5 Bukti Ilmiah Bahwa Traveling Bermanfaat Menyehatkan Tubuh

Inilah 5 bukti ilmiah, bahwa traveling bermanfaat menyehatkan tubuh

SHARE :

Ditulis Oleh: Shabara Wicaksono

Foto dari fitneass

Pernah mengalami kejadian, trip yang direncanakan jauh-jauh hari bersama partner perjalanan batal karena ia tiba-tiba membatalkan sepihak dengan alasan, ‘Esoknya aku ada meeting penting, aku tak mau sakit karena traveling’?

Dengan telah membuka artikel ini, kamu sekarang punya sumber valid dan ilmiah, bahwa alasan temanmu itu tak masuk akal. Kamu harus segera menunjukkan tulisan ini padanya.

Inilah 5 bukti ilmiah yang membuktikan jika traveling menyehatkan tubuh:

 

1. Perencanaan perjalanan jauh-jauh hari membuat harimu lebih bahagia

Sebuah studi di tahun 2002 oleh profesor University of Surrey di Inggris menemukan bahwa kita merasa paling bahagia ketika kita memiliki sebuah perencanaan perjalanan untuk yang akan datang. Ya, membuat itinerary ternyata berpengaruh pada kebahagiaan kita!

Orang-orang yang melakukan perencanaan perjalanan di masa libur mereka, akan merasa lebih baik tentang kesehatan mereka (serta kehidupan keluarga mereka dan situasi ekonomi), daripada yang tidak. Bahkan, menurut penelitian 2014 dari Cornell University, orang merasa lebih bahagia saat sedang merancang berbagai rencana antisipatif untuk perjalanan mereka berikutnya, daripada melakukan perencanaan untuk melakukan pembelian suatu barang (misal: rumah, mobil, dll).

 

2. Berwisata secara teratur mengurangi peluang terkena serangan jantung

Framingham Heart Study menemukan bahwa pria yang tidak berwisata selama beberapa tahun 30 persen lebih mungkin untuk memiliki serangan jantung, dibanding mereka yang rutin berwisata. Wanita yang mengambil liburan hanya sekali setiap enam tahun hampir delapan kali lebih mungkin untuk mengalami serangan jantung.

Studi lain, yang disponsori oleh National Institutes of Health, menemukan bahwa pria yang mengambil liburan secara teratur 32% lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal karena penyakit jantung.

Ayolah, pekerjaan tak akan ada habisnya, uang bisa dicari kapan-kapan, tapi traveling? Tak baik untuk ditunda!

 

3. Traveling membuat kita lebih dapat mengontrol emosi

Wanita yang berlibur kurang dari sekali setiap dua tahun lebih mungkin untuk menderita depresi dan stres dibandingkan wanita yang berlibur setidaknya dua kali setahun. Itu temuan dari studi 2005 yang dilakukan oleh Marshfield Clinic di Wisconsin. Dan pada tahun 2013 di Amerika survei oleh American Psychological Association menemukan bahwa liburan mengurangi stres dengan cara membawa mu pergi sejenak dari  lingkungan dan kegiatan yang menjadi sumber stres.

 

4. Berlibur memberimu manfaat yang sama dengan berolahraga, dan juga membuatmu mendapat tidur berkualitas

Jarang mendapat tidur nyenyak padahal merasa tubuh sudah sangat lelah karena beban pekerjaan harian? Atau sering malas berolahraga karena badan terlalu lemas di akhir pekan? Rapikan tempat tidurmu, dan kemasi ranselmu, itu justru tanda kamu butuh piknik sejenak.

Melakukan aktivitas berbeda tanpa tuntutan apapun dari yang biasa dilakukan sehari-hari, meski hanya sekadar berlibur ke kebun binatang dalam kota, sudah cukup membuat tubuhmu segar. Biarkan otot-ototmu relaks dengan menjauh sejenak dari kursi dan meja kerjamu.

Setelah kembali ke rumah mungkin tubuhmu akan lelah luar biasa karena tak biasa bergerak banyak, namun tidurmu akan berbeda dari biasanya, lebih lelap.

Itulah hasil penelitian dari National Sleep Foundation.

 

5. Kebahagiaan karena traveling lebih awet, dibanding kebahagiaan karena membeli barang favorit kita

Ya, saya pernah menuliskannya di sini. Cornell, yang lama bergelut di bidang psikologi, melakukan penelitian pada 2010, tentang ‘kebahagiaan’. Hasilnya cukup mengejutkan. Hal yang abstrak seperti ‘pengalaman traveling’ justru dapat membuat kita bahagia lebih lama, dibanding hal seperti kita membeli barang yang telah kita idam-idamkan. Hal ini berkaitan dengan ‘titik jenuh’ atau ‘adaptasi’. Rasa puas pada barang, benda fisik, memiliki suatu titik jenuh, kita cepat beradaptasi dengan benda tersebut, sehingga euforia dalam diri karena memiliki benda tersebut perlahan menghilang. Berbeda dengan pengalaman traveling yang tersimpan di pikiran dan hati, ia terus tumbuh, dan justru menciptakan rasa rindu untuk melakukan perjalanan kembali.

 

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU