Tahukah Kamu jika sebenarnya foto-foto perjalananmu berpotensi menjadi sesuatu yang ‘menghasilkan’? Lumayan lho, dari sekadar hobi, kemudian bisa jadi pundi uang untuk bekal jalan-jalan berikutnya.
Belum lama ini, saya bersua dengan Wira Nurmansyah, cowok yang sudah malang melintang di dunia travel photography.
Kami mengobrol banyak. Tentang cara memotret, jenis kamera dan tentu saja, tips & trik menjadi travel photographer profesional.
Karena tujuannya memang menjadi fotografer profesional, kamu harus modal dikit, lah. Sisihkan pendapatanmu dan belilah kamera dengan kualitas gambar mumpuni, agar klien mau bayar foto kamu. Memang, pada dasarnya yang menentukan hasil jepretan adalah orang di balik kamera itu. Namun, ada standar minimum alat yang dibutuhkan untuk terjun ke industri.
“Paling enggak kamu harus punya kamera 35 megapixel biar hasil fotomu laku.”
Intinya, pilihlah kamera dengan spesifikasi menyesuaikan segmentasi klienmu. Jika klienmu adalah perusahaan bonafit, bekali dirimu dengan peralatan lengkap juga, agar klien tak ragu menggunakan jasamu.
Tak ada yang instan di dunia ini. Agar dapat menghasilkan jepretan yang bagus tentu saja butuh proses. Kamu harus banyak latihan dan belajar segala hal tentang fotografi. Perkaya teknik-teknikmu, karena permintaan klien tentu bermacam-macam. Nggak mungkin kan, kita bilang ke klien, ‘Maaf, saya belum belajar teknik itu.’
“Buat pemula, harus banyak belajar, master-in teknik fotografinya terlebih dahulu. Foto yang bagus itu nggak diambil cuma sekali, tapi puluhan kali.”
Menjadi fotografer yang menghasilkan uang ada banyak jalan, mulai dari menjual stok foto, memasukan ke majalah dan jadi kontrubutor, atau jual langsung ke orang/agensi. Kamu bisa menjual fotomu dengan sangat mahal jika memiliki keunikan.
“Foto kamu harus unik dan berbeda. Misalnya nih, foto pemandangan langit, atau sunrise yang diambil dari angle yang berbeda.”
Hal pertama yang harus dilakukan untuk menjadi seorang fotografer profesional adalah dengan melakukan ‘branding’ atau promosi karya. Caranya, kamu bisa membuat website sebagai wadah karyamu. Jangan lupa pasang watermark agar foto-fotomu tidak dicuri orang lain.
Manfaatkan juga berbagai sosial media yang ada seperti Twitter, Facebook, Instagram maupun situs berbagi foto seperti Flickr. Rajin-rajinlah melakukan update agar orang makin mengenal karyamu. Jika rajin ‘pamer’ karya berkualitas, lama-lama orang akan penasaran denganmu. Ini bisa jadi salah satu jalan masuk ke industri.
“Untuk menjadi fotografer yang menghasilkan, jalannya itu macem-macem, bisa masukin ke majalah, ke agensi, atau direct selling. Ketiga hal ini punya harga masing-masing.”
Nah, untuk Kamu yang hobi jalan-jalan sambil motret, mending seriusin deh hobi Kamu. Daripada hanya disimpan di hardisk dan membusuk, mending maksimalkan karyamu!