Bagaimana Cara Menentukan Destinasimu Berikutnya?

Saat kaki telah menginjak garis finish, harus kemana lagi kita harus melangkah?

SHARE :

Ditulis Oleh: Shabara Wicaksono

Menguping pembicaraan beberapa kawan saat merencanakan suatu perjalanan, dan berakhir dengan kata

batal pergi

Cukup aneh ketika mendengar sekumpulan anak muda dengan gadget canggih dalam genggaman – sebagai tanda mereka anak generasi terkini – dapat menemukan alasan untuk tak bepergian.

Mereka memiliki semuanya untuk memulai perjalanan.

Berbeda dengan saya yang harus menunggu hingga memiliki pendapatan sendiri baru dapat melangkahkan kaki. Tak ada kultur bertualang dalam keluarga. Hal paling penting adalah hal-hal bersifat nyata seperti makanan, baju, rumah, semua yang berwujud. Bukan sesuatu yang abstrak seperti kesenangan dan kenangan.

Setelah semua perjalanan menakjubkan yang telah  dilakukan- parade lumba-lumba teluk kiluan, keindahan terumu karang Karimun Jawa, Ramahnya Jogja- , saya tak menemukan  satupun alasan untuk tak bepergian, menjelajah tempat baru diluar sana.

Bohong besar jika saya berkata semua tempat yang pernah saya kunjungi menarik.

Selalu ada tempat atau kejadian yang membuat kita tak akan kembali ke tempat tertentu. Begitupun sebaliknya. Selalu ada tempat dan alasan untuk kita mencari destinasi – destinasi baru di luar sana.

1. Bumi kita berdiameter 12.742 KM , ada 192 negara yang diakui PBB dan sekurangnya ada 7 miliar orang disini

Lupakan semua angka fantastis diatas. Hal yang perlu dicamkan adalah ” Bumi ini tak seluas daun kelor ” – meski sampai sekarang saya tak pernah melihat secara langsung daun yang saya kenal sejak pelajaran IPA SD itu -, angka-angka tadi hanya menunjukan betapa luasnya peluang kita menemukan hal menarik di luar.

2. Susun sebuah daftar kunjung

Contoh sederhana, Jepang, negeri anime dan manga – saya lebih suka menyebutnya seperti itu – adalah destinasi impian. Butuh dana, tenaga dan waktu lebih untuk menuju kesana.

Saya mulai dengan menjelajahi tempat- tempat terdekat, Jogja, Karimun Jawa, Bali, Lombok, Derawan, Malaysia, Singapura, Filipina dan akhirnya saya dapat sampai ke Jepang -suatu saat nanti-.

Saat saya menentukan sebuah garis finish, saya akan memulainya dari garis start. Perjalanan dari garis start hingga finish inilah yang akan masuk daftar kunjung saya.

3. Manfaatkan tugas dinas luar kota

Menyelam dan menjelajah keindahan Karimun Jawa secara gratis mungkin menjadi impian beberapa orang. Saya berhasil mendapatkannya.

Tawaran meliput kegiatan sebuah tim selam sebagai jurnalis tak saya lewatkan. Peluang menjelajah suatu destinasi baru yang tanpa diundang ini rugi untuk dilewatkan.

Begitupun ketika dulu berkesempatan meliput suatu acara di luar kota, selalu saya sempatkan berkunjung ke destinasi-destinasi andalan kota tersebut.

4. Berkunjung ke destinasi “mainstream” bukan suatu dosa

Tentu ada penyebabnya mengapa jalanan dan pedestrian Jogja selalu dipenuhi turis, bawah laut  Raja Ampat selalu disesaki penyelam, puncak Bromo dipadati pemburu sunrise.

Orang-orang memiliki tujuan mereka sendiri.

Ketika saya menemukan suatu tempat dimana orang-orang yang saya tanyai tak dapat menjelaskan keburukannya, tempat tersebut segera saya masukan daftar kunjung.

Tiap orang akan berbeda dalam mendefinisikan pengalaman suatu destinasi, namun jika itu pendapat mayoritas, peluang mendapatkan pengalaman bagus di destinasi tersebut seperti halnya orang-orang itu akan semakin besar.

5. Riset di Media

Menonton video Jalan-jalan Men yang dibawakan Jebraw dan Naya selalu menarik. Perjalanan mereka selalu memancing orang untuk berkunjung ke tempat yang sama.

Film, buku, majalah, video, bahkan musik selalu berhasil memberi saya inspirasi destinasi mana lagi yang harus dikunjungi.

6. Kembali ke tempat yang sama

Berkunjung ke Bromo pada musim hujan serta berkunjung pada saat musim kemarau sangat berbeda. Meski dinginnya sangat menusuk saat kemarau, hangatnya matahari terbit Bromo saat musim kemarau yang cerah menjadi favoritku.

Kembali berkunjung ke tempat yang pernah dikunjungi dapat menjadi alternatif. Selalu ada hal baru yang saya dapatkan.

7.  Daerah kita sendiri

Melihat terlalu jauh dapat membuat mata pegal. Itu yang kadang saya rasakan. Saat sesekali mengitarkan pandangan ke sekitar, banyak hal menakjubkan disana.

Jernihnya sungai kecil di hutan belakang rumah, bukit di desa seberang, atau bahkan taman yang nampak sangat biasa di sekitar rumah pun dapat memberi kita pengalaman menarik.

Traveling bukan tentang sejauh apa kita pergi, tapi tentang sebanyak apa yang kita dapatkan

Saat ego memberontak, saya selalu mencoba untuk fokus.

Tentukan tujuan utama dan renungkan apa yang benar-benar ingin saya dapatkan. Yang paling berbahaya nantinya, setelah Jepang berhasil saya capai, akan kemanakah saya?

Daerah Amerika Selatan sepertinya menarik.

 

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU