5 Pamali yang Perlu Kamu Ketahui Jika Akan Berkunjung ke Tanah Sunda

Salah satu wujud aturan tidak tertulis yang beredar di kalangan masyarakat sunda adalah kata “pamali”.

SHARE :

Ditulis Oleh: Prameswari Mahendrati

Setiap daerah di manapun itu berada, biasanya memiliki berbagai kepercayaan, keyakinan, dan aturan tak tertulis yang yang mengikat di dalamnya. Biasanya aturan-aturan itu muncul karena adanya ikatan tradisi yang telah diyakini secara turun-temurun untuk menjaga etika. Percaya atau tidak dengan adanya kepercayaan itu, ada baiknya kita juga turut menghargai petuah tanpa sebab akibat tersebut karena bagaimanapun, aturan atau kepercayaan merupakan bagian dari warisan budaya Indonesia yang konvensional bagi kelompok yang mempercayainya dan dibuat untuk kebaikan bersama.

Foto oleh Ashadi Natha

Salah satu wujud aturan tidak tertulis yang beredar di kalangan masyarakat sunda adalah kata “pamali”. Mungkin kamu juga pernah dengar kata tersebut apabila kamu berdomisili di Jawa Barat atau pernah berkunjung ke Jawa Barat, untuk kamu yang mungkin berdarah Jawa, belum pernah mendengar kata tersebut dan tidak pernah berkunjung ke daerah Jawa Barat mungkin kata “pamali” setara dengan kata “ora ilok” atau “ora elok” dalam bahasa Jawa. Sederhananya, kata “pamali” merujuk pada kata “jangan” untuk tindakan-tindakan tertentu. Berikut ini adalah tindakan-tindakan dianggap pamali untuk dilakukan.

1. Gadis yang duduk di depan pintu menjelang magrib

Bagi sebagian orang di Jawa Barat, tentunya sudah banyak mendengar tentang larangan seperti ini, menurut masyarakat Sunda Bogor, seorang gadis yang duduk di depan pintu utama konon katanya akan mendapatkan jodoh yang yang jauh, alias perawan tua.

Saya sendiri pernah waktu duduk di bangku SMA mendapat larangan duduk di depan pintu dengan alasan yang sama, yaitu “pamali”, “putra awewe teu kenging calik di payun panto,pamali! antos jodohnya angkat” (anak perempuan jangan duduk depan pintu, nanti jodohnya pergi). Pastinya, gak mau dong buat kalian para gadis mendapatkan nasib seperti itu, karena menurut penelitian, perempuan lebih sensitif terhadap topik yang mengarah pada pembicaraan yang menyangkut soal jodoh.

2. Menabrak kucing hitam tanpa menguburnya akan mendapat sial selama 7 hari

Entah dari mana asal-muasalnya, kucing hitam dianggap sebagai hewan yang dikeramatkan, sehingga hewan berbulu hitam ini sudah distereotipkan hewan pembawa sial. Kucing hitam di masyarakat Sunda itu memang identik dekat dengan yang namanya “jurig” yang artinya setan. Menyakiti hewan ini saja sudah dianggap tidak baik, nah apalagi menabraknya? Memang sudah banyak yang bilang sih kalau menabrak kucing hitam tanpa menguburnya akan mendapatkan sial, entah itu benar atau memang karena kebetulan.

Sebagian orang ada yang mengaku percaya karena pernah mengalaminya dan sebagian lagi menganngap itu hanya takhayul. Nah kembali lagi pada diri kamu sendiri, boleh percaya, boleh tidak. Tapi memang ada baiknya, kan kalau kita lebih menghargai binatang untuk tidak menyakitinya dan apabila tidak sengaja melakukannya, tak ada salahnya untuk bertanggungjawab.

3. Bersiul di dalam rumah sama dengan memanggil makhuk halus

Bagi masyarakat kota mungkin bersiul adalah hal yang lumrah walaupun memang mengandung banyak makna yang bermacam-macam, tergantung konteksnya. Tetapi, masyarakat Sunda Bogor memang agak sensitif dengan bunyi siulan-siulan yang dilakukan di dalam rumah. Bagi mereka siulan dianggap  bisa mengundang makhluk halus yang dapat berbuat jahat terhadap keluarga mereka.

Bertolak dari kata “pamali”, ada baiknya kamu tidak melakukan siulan-siulan, paling tidak apabila berada di antara masyarakat Sunda, karena ada hubungannya juga dengan etika.

4. Jangan memotong kuku malam hari

Katanya sih jika memotong kuku di malam hari akan menyebabkan gangguan batin. Kalau kita pernah menonton sebuah acara televisi bertema kesehatan di salah satu stasion televisi, sepertinya tidak ada hubungan antara kuku sebagai salah satu anggota tubuh dengan faktor psikologi seseorang. Tapi, jika kita ambil sisi positifnya, memotong kuku di malam hari memang kurang dianjurkan karena berhubungan dengan risiko keamana juga, bisa saja tindakan tersebut akan melukai jari-jarimu karena berhubungan dengan faktor pencahayaan.

5. Jangan bangun tidur ketika cahaya matahari sudah terpancar

Sebenarnya kata “pamali” pada poin inilah yang paling familiar di kalangan rumah tangga masyarakat Sunda. Kalau kalian bangun terlalu siang, rejeki kalian akan susah atau bahkan hilang. Tentunya tidak ada seorangpun yang rela rejekinya hilang begitu saja. Nah, poin “pamali” ini paling banyak diucapkan orang tua kepada anak-anak mereka sejak kecil. Tujuannya mungkin untuk kebaikan, tidak ada salahnya kan kalau kita bangun lebih pagi lagi, selain untuk kesehatan, memanfaatkan waktu juga dapat mendatangkan rejeki.

***

Nah, itu dia beberapa poin yang dianggap tabu oleh masyarakat Sunda dan dianjurkan untuk tidak dilakukan, walaupun kurang rasional, tapi ada baiknya jika kita ambil sisi-sisi positif yang ada di balik kata “pamali”, anggap aturan-aturan tak tertulis itu dibuat demi kebaikan bersama.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU