7 Kearifan Lokal yang Membuatmu Jatuh Cinta dengan Bangkok

Bagi sebagian traveler, ibukota Thailand ini adalah sebuah destinasi wisata yang menarik. Kaya warisan sejarah, budaya, dan kuliner, membuat Bangkok digandrungi oleh pecandu wisata urban.

SHARE :

Ditulis Oleh: Teguh Nugroho

Siapa sudah pernah ke Bangkok? Atau berencana ke Bangkok? Atau punya impian ke Bangkok?

Yap, bagi sebagian traveler, ibukota Thailand ini adalah sebuah destinasi wisata yang menarik. Kaya warisan sejarah, budaya, dan kuliner, membuat Bangkok digandrungi oleh pecandu wisata urban. Selain itu, Bangkok pun menggoda dengan wisata belanjanya yang konon murah meriah! Sebutlah Chatuchak Weekend Market, Pratunam Market, atau MBK Center, semuanya disesaki oleh wisatawan yang berbelanja.

Ternyata, selain hal-hal turisme di atas, Bangkok menyimpan banyak kearifan lokal dan gaya hidup setempat yang membuat saya jatuh cinta dengannya. Sekilas, Bangkok mungkin mirip dengan Jakarta yang padat dengan gedung pencakar langit dan deretan mobil yang tersendat macet. Namun, kalau kamu mau lebih dalam menyelami keseharian kotanya, kamu akan menyadari 7 hal yang saya temukan ini.

Kota yang Sabar Tanpa Mengklakson

Sabar tanpa mengklakson. Foto merupakan dokumentasi pribadi penulis

Lupakan denging klakson yang menyulut emosi seperti yang ada di Jakarta. Saya sungguh heran, di Bangkok, kendaraan-kendaraan pribadi mau berhenti dengan sabar di belakang bus, tuk-tuk, taksi, atau songthaew yang sedang berhenti. Saat saya naik dan turun bus yang posisinya berada di lajur tengah, saat naik dan turun tuk-tuk yang berhenti di tengah gang, mobil-mobil pribadi dan sepeda motor menunggu dengan sabar di belakang tanpa repot-repot mengklakson.

Saya membandingkan dengan Bandung, kota tempat saya tinggal. Kalau ada angkot yang menepi untuk menaikkan atau menurunkan penumpang, hampir setiap kendaraan pribadi di belakangnya akan membunyikan klakson nggak sabaran.

Macet Boleh, Tapi Tetap Tertib

Nah, kesabaran tidak mengklakson itu juga terjadi saat kondisi jalanan padat merayap atau bahkan macet tak bergerak. Iya sih, macet kayak di Jakarta, tapi nggak berisik klakson-klakson sepanjang waktu. Mobil, taksi, dan bus beringsut dengan tertib tanpa ada yang saling serobot, salip menyalip, atau tiba-tiba berganti jalur. Kelihatannya, warga Bangkok ini sangat sabar dan ikhlas dengan kemacetan ya.

Banyak Bus Tua, Tapi Terawat!

Bus tua terawat. Foto merupakan dokumentasi pribadi penulis

Bangkok memang bukan kota serba modern dengan bus kota yang semuanya mengkilat dan ber-AC. Di Bangkok masih ada bus-bus tua yang tampak reyot dan berjalan tanpa pendingin udara, tapiii… bus masih berfungsi dengan baik! Biar saja usianya sudah tua, tapi pintu otomatisnya masih berfungsi dengan baik. Beberapa bus tua bahkan masih memiliki AC yang layak pakai. Kondisi interior bus pun bersih, rapi, dan terawat.

Lalu, ini yang paling saya suka, bus-bus tua itu tidak menyemburkan asap hitam yang mengepul pekat dan menyumbang polusi udara. Jadi, meskipun sama-sama padat dan macet seperti Jakarta, berjalan kaki di trotoar kota Bangkok tetap nyaman karena udaranya yang masih cukup bersih. Sementara kalau di Jakarta atau Bandung, saya akan langsung buru-buru menepi atau menutup wajah kalau ada bus kota yang tiba-tiba melintas.

Kondektur Bus Cewek? Aman!

Ada satu hal tentang bus kota di Bangkok yang unik dengan bus-bus kota di Indonesia. Saya perhatikan, bus kota di Bangkok selalu memiliki kondektur (awak bus) perempuan dan berseragam. Berbeda pula dengan kenek bus di Indonesia, kenek bus di Bangkok tinggal berdiri anteng di dalam bus tanpa repot-repot meneriakkan nama trayek di ambang pintu.

Dengan gesit, tanpa banyak kata, ia akan meminta ongkos kepada penumpang. Jemarinya menjadi tempat untuk menyimpan lembaran uang kertas yang terlipat rapi, sementara keping-keping koin tersimpan di dalam wadah yang terikat di pinggangnya. Menyaksikan seorang kondektur yang sedang meminta ongkos lalu memberikan uang kembali adalah sebuah hiburan tersendiri di dalam bus kota Bangkok.

Bersih Meski Minim Tempat Sampah

Chatuchak market bersih. Foto merupakan dokumentasi pribadi penulis

Meski bukan kota super bersih, tapi Bangkok masih terbilang bersih untuk ukuran sebuah kota metropolis yang padat. Di tempat-tempat yang minim atau bahkan nggak punya tempat sampah sekali pun, kebersihannya masih cukup terjaga. Saat saya duduk santai di salah satu sudut Chatuchak Market, saya memperhatikan sampah-sampah dibuang dalam sebuah kantong plastik besar lalu ada yang bertugas mengangkut sampah. Rupanya begitu cara Bangkok menjaga kebersihannya, dengan kerendahan hati setiap warganya.

Tengoklah Sungai Chao Praya. Meski airnya juga tidak bening, namun minim limbah rumah tangga sehingga dapat dimanfaatkan untuk transportasi air. Akhirnya menjadi salah satu daya tarik wisata juga, toh? 

Tetap Ramah Meski Terkendala Bahasa

Warga yang ramah sedang menghormati lagu kebangsaan. Foto merupakan dokumentasi pribadi penulis

Oke, sopir tuk-tuk komersil dan tukang tipu-tipu jadi perkecualian ya. Namun, pada dasarnya warga Bangkok (dan Thailand) itu ramah dan dapat dimintai tolong. Saat saya meminta petunjuk arah kepada ibu-ibu menuju sebuah candi di Ayutthaya, ibu itu dengan antusias memberikan penjelasannya dalam “bahasa dewa” yang nggak saya mengerti. Hanya dari bahasa tubuhnya dan gerakan tangannya lah saya paham.

Atau ketika saya sakit perut di Wat Pho dan ingin ke toilet namun tidak memiliki tiket masuk, sementara toilet ada di dalam. Saya datang menghampiri seorang ibu-ibu penjaga kuil dan mencoba mengutarakan maksud saya. Ibu itu paham dan merespon dengan bahasa Thai, meminta saya untuk izin masuk toilet kepada bapak petugas. Melihat saya hanya diam saja (karena nggak berani ngomong kepada bapak petugas), ibu itu lantas keluar dan menghampiri bapak petugas. Dia meminta agar saya diizinkan masuk ke dalam kuil untuk ke toilet. Akhirnya saya boleh masuk dengan menitipkan tas di loket keamanan.

Kota yang Menghormati Raja dan Negaranya

Potret raja di MBK. Foto merupakan dokumentasi pribadi penulis

Di Indonesia, potret Presiden dan Wakil Presiden hanya ada di dalam bangunan, terbingkai rapi di dinding bagian atas. Di Bangkok, potret Raja dan Ratu Thailand dapat dengan mudah ditemukan di tempat-tempat umum dan terbuka. Di pinggir jalan, di tengah persimpangan, di dalam stasiun, sampai di dalam mall, pun ada potret Raja Thailand berukuran besar.

Sebelum pertunjukkan bioksop, lagu kebangsaan akan dimainkan dan setiap penonton diwajibkan untuk berdiri dan memberi sikap hormat. Di jam-jam tertentu, lagu kebangsaan didengungkan di tempat-tempat publik melalui pengeras suara dan setiap orang harus berhenti beraktivitas untuk memberi sikap hormat. Sikap hormat bisa diberikan dengan berdiri tegap atau berdiri dengan meletakkan telapak tangan di dada. Pikir saya, seperti ini wujud cinta Bangkok untuk pemimpin dan negaranya ya.

***

Nah, ternyata Bangkok nggak serta merta persis Jakarta, ‘kan? Ayo, jangan hanya sekadar berjalan. Buka mata, buka telinga, ada banyak nilai-nilai luhur yang dapat kita ambil di setiap tempat yang ada. Jangan hanya traveling untuk bergembira semata, petiklah setiap pelajaran untuk menjadi pribadi yang dewasa.
Gimana, jadi makin penasaran sama Bangkok? Pikir-pikir lagi deh kalau kamu berpikir Bangkok itu nggak menarik.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU