Mempelajari bahasa asing itu sama susahnya seperti ketika kamu berstatus seorang pelajar yang berharap ingin memiliki rumah dan mobil. Di saat kamu masih harus berangkat pagi untuk duduk di bangku sekolah, memperhatikan guru, kemudian pulang sore jika ada tambahan les. Ini terdengar mustahil. Nyatanya, belajar bahasa asing itu sama mudahnya dengan impian tersebut. Takut gagal, mereka lebih memilih beralasan ini itu daripada berusaha mencari tahu dan mempelajarinya.
Saya tidak terlahir di negara dengan mayoritas terbesar berbahasa asing, Bahasa Inggris khususnya. Saat lahir, bahasa yang pasti saya dengar adalah Bahasa Indonesia. Ketika mempelajari Bahasa Inggris, saya pun tak pernah menghabiskan berjuta-juta uang untuk membayar guru privat atau tour luar negeri untuk bisa mempelajarinya langsung. Saya belajar dari mendengar melalui televisi, film-film yang saya tonton, dari lagu favorit, sampai membaca tulisan Bahasa Inggris. Saya sering membolak-balik kamus yang saya punya hingga ia terlihat seperti buku bekas yang siap dikilokan. Proses adalah jawabannya.
Ini adalah mitos yang akan kamu jumpai saat akan belajar Bahasa Inggris. Lupakan mitos-mitos ini:
Siapa saja yang berkata seperti itu adalah pembohong! Mengapa? Karena setiap orang dibekali kemampuan baik untuk berkomunikasi. Sejak lahir, saya diasuh oleh keluarga yang setiap harinya menggunakan Bahasa Indonesia. Setiap hari saya mendengar orang-orang menggunakan bahasa tersebut sehingga saya berhasil mengucapkan kata ‘ayah’, ‘ibu, ‘makan’, ‘mandi’ dll, diumur yang masih terhitung bulanan. Semakin dewasa saya benar-benar menguasai Bahasa Indonesia dengan baik. Lalu, untuk Bahasa Inggris, saya baru menemuinya di bangku sekolah. Awal mendengar Bahasa Inggris, saya mempelajarinya sedikit demi sedikit kosakata. Makin hari makin bertambah banyak karena saya sering mendengarkan, mencari arti, dan berlatih mengucap. Jadi, kemampuan otak yang dimiliki manusia itu tidak terbatas. Masalahnya adalah ‘apakah kamu memiliki kemapuan untuk mempelajarinya atau tidak’.
Tak ada batasan umur ketika belajar. Anak-anak maupun dewasa sama. Bedanya, anak-anak masih terlihat seperti kertas putih yang kosong, apa pun yang diberikan akan ditiru dan diserap. Sedangkan orang dewasa seperti kertas koran. Sudah memiliki banyak gambar, tulisan, dan coretan lainnya. Tapi, bukankah orang dewasa sudah memiliki kemampuan dasar: membaca dan menulis yang akan menjadi modal untuk belajar ke tingkat selanjutnya. Orang dewasa lebih berpengalaman. Ketika mempelajari Bahasa Inggris dengan sungguh-sungguh, saya masih duduk di bangku SMA. Sejatinya: saat seseorang berhenti belajar maka saat itulah seseorang benar-benar telah menjadi tua
Mungkin kamu tidak memiliki waktu untuk pergi ke kelas selama 6 hari atau pun tidak memiliki waktu untuk menerjemahkan potongan tulisan. Kamu memiliki waktu lain untuk bekerja dan mengurus kegiatan lainnya. Tapi, belajar bahasa asing itu tidak membutuhkan kelas atau waktu khusus berjam-jam. Saya lebih suka belajar di luar. Bebas tanpa ada beban. Saya pun mulai belajar dari mengatur bahasa di komputer, handphone, atau perangkat lainnya ke dalam Bahasa Inggris. Selanjutnya saya belajar mulai dari menyanyikan lagu Bahasa Inggris yang saya suka, menghafal sedikit kosakata, kemudian mempraktekkannya.
Saya tak membutuhkan guru privat handal dengan bayaran mahal, yang akan memberikan banyak teori dan materi. Memberikan rangkaian rumus untuk membuat saya bisa berbahasa Inggris dengan baik dan benar. Saya pun tak perlu membeli banyak modul atau ebook untuk mendapat tambahan materi. Atau melakukan percakapan langsung dengan turis asing yang terhitung masuk anggaran sebagai bentuk ujian akhir dari kursus saya. Asal ada kemauan, setiap waktu dan setiap jalanan yang sayang lewati, akan selalu ada pebelajaran. Walaupun dari potongan koran bertulisan Bahasa Inggris yang saya dapat dibungkus gorengan.