Bumi terus saja dikeruk. Menggali lebih dalam untuk mencari potensinya. Namun buruknya, setelah semua kekayaan alam habis, tambang-tambang tersebut tinggal menyisakan luka-luka bumi yang sulit untuk diperbaiki lagi. Apakah tidak pengembalian lahan? Namun ditengah-tengah kerusakan ini masih ada sesuatu yang diharapkan dari tambang yang ditinggalkan tersebut setelahnya. Yaitu keindahan alam yang tercipta akibat perusakan alam.
Kalau dalam film ‘the smurfs‘, mereka memiliki rumah jamur kecil untuk ditinggali. Namun berbeda dengan di Gresik. Jamur-jamur raksasa ini lebih sering digunakan untuk menjadi tempat berfoto. Bukit jamur adalah sisa-sisa penambangan kapur. Lahan luas tersebut menjadi lahan gersang dan tak terawat. Ia terkikis oleh air hujan dan angin terus-menerus dan inilah hasilnya, mushroom rock. Batu-batu tanah menyerupai jamur bertebaran dimana-mana. Tentu saja mushroom rock ini terlalu besar untuk hidup smurfs. Mereka tak hidup di sini. Yang ada hanya pengunjung-pengunjung yang ingin mengabadikan keunikan yang tak ada ditempat lain. Bagian atas bukit berwarna cokelat pekat dengan tekstur lebih padat dari pada bawah. Tertarik kah untuk ikut mengabadikannya?
Orang menyebutnya ‘Kawah Putihnya Belitung’. Sisa-sisa penambangan kaolin ini menyisakan lubang-lubang tak beraturan. Bumi kita terluka. Kawah-kawah kecil menganga seperti permukaan bulan. Lubang paling besar membentuk danau dengan air berwarna biru tosca. Danau Kaolin ini menjadi tempat yang disukai pecinta fotografi. Spot terbaik mencari obyek indah untuk di jepret oleh kamera, terutama sebagai tempat berburu foto pre-wedding. Kamu bisa berfoto bak bidadari bersama pasanganmu dengan latar hamparan putih yang lebih terlihat seperti salju dengan air biru jernih.
Penambangan ini belum berhenti. Akankah luka itu makin meluas dan setelahnya tak ada pembaharuan?
Terletak di Belitung Timur, Danau Open Pit terbentuk oleh sisa-sisa penambangan timah. Semenjak 1990, danau Open Pit berhenti beroperasi. Karena habisnya bahan-bahan timah yang tak bisa lagi dihasilkan. Tersisalah lubang raksasa besar menganga dan sisa gua penggalian. Bertahun-tahun danau ini sepi ditinggalkan dan terciptalah danau purba dengan lumut disekelilingnya. Kini, danau ini mulai naik daun dan menjadi tempat wisata.
Bahkan sampai sekarang, Brown canyon masih menjadi tempat penambangan. Di samping sebagai lokasi penambangan, lahan pun dibuka untuk berwisata. Dua aktivitas kontras yang terjadi di sini. Lahan ini sudah 10 tahun menjadi lokasi penambangan. Hasil penggalian pasir, tanah urug, dan batu cadas ini meninggalkan sisa gundukan tanah yang menjulang tinggi. Dua ikon bukit tanah itu sering menjadi tempat fotografi natural. Dibeberapa tempat, terdapat bahkan cekungan dengan kondisi tanah berlubang membentuk gua-gua kecil. Pengunjung harus siap beradu dengan debu-debu. Terlebih ketika angin menyapu. Tapi, apakah keindahan ini akan bertahan sebentar sementara penggalian masih terus berlanjut.
Danau Blingoh, sisa keindahan dari penambangan kapur. Ceruk dalam dan lebar tersebut kemudian terisi oleh air hujan dan terbentuklah danau dengan warna hijau kebiruan. Alam memang tak pernah terduga. Selalu ada evolusi terjadi. Dari lahan biasa yang membosankan, lahan yang menghasilkan pundi-pundi rupiah, dan kini menjadi tempat favorit terutama anak muda. Menggunakan background tempat ini kemudian meng-upload-nya di sosmed adalah kebanggan tersendiri untuk penggunanya.
Kalimantan, memang menjadi lahan pusat pertambangan batu bara. Salah satu sudut penambangan, akhirnya menciptakan sebuah keindahan, Danau Biru Loa Bakung. Bagian sisi danau adalah tebing tinggi. Dibagian sisi lainnya sangat kontras. Yaitu pohon-pohon yang separuhnya tengelam dan hidup dalam air. Pohon itu tidak tumbuh hijau seperti pohon-pohon lain ketika berada didekat air. Ia mengering. Keunikan danau bekas galian ini menciptakan air yang begitu bening. Orang-orang menyebutnya ‘Danau Cermin’. Karena wajah kalian aka nampak dipermukaan seperti sedang bercermin.
Bukit ini terletak di sebelah Aer mata Ebu. Umumnya, batu bata itu dibuat sendiri dari tanah liat dan proses pencetakan. Namun di sini mereka menambang dan memotongnya. Hasil pemotongan oleh mesin-mesin membuat tekstur dinding bukit menjadi bermotif. Sayangnya ini bukan motif di dinding piramida. Bukit ini memiliki bentuk tak beraturan namun tetap memiliki nilai estetika. Untuk melintasi bukit kapur pelalangan, kamu akan terasa seperti sedang bertualang. Menyusuri jalan setapak dikelilingi pohon-pohon disekelilingnya seperti sedang melakukan trekking kecil.
Setidaknya jika tidak bisa mengembalikan alam seperti semula, jaga apa yang dimiliki sekarang.