“Wah kamu keren ya, nggak kalah sama cowok, berani menjelajah sana-sini tanpa rasa takut”, “kamu nggak takut ya main di panas-panasan, gak takut item? Salut deh”, “Tadinya sih mau ngajakin kamu ke salon, ah tapi palingan nggak mau, itu kan bukan tempatmu.”
Entah sebuah pujian atau sebuah stereotip dari ucapan seorang teman yang memang bukan penyuka traveling.
Satu sisi saya merasa terhormat jika kalimat tersebut merupakan murni pujian. Tapi sisi lain ada rasa terhakimi juga dengan status “traveler” yang mereka buat.
Sisi positifnya adalah pikiran-pikiran itu muncul seakan-akan menganggap kami, para traveler wanita adalah makhluk yang keren, lain dari kebanyakan di antara kaum mereka.
Sepatu gunung, ransel yang menempel di punggung, rambut berkuncir, kulit kecoklatan, dan tomboy. Kurang lebih begitulah pandangan mereka kepada kami secara umum.
Padahal, kami juga bagian dari kalian, para kaum wanita pada umumnya.
Hanya saja, kami memiliki passion dan jiwa petualang.
High heels hanyalah sebagian kecil dari berjuta jenis sepatu di dunia, tentu tak ada yang salah antara traveler dan sepatu high heels. Hanya karena kami sering terlihat menggunakan sepatu kets saat bepergian bukan berarti kami tak pernah menjajal jenis sepatu berukuran tinggi itu.
Kami wanita dan kami juga mahir menggunakan sepatu heels, paling tidak untuk momen-momen tertentu. Jarang menggunakan bukan berarti “anti” dan tidak bisa.
Cuek dalam berpenampilan. Begitulah kata sebagian orang tentang kami. Berfoto selfie masih menjadi bagian dari traveling.
Pastinya kami tak ingin terlihat pucat ataupun kusam ketika berbagi foto di jejaring sosial media.
Bedak, lipgloss, dan sisir, minimal itulah yang selalu setia menemani perjalanan kami. Sedikit polesan bedak di wajah, goresan lipgloss berwarna pink natural, maka kami siap untuk beraksi di depan kamera.
Jangan kaget jika kami masih terlihat manis walaupun berada di destinasi terpencil sekalipun.
“Belum makan kalau tidak pakai nasi, belum jadi seorang wanita kalau belum menghabiskan waktu di salon” sekedar mengaitkan antara pola pikir masyarakat Indonesia dengan wanita feminim yang menjadikan salon sebagai rumah keduanya.
Tidak tepat jika kalian berpikir kami anti dengan salon, paling tidak kami juga menghabiskan waktu untuk memotong rambut dan sekedar melakukan creambath atau hairmask.
Kami juga seorang wanita yang masih memperhatikan tubuh.
Selepas traveling, merawat diri adalah kegiatan rutin yang kami lakukan, tubuh kami juga butuh perhatian, tidak hanya kepuasan bertualang.
Jangan salah sangka, menghabiskan waktu dan keasyikan menelusuri berbagai destinasi tidak membuat kami menutup diri untuk memiliki hubungan.
Justru berawal dari traveling, sebagian di antara kami menemukan pasangan hidupnya. Salah satunya seorang teman yang meikah dengan bule Belanda ketika mengunjungi negara tersebut.
Itulah sebabnya dalam dunia traveling ada istilah travelmate, tidak hanya bersama teman tetapi bisa juga bersama pacar.
Saya pun masih bertanya-tanya, mengapa kami dicap menjadi manusia pemberani seperti yang ada dipikiran kalian. “Jika takut adalah manusiawi, dan traveler adalah seorang manusia, maka kesimpulannya traveler juga pasti bisa takut”.
Kami setuju jika disebut sebagai wanita dengan karakter simpel.
Kerap kali, kami juga mengikat rambut saat udara panas terik. Tapi kami juga suka memamerkan rambut panjang indah kami. Kami juga masih punya sisi feminim yang ingin kami tonjolkan sesekali waktu.
Jika kalian perhatikan, seorang Marischka Prudence kerap kali menggerai rambut panjangnya ketika traveling.
Membaca sebuah artikel di sebuah website psikologi yang menyebutkan wanita lebih cenderung menggunakan perasaan disbanding pria.
Sebagai wanita, sayapun membenarkan karena memang begitulah adanya. Maka, jangan salah jika menangis adalah salah satu cara kami mengekspresikan sesuatu.
Hanya karena embel-embel berani menjelajah segala destinasi, kuat memanggul beratnya ransel, dan serba simpel, bukan berarti kami tak pernah menangis. Sesekali waktu kami pun pernah menangis.
Meskipun kami mencintai passion yang akrab dengan terik matahari, tantangan, dan perjalanan ke tempat asing, kami tetaplah seorang wanita biasa dengan mimpi luar biasa, seperti kalian.
Baca juga artikel : Inilah yang Membuat Traveler Cewek Kelihatan Ribet