Pantai Hunimua, Keindahan Tak Terjamah dari Ambon

Bicara tentang pantai, Ambon memiliki pantai yang tak kalah menarik dengan destinasi-destinasi unggulan Indonesia, seperti Pantai Senggigi misalnya.

SHARE :

Ditulis Oleh: Alvi Betmanto Sitepu

Bicara tentang pantai, Ambon memiliki pantai yang tak kalah menarik dengan destinasi-destinasi unggulan Indonesia yang telah populer sebelumnya seperti Pantai Senggigi di Lombok misal. Hanya saja pantai di Ambon banyak yang belum dikelola profesional sehingga jarang terdengar di telinga wisatawan.

Salah satu yang layak menjadi destinasi andalan adalah  Pantai Hunimua. Pantai Hunimua atau sering disebut Pantai Liang berada di Desa Liang berjarak 40 Km dari pusat kota Ambon. Pantai tersebut benar-benar meninggalkan kesan mendalam bagi saya yang baru pertama kali datang ke Ambon ini.

Baca ini, sebuah cerita inspiratif dari seorang mantan pekerja kantoran yang memutuskan keluar dari pekerjaan demi menjelajah keindahan Indonesia Timur!

Untuk retribusi masuk, anak-anak ditarik bayaran Rp. 2.000,- dan untuk kendaraan roda dua Rp. 3.000,-”. Dalam hati saya berkata “Kok murah ya?” sambil tersenyum saya melipat karcis itu dan menyimpannya di saku belakang celana pendek. “Pondok bayar berapa lagi?” saya bertanya pada saudara saya yang duduk di belakang jok motor bebek yang kami pinjam.

Seng bayar lai”(Tidak bayar lagi)  jawabnya dengan logat Ambon yang kental, saya pun menyambutnya dengan tersenyum. Tempat wisata itu memang sebagusnya hanya membayar 1 x saja.

Keindahan sebuah pantai yang berpadu dengan taman

Foto oleh Alvi Sitepu

Dari loket retribusi saya melihat banyak pepohonan yang tumbuh di lokasi Pantai Hunimua. Pepohonan yang rindang membuat suasana menjadi sejuk dan nyaman. Letak tumbuh pepohonan itu sepertinya ditata dengan baik, ditambah lagi dengan bunga-bunga hijau yang tumbuh di pot-pot semen berjejer di dalam lokasi pantai. Di sudut lainnya, saya melihat ada wahana permainan untuk anak-anak seperti papan luncur yang catnya sudah tidak kelihatan sehingga saya mengambil kesimpulan, bahwa lokasi pantai Hunimua adalah perpaduan antara taman dan pantai. Hanya saja saat ini perawatannya masih terlihat kurang baik.

Bersantai di dermaga kayu sembari menatap Pulau Seram dari kejauhan

Foto oleh Alvi Sitepu

Dari dermaga kayu yang ada di tengah pantai saya melihat sebuah pulau di seberang sana. Setelah bertanya kepada saudara saya itu, tahulah saya bahwa pulau itu yang disebut Pulau Seram.

Kalo mo pi sana bisa deng fery naik dari sebelah pante ini, biasa bayar dua puluh ribu sa for 1 orang deng de pung motor, 1 jam su sampe (Kalau mau pergi ke sana bisa dengan kapal fery, naik dari sebelah pantai ini, biasanya bayar dua puluh ribu rupiah untuk 1 orang dengan sepeda motornya, 1 jam saja sudah sampai di sana)” Saudara saya memberikan penjelasan dengan berbicara sangat cepat layaknya mobil Ferrari yang di bawa Michael Schumaker di formula 1.

Melihat saudara saya berjalan di atas jembatan, saya menyuruhnya untuk duduk di ujung jembatan dan mengambil fotonya dengan kamera handphone. Sesampainya di rumah saya mengunggahnya ke media sosial dengan caption “Menatap Pulau Seram”, di Pantai Hunimua, Ambon.

Berminat ke Ternate? Baca ini, rekomendasi tempat-tempat yang harus dikunjungi saat vakansi ke Ternate!

Pantai Hunimua memiliki hamparan pasir yang memanjang. Saya mencoba menulusuri pantai itu dari ujung ke ujung. Pasirnya begitu lembut terkena telapak kaki. Pasir yang berwarna putih itupun begitu halus ketika disapu ombak. Jejak saya pun tak kelihatan lagi.

Tertarik berfoto dengan pohon? Kamu bisa melakukannya di sini

Foto oleh Alvi Sitepu

Menjelang sore para pengunjung sudah mulai ramai di Pantai Hunimua. Aktivitas mereka di pantai ini bermacam-macam. Sebagian mandi, berenang, berlari di dermaga kayu dan melompat dengan berbagai gaya, akhirnya menceburkan diri ke laut dilengkapi tawa riang, rasanya mereka sangat menikmatinya.

Maraknya media sosial membuat orang-orang keranjingan untuk berfoto di mana untuk kemudian dipamerkan di akun sosmed mereka. Tak terkecuali di pantai ini. Saya melihat seorang wanita yang berfoto di atas salah satu dahan pohon Waru Laut, namuan yang lebih unik lagi, seorang wanita lain menarik dedaunan pohon Waru Laut tepat di sebelah wajahnya, kemudian berfoto selfie.

Menikmati rujak sambil menatap lukisan

Foto oleh Alvi Sitepu

Di dalam lokasi pantai disediakan juga pondok-pondok untuk pedagang. Pondok-pondok pedagang itu berjejer menghadap ke pantai. Saya berhenti di salah satu pondok yang berjualan rujak. Ada tempayan yang berisi kumpulan buah-buahan, ada nanas, kedondong, jambu air, mentimun, belimbing, pepaya dan bengkuang eh bukan itu ternyata ubi jalar berkulit warna jingga. Semua Nampak segar menggiurkan. Kami pun memesan 1 porsi. Lima menit menunggu datanglah Ibu penjual membawakan saya sepiring rujak yang sudah dibaluri sambal kacang. Dari tampilannya saja, rujak ini sudah kelihatan nikmat. Ternyata benar adanya, asam, manis, asin dan pedas bercampur jadi satu di lidah saya.

Video ini membuktikan jika Indonesia memang indah hingga ke sudut-sudutnya. Karena itu, mari jaga bersama rumah kita!

Rujak makin nikmat ketika melihat pemandangan di pantai. Pemandangan di pantai seperti lukisan alam yang tak ternilai harganya. Perpaduan antara pasir, birunya laut dan hijaunya Pulau Seram di seberang sana membuat lukisan alam itu begitu indah dan pastinya mengalahkan lukisan-lukisan alam yang waktu sekolah dasar di gambar oleh saya dan teman-teman.

 

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU