Saya teringat pertanyaan seorang kawan saat kuliah dulu, ‘jika ada uang dan kesempatan, lebih memilih keliling Indonesia atau keliling dunia?’
Saya mantap memilih,’keliling Indonesia!’
Bukan saya tak tertarik menjelajah negeri lain, hanya saja, Indonesia nampak sangat menarik di mata saya, dan saya harus menjelajahinya lebih dulu sebelum keliling ke luar negeri.
Sekadar masalah prinsip. Tiap orang tentu memiliki prinsip masing-masing.
Siang ini saya membaca berita di Marketeers.com tentang naiknya minat masyarakat Indonesia untuk berwisata pada tahun 2015 ini.
Hanya saja, yang disayangkan, berdasar berita tersebut, sebagian wisatawan Indonesia lebih memilih wisata luar negeri dibanding wisata dalam negeri.
Saya teringat cerita seorang kawan yang minggu lalu berkunjung ke Raja Ampat menghabiskan dana sekitar Rp 24.000.000,-. Harga yang cukup fantastis untuk sebuah destinasi wisata dalam negeri. Namun menjadi wajar jika mengingat Raja Ampat merupakan tempat wisata bertaraf internasional.
Sementara seorang kawan lagi bercerita pengalamannya 3 minggu di Eropa awal tahun lalu,- Belanda, Portugal, Spanyol, menghabiskan dana Rp 22.000.000,-.
Perbandingan 2 kisah kawan diatas membuat saya tak heran mengapa minat ke luar negeri lebih tinggi dibanding wisata andalan dalam negeri.
Ada 2 pemikiran, tak masalah mengeluarkan biaya mahal ‘hanya’ untuk berkunjung ke tempat wisata dalam negeri, lagipula tempat wisata tersebut bertaraf internasional, seperti Raja Ampat. Satu lagi berpikir bahwa, ‘mengapa saya tak keluar negeri saja jika biaya yang dikeluarkan tak jauh beda dengan wisata dalam negeri’.
Pada akhirnya semua kembali pada selera masing-masing.