bangunan perang ini masih menjadi objek wisata wajib bagi para turis lokal dan mancanegara. Bentuknya yang menyerupai kura-kura dilihat dari atas juga menambah uniknya bangunan ini.

Hanya dengan membayar tiket masuk Rp 2500,- saya dimanjakan dengan pemandangan indah layaknya balkon hotel di pinggir pantai. Ramai, cerah, angin semilir, dan menyenangkan. Sangat cocok bagi mereka yang menghindari riuh penat perkotaan.

 

3. Menilik peninggalan Bung Karno di Bengkulu

Dahulu, Bengkulu merupakan salah satu daerah penghasil nyamuk demam berdarah tertinggi

di Indonesia. Kondisi inilah yang mungkin memberikan ide bagi para penjajah untuk mengasingkan banyak tokoh pejuang di tempat ini. Salah satunya adalah Bung Karno, Bapak Ploklamator kita.

Banyak peninggalan Bung Karno yang masih terawat rapi di kota ini. Seperti yang saya temukan di pusat kota, sebuah masjid rancangan Bung Karno sendiri, Masjid Jami’. Masjid yang terlihat mencolok persis di tengah jalan ini berbentuk khas Jawa yang sangat berbeda dengan masjid kebanyakan di Kota Bengkulu. Halaman Masjid Jami’  berbentuk segitiga dan diberi pagar besi dengan pilar pasangan batu. Pintu pagarnya berdaun dua dan terbuat dari besi. Bangunan serambi berdenah persegi panjang berada di bagian depan. Lantainya terbuat dari ubin teraso putih, sedangkan dindingnya terbuat dari tembok dan diatasnya diberi teralis besi. Di setiap sudut serambi terdapat pilar yang berdiri di atas dinding tembok serambi. Diantara tiga pilar yang ada, ada satu pilar yang diberi hiasan sulur-suluran warna emas. Adapun bagian plafon serambi terbuat dari kayu lapis, sedang atap serambi terbuat dari genteng berbentuk limasan. Benar-benar bangunan Megah pada zamannya.

Usai solat di masjid rancangan bapak ploklamator, saya menuju rumah pengasingannya yang juga berada tidak jauh dari pusat kota. Rumahnya luas, sekitar 4 ha. Rumah ini berisi barang- barang yang dipakai Bung Karno ketika tinggal di Bengkulu yang masih terawat baik dan dipajang seperti museum. Beberapa foto dan koleksi buku Bung Karno yang seabrek juga tersimpan rapi di sini. Bagi para penikmat sejarah, tempat ini merupakan salah satu destinasi yang wajib untuk disinggahi, karena di kota inilah Bung Karno bertemu dengan Ibu Fatmawati.

 

4. Trekking ke Gunung Api ‘Bukit Kaba’

Karena bosan dengan suasana kota, saya akhirnya memutuskan untuk menyepi sejenak ke daerah pegunungan. Ke sebuah gunung yang sudah menjadi ikon para pendaki di Bumi Rafflesia ini, Bukit Kaba namanya. Entah kenapa gunung api ini disematkan kata bukit. Menurut penjaganya, gunung ini masih aktif dan masih menyemburkan belerang dari beberapa kawahnya.

Dengan waktu tempuh 4-5 jam (Basecamp – puncak), kita sudah bisa menikmati keindahan pegununungan bukit barisan dari ketinggian 1952 Mdpl. Memasuki zona puncak, saya disambut sebuah bangunan kokoh terbuat dari semen sejenis barak yang masih belum diketahui fungsinya. Barak ini kerap digunakan para pendaki yang tidak membawa tenda untuk bermalam.

Demi menemukan pemandangan yang lebih bagus, saya disarankan para pendaki lain untuk pergi ke kawah yang paling ujung. Dengan perjalanan yang hanya setengah jam, saya di hadiahi pemandangan sebuah dataran kawah yang menyerupai kawah di Dieng. Ditambah lagi ada sebuah kolam kecil tepat di tengah dataran. Hamparan pasir hitam dan dinding bukit yang mengelilingi kawah belerang juga sangat indah sebagai background objek foto.

 

5. Kuliner Aneka Penganan di Festival Tabot

Jika kamu datang ke Bengkulu tepat di bulan Muharam, maka kamu akan bisa menikmati kemeriahan orang-orang satu kota yang menggelar festival Tabot. Selama 10 hari (1-10), rakyat Bengkulu akan tumpah ruah ke jalan-jalan memenuhi pusat kota dimana terdapat pawai, iring-iringan, bazar, pasar rakyat, berbagai penjual makanan khas dan dentuman dol (alat musik tradisional) yang bersahut-sahutan. Saya mencicipi kue bay tat, pie khas Indonesia dengan selai nanas sebagai toping-nya. Konon, kue ini adalah makanan raja-raja di Bengkulu.

Karena keramaian Tabot hanya bisa dinikmati pada malam hari, kita bisa dengan mudah mengatur jadwal perjalan kala sedang berkunjung ke Bengkulu. Seperti saya, pagi dan sorenya ke Pantai Panjang, siangnya ke Benteng Marlborough, malamnya berjejalan di dalam keramaian Festival Tabot. Perjalanan 3 hari 2 malam akan sangat menyenangkan untuk sebuah perjalanan dengan budget minimalis.

***

Sebuah perjalanan ke tempat tersembunyi akan selalu menghasilkan decak kagum. Carilah selalu tempat-tempat yang baru dan kabarkan segera. Karena keindahan yang terpedam hanya akan menjadi egois jika hanya dinikmati lewat cerita. Dan ingat, yang indah tak selalu surga.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU