Ada di suatu titik ketika kamu berada di tengah perjalanan, merenungkan kembali apa tujuan traveling. Apa yang membuatmu rela mengajukan cuti dari kantor, yang membuatmu meninggalkan orang terkasih sejenak, yang membuatmu susah payah memesan tiket serta mencari rute perjalanan?
Sehari-hari mungkin pandanganmu sebatas kursi kantor dan komputer. Saat traveling, jarak pandanganmu seluas yang tak pernah kamu kira. Ini bukan semata-mata jarak pandangan secara harfiah, namun dengan traveling kamu akan tahu bahwa pandanganmu terhadap sesuatu bisa bertambah sedemikian banyak. Mendapati orang dengan karakteristik yang menurutmu tak biasa. Ada yang pemarah, yang manja, yang sabar, yang bahkan kepribadiannya tak bisa dijabarkan oleh kata-kata. Hal-hal itu menyadarkanmu kalau orang yang tinggal seatap denganmu pun tak mungkin punya kepribadian yang sama denganmu, apalagi orang yang tinggalnya seplanet denganmu.
Yaitu Keadaan. Berbagai kejadian tak terduga selama traveling akan membuat kelakuanmu agak berbeda. Kamu yang mungkin tak suka sayur, mendadak akan suka jika perutmu benar-benar lapar dan hanya itu yang bisa kamu makan karena sepanjang mata memandang hanya ada hutan lebat. Kamu yang terbiasa ke mana-mana dengan mobil ber-AC, akan terus berjalan kaki berkilo-kilometer demi sampai tujuan. Traveling membuatmu keluar dari zona nyaman, bahkan tak jarang mengubah garis zona tersebut menjadi lebih luas.
Adat sehari-hari yang tak pernah kamu temui sebelumnya membuatmu sadar akan adanya ‘perbedaan’. Upacara kematian dengan menabur abu jenazah di Bali atau dengan mempersembahkan tari-tarian serta pentas adu kerbau di Toraja. Penggunaan bahasa yang berbeda, satu simbol ‘geleng kepala’ yang bisa berarti ‘tidak’ di Indonesia namun berarti ‘iya’ di India. Sesuai filosofi, berbeda itu indah. Tak perlu disama-samakan. Biarkan saja apa adanya.
Perbedaan yang tidak pernah kamu jumpai, seperti hal unik yang menyetrum tubuhmu. Dan membuatmu jatuh cinta. Iya, jatuh cinta pada kualitas keunikan yang membuat semua orang berbeda. Kamu akan menanti-nanti kapan lagi akan bertemu dengan keunikan lainnya, dan kapan kamu akan jatuh cinta lagi.
Pengalaman-pengalaman baru yang dialami saat traveling membuatmu sering kali bertingkah terlalu gembira; seperti melompat kegirangan saat melihat sungai, makan belepotan, tertawa keras-keras. Jika ada orang tuamu, mereka sudah pasti menjewermu. Sama seperti ketika kamu masih kecil dan bertingkah begitu.
Dan, kamu akan sadar kalau ada ‘anak kecil’ yang baru saja keluar dari dalam tubuh. Rasa senang berlebih dan semangat menggebu-gebu yang jarang dialami di kehidupan sehari-hari―sesering apa pun kamu berharap― mendadak justru muncul ketika traveling.
Traveling lantas menyadarkanmu bahwa… kamu itu cuma ‘sepele’. Kamu cuma begini. Kamu hanya manusia 1 diantara 7,3 miliar.
Kamu tahu, apa yang kamu renungi bukan karena kamu merasa lemah begitu menyadari siapa dirimu. Karena kemudian, hal itu justru menyadarkan bahwa kamu punya kekuatan untuk mengontrol kehidupanmu sendiri seperti yang kamu inginkan. Semua keputusan serta tindakan yang kamu ambil tidak akan mempengaruhi siapa pun selain dirimu. Mungkin ada harapan-harapan orang tua dan keluarga yang tertumpu padamu. Tapi melalui pengalaman traveling kamu sadar, yang terbaik adalah ketika kamu merasa paling bahagia. Karena itulah, kamu merasa traveling selalu menjadi tempatmu berpulang. Dan kamu akan terus mengulangnya. Mengulang untuk pulang.